Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERPISAH
Sesuai dengan janjinya pada Dokter bunga, hari ini dia tengah bersiap menuju rumah sakit untuk check up. Tidak lupa dia meminta Morgan menemaninya, ia ingin suaminya juga tau apa yang dengan dirinya.
"Maaf ya!, aku belum cerita sama kamu sebelumnya." ucap Emily saat mereka sedang dalam mobil menuju rumah sakit.
"Beberapa hari yang lalu, aku sempat pingsan dirumah sakit. Beruntungnya ada Dokter Hans." lanjutnya
Membuat itu cukup membuat Morgan kaget, satu tangannya langsung ia dekatkan pada telapak tangan Emily dan mulai mengusapnya.
"Setelah itu ada gejala-gejala lain gak? Pusing mungkin." Tanya Morgan mulai khawatir pada istrinya
"Aku baik-baik aja kok sampai hari ini, cuma sebelumnya aku udah ada janji sama Dokter bunga untuk melakukan pemeriksaan lanjutan yang sempat tertunda karena harus Bogor."
"Harusnya kamu ga perlu maksain, kalo ga bisa pergi kita bisa hadiahnya aja yang kita kirim ke rumah Alex." ucap Morgan
Tidak terasa mereka telah sampai di rumah sakit, Emily yang sejak tadi tidak henti-hentinya mengerat-ngeratkan telapak tangannya karena gugup.
Emily menarik nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. " Gpp Mil, ga ada yang perlu dikhawatirkan." Batin Emily mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Apa ada yang sakit? Kamu kelihatan banget begitu cemas." ucap Morgan menelisik, ia mencoba menarik Emily dalam pelukannya sebelum masuk ke dalam ruang Dokter Bunga.
Setelah Emily melakukan pengambilan sampel darah, urin dan juga melakukan usg, sekitar 30 menit Dokter bunga kembali ke dalam ruangan namun ia tidak datang sendirian.
Ia bersama Dokter Hans, Melihat itu Emily sontak saja tertunduk dan mengerjapkan matanya dalam-dalam.
Ia belum siap dengar hasil pemeriksaannya.
"Selanjutnya Dokter Hans yang akan menjelaskan lebih detail ya Bu, Pak. Saya permisi dulu." ucap Dokter Bunga
"Sebelumnya perkenalkan saya Dokter Hans, Dokter spesialis kandunga." ucap Hans mengulurkan tangannya pada Morgan
Ini kali pertamanya mereka bertemu, mendengar latar belakang profesi Dokter membuat Morgan merasa deg-degan ia berharap akan mendengar kabar baik.
"Baik, jadi setelah saya lihat hasil lab dan lainnya...." ucap Hans yang fokusnya terhenti dia Emily saling menatap.
Emily mengangguk seakan memberi tanda pada rekannya bahwa ia sudah siap jika suaminya mengetahui hasil pemeriksaan.
"istri bapak saat ini mengidap penyakit Penyakit sindrom antifosfolipid."
"........selain gejala-gejala yang sudah saya sebutkan tadi penyakit ini dapat membuat komplikasi kehamilan, seperti mudah keguguran."
Mendengar hal itu membuat Morgan syok berat, seolah dunianya berhenti sejenak. ia takut akan kesehatan istrinya disisi lain ia sangat sedih dengan kabar yang baru saja ia dengar.
"Apa tidak ada hal yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan Emily Dok" kini Morgan bersuara
"Tentu ada pak, saya akan meresepkan obat & memberikan suntik herpen semacam suntik insulin pada pasien diabetes untuk mencegah pembekuan darah." uca Dokter Hans.
"Dan untuk penyakit yang di alami Emily, masih dalam skala kecil itu tandanya masih tidak akan ada kesulitan pasien untuk hamil. Hanya saja janin yang dalam kandungan lemah dan kemungkinan besar akan mudah keguguran." Lanjut Dokter Hans menjelaskan pada Morgan
"Dan saat ini kondisi pasien sedang......." Belum sempat ia selesai berbicara Emily langsung memotongnya.
"Tolong segera resepkan saya obatnya ya." ucap Emily sambil menggelengkan kepalanya memberi kode untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Melihat itu membuat Hans bingung, sekali lagi Emily memberi raut wajah seolah sendang memberi kode pada Hans.
"2 minggu lagi, silahkan datang kembali untuk melakukan pemeriksaan agar kita bisa lihat bagaimana perkembangannya." ucap Hans mengakhiri pertemuan mereka
Morgan & Emily keluar dalam ruangan, ia memeluk istrinya mencoba menyalurkan perasaannya. "ini berat tapi semua sudah terjadi atas kehendak tuhan." ucap Morgan sambil terus memeluk istrinya tidak perduli jika pasang mata pengunjung rumah sakit bahkan teman-teman Emily melihatnya.
Emily membalas pelukannya, tidak mengatakan apa-apa. Dengan lembut ia mengelus-ngelus punggung istrinya.
Mereka telah sampai dirumah, Morgan yang akhirnya memilih untuk tidak berkantor hari ini. Ia ingin menemani istrinya dirumah saja.
"Mas, aku pengen kita bicara" ucap Emily yang duduk di atas ranjang saat suaminya baru saja masuk dalam kamar
Morgan mendekat berdiri tepat didepan istrinya hanya berjarak 1 langkah.
"Aku ingin kita bercerai."
Deghhh!!!!
Morgan yang mendengar itu tanpa aba-aba sontak saja terkejut. Ia mencoba berjongkok di depan istrinya.
ia menggenggam tangan Emily dan menggelengkan kepalanya mencoba mencoba menatap Emily
"Ga ada lagi yang harus dipertahankan dalam rumah tangga ini." ucap Emily kini air matanya kini mulai jatuh namun ia mencoba untuk tidak terisak
"Apa yang kamu bicarakan Emily, kita baik-baik saja. Soal kehamilan aku sudah mengatakan akan menunggumu jika kau sudah siap untuk mengandung." ucap Morgan masih dengan suara yang lembut.
"Dan soal penyakitmu, ga akan ada yang berubah. Aku tetap jadi suami kamu, aku tetap mencitaimu Emily." ucap Morgan suaranya mulai memberat, matanya merah menahan air matanya
Mendengar ucapan terakhir Morgan, membuat Emily terdiam. Ini kali pertamanya ia mendengar suaminya mengatakan cinta. "1 tahun lebih aku menunggu kalimat itu keluar dari mulutmu. namun disaat aku mendengarnya, disaat bersamaan aku mengetahui bahwa kamu juga mencintai perempuan lain mas." Batin Emily kali ini ia mulai terisak
Morgan mulai memeluk Emily, ia ingin perempuan itu menumpahkan apa yang sedang ia rasakan.
"Jangan pernah ucapkan kata pisah lagi sayang, aku ingin hidup sama kamu." ucap Morgan
Emily mencoba melepaskan dengan lembut pelukan suaminya, ia menatap mata Morgan dengan penuh pertanyaan.
"Ceraikan aku Mas, dan setelah itu kamu bisa kembaki bersma mantan kekasihmu. Aku tidak ingin menjadi penghalang kebahagian antara kalian berdua." ucap Emily tegas sambil mengusap air matanya dan berdiri mendekati lemari pakaian.
Morgan yang mendengar hal itu seperti hatinya dilembar batu, ia sangat terkejut bagaimana bisa Emily mengetahui hubungannya dengan Agatha.
"Aku bisa jelasin Emily." kali ini Morgan panik sambil memegang lengan istrinya dengan lembut.
Namun Emily menghempaskannya. "Semua sudah jelas Mas!"
"Aku tau selama ini bagaimana kamu dibelakang aku, kamu bohong mas pergi ke jerman urusan bisnis kamu menemui perempuan itu kan." ucap Emily kali ini Emosinya mulai memuncak
Bukan hanya itu soal boneka yang ada didalam mobil saat kamu jemput aku dibandara, itu juga aku tau Mas "Boneka itu aku yang belikan mas, untuk pasien yang sempat aku rawat."
Baru kali ini Morgan melihat sisi lain Emily yang begitu rapuh.
Morgan hanya bisa terdiam mengusap wajahnya frustasi. Ia tidak tau haru mengatakan apa, seakan bibirnya terkunci untuk berbicara.
"Bahkan kamu tidak sedikitpun berusaha membantahnya Mas, Kamu diam karena benar kan semua yang bilang?" ucap Emily kali ini suaranya mulai lirih
Ia mulai mengeluarkan pakaiannya dan memasukkannya dalam koper.
Morgan hanya dia mematung, melihat istrinya menangis sambil mengemasi pakaiannya. Pikirannya kacau, disisi lain ia kepikiran dengan Agatha.
Saat Emily menarik kopernya keluar kamar, Morgan menarik lengannya.
"Aku Mohon, kita bisa bicarain ini baik-baik Emily. Jangan pergi dari rumah." lirih Morgan memohon
"Kita akan selesaikan ini baik-baik, dipersidangan nanti." ucap Emily tegas dengan raut wajah yang dingin.
"Silahkan kamu boleh pergi ke manapun, tapi aku ga akan pernah memberiakanmu mengurus perceraian Emily." ucap Morgan frustasi
Tanpa menoleh sedikitpun, ia dengan cepat melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.
"Aku tau pernikahan kita atas dari orang lain, tapi setelah kita sah menikah aku tidak ingin ada orang lain dalam rumah tangga kita" -Emily
"Dengan Hamil & punya anak dalam rumah tangga kalian akan berwarna, kamu pasti akan mulai mencintai pasanganmu." -Rudi-
Suara itu mulai menggema dalam pikiran Morgan.
.
Keesokan Harinya Morgan bersiap untuk ke kantin namun sebelumnya ia akan ke rumah sakit untuk menemui Emily pasalnya nomornya sejak pagi tidak bisa dihubungi.
"Permisi, Apa Dokter Emily sudah datang?" tanya Morgan pada salah satu petugas rumah sakit.
"Sepertinya belum datang Pak, terlihat dari absennya yang belum ditanda tangani." ucap petugas itu
"Baik terima kasih." ucap Morgan, tanpa berpikir panjang ia langsung saja menuju ruang praktek, direktur utama, bahkan kantin karyawan ia juga belum menemukan Emily.
Sampai akhirnya dia bertemu Dokter Hans, "Permisi Dokter Hans, Apa hari ini jadwal Emily shift siang." ucap Morgan
Mendengar itu Hans langsung saja mengambil ponselnya dan mengecek jadwal mereka
"Untuk hari ini jadwalnya pagi, namun sepertinya ia tidak masuk karena dalam keterangan dia izin." tutur Morgan
Mendengar itu Morgan makin Frustasi, tidak lupa mengucapkan terima kasih langsung saja ia melangkah kembali ke parkiran.
Kini tujuan akhir Morgan adalah Apartemen Bianca, namun sebelumnya ia menelpon seseorang. "Haloo rudi, tolong wakili aku untuk meeting hari ini." ucap Morgan
"Tapi....Bos". Belum sempat Rudi melanjutkan ucapannya Morgan kembali berbicara.
"Jika tidak bisa kau wakili, ubah jadwal pada pertemuan selanjutnya kalau mereka menolah batalkan saja semua proyek yang masuk untuk hari ini. Aku sedang sibuk dan tidak ingin mendengar bantahan, kau pahamkan!." Tanpa menunggu jawaban Rudi ia langsung saja mematikan sambungan telepon itu dan melepar ponselnya dengan keras ke kursi samping.
Rudi yang habis mendapat telepon dari Bosnya, kebingungan baru kali ini Morgan bersikap tidak profesional dan ia menarik menghela nafasnya dengan berat pasalnya ia harus mengambil alih tugas Morgan hari ini.
Kembali ke Morgan saat ini dia telah sampai di Apartemen milik istrinya, 15 menit ia mengetuk-ngetuk bahkan memencet bel namun tak ada pergerakan sedikitpun pintu itu terbuka.
Kali ini Emosi Morgan mulai memuncak, ia tidak henti-hentinya menyesali dengan apa yang sudah ia lakukan di belakang Emily.
Masih menunggu didepan pintu, ponselnya berdering melihat dilayar tertulis nama Agatha.
Langsung saja ia mengangkat telepon itu.
"..........."
"APAAA!!!!" ucap Morgan Terkejut...
...*****...
Jadi Emily sakit
Jadi Morgan sakit
Jadi author sekarat wkwkwkkkw
Kalo pembaca versi gimana niii
Sakit....Apa sekarattt????
Jangan luka like, comment, sunscribe dan vote yaaaaa