Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teka Teki
Jari-jari Firr yang panjang dan lentik membalas genggaman Lala. Suhu tubuhnya hangat, menenangkan, berbeda dari dinginnya malam yang menyelimuti mereka. Lala merasakan getaran halus di tangan Firr, seperti denyut nadi yang berbisik. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang berpacu kencang.
Kegelapan kamar perlahan terasa kurang menakutkan. Bayangan-bayangan yang semula tampak mengancam kini terlihat samar dan kabur. Lala berani sedikit menggeser tubuhnya, mendekat ke Firr. Ia masih bisa merasakan aroma tanah basah dan sesuatu yang samar, seperti rempah-rempah langka, dari tubuh Firr. Aroma itu aneh, namun menenangkan.
"Kau… siapa sebenarnya?" bisik Lala, suaranya hampir tak terdengar di tengah keheningan malam.
Firr tersenyum tipis, senyum yang tak sampai ke matanya, namun tetap terasa menenangkan. "Itu cerita panjang, Lala," jawabnya, suaranya rendah dan berat, seperti suara angin malam yang berdesir di antara pepohonan. "Cerita yang mungkin belum saatnya kau ketahui."
Lala mengangguk mengerti. Ia tahu ada banyak misteri yang menyelimuti Firr, namun sentuhan tangan Firr, hangatnya, dan aroma uniknya, memberinya rasa aman yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia melepaskan genggaman tangannya, lalu meraih tangan Firr lagi, kali ini dengan lebih mantap.
Di luar jendela, bulan purnama bersinar terang, menerangi sebagian kecil ruangan. Cahaya redup itu cukup untuk Lala melihat wajah Firr lebih jelas. Wajahnya tampan, dengan mata yang dalam dan misterius. Lala merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih dari sekadar rasa aman. Ia merasakan ketertarikan, rasa ingin tahu yang membuncah, dan mungkin… sesuatu yang lebih dalam lagi.
Kisah mereka baru saja dimulai, di tengah kegelapan dan misteri, namun dengan sebuah ikatan yang perlahan mulai terjalin, ikatan yang penuh teka-teki dan harapan. Malam itu, di tengah kegelapan, Lala menemukan sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya: sebuah awal yang penuh misteri, namun juga penuh dengan kemungkinan.
"Aku ingin tahu," kata Lala, suaranya masih berbisik, namun lebih mantap. "Aku ingin tahu tentangmu."
Firr diam sejenak, menatap Lala dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada keraguan, ada kerinduan, dan ada sesuatu yang mirip dengan… kesedihan?
"Kisahku panjang dan rumit, Lala," jawab Firr akhirnya, suaranya masih rendah dan berat. "Mungkin lebih baik jika kau tahu sedikit demi sedikit."
"Baiklah," Lala mengangguk. "Ceritakan padaku… dari mana kau berasal?"
Firr menarik napas panjang. "Aku berasal dari tempat yang… jauh," katanya, memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Tempat yang berbeda dari dunia yang kau kenal."
Lala mengerutkan kening. "Berbeda… bagaimana?"
Firr mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Lala dengan lembut. Sentuhannya terasa dingin, berbeda dari kehangatan tangannya sebelumnya. "Dunia tempatku berasal… lebih tua, lebih misterius. Tempat yang… berbeda. Batas antara dunia nyata dan dunia gaib sangat tipis di sana."
Lala terkesiap. "Dunia gaib?" Ia menatap Firr dengan mata terbelalak. "Kau… kau… jin?"
Firr mengangguk pelan, senyum tipis masih terukir di bibirnya. "Ya, Lala. Aku seorang jin."
"Lalu… apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lala, rasa penasarannya semakin membuncah.
Firr menarik tangannya, menatap ke arah jendela yang gelap. "Aku mencari sesuatu," katanya. "Sesuatu yang hilang… sesuatu yang sangat penting bagiku."
"Apa itu?" desak Lala.
Firr menggeleng. "Belum saatnya kau tahu, Lala," jawabnya. "Namun, aku berjanji… akan menceritakan semuanya kepadamu, pada waktu yang tepat." Ia menatap mata Lala dalam-dalam. "Percayalah padaku."
Lala ragu sejenak, kemudian mengangguk perlahan. Ia percaya pada sesuatu yang tak bisa dijelaskan, pada getaran halus di tangan Firr, pada aroma unik yang menenangkan, dan pada tatapan mata Firr yang penuh misteri, namun juga… jujur. Malam itu, di tengah kegelapan dan misteri, Lala memutuskan untuk mempercayai Firr, dan memulai sebuah petualangan yang penuh dengan teka-teki dan kemungkinan.