Lanjutan My Kindergarten Teacher dan The Five Brothers
Bagaimana jika kamu adalah putri dan cucu pemilik salah satu bank terbesar di Indonesia tapi dikira miskin oleh duda kaya hingga menawarkan menjadi Sugar Daddy nya supaya bisa berdekatan karena pria itu mengalami gynophobia.
Salasika Hadiyanto tidak menyangka jiwa gabutnya membuat dirinya memiliki Sugar Daddy bernama Lingga Xavier Horance. Part konyolnya, anak Xavier, Xander sangat dekat dan mendukung ayahnya tinggal bersama Sasa.
Bagaimana reaksi Dewa dan Sagara Hadiyanto saat tahu cucu dan putrinya memiliki Sugar Daddy akibat salah paham?
Generasi ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Xander v Prudence
Sasa tersenyum saat kurir yang membawakan nasi ayam lengkuas itu datang. Gadis itu lalu dibantu oleh kurir yang berjumlah dua orang, langsung membawa dus-dus berisikan pesanan Sasa ke area tempat kelas asuhannya.
Xavier dan Rodrigo yang melihat guru cantik itu kerepotan, berinisiatif membantu dan membuat Xander dan Prudence saling berpandangan.
"Papamu suka dengan Miss Sasa?" tanya Xander dengan nada tidak suka.
"Kalau iya kenapa?" balas Prudence dengan wajah songong.
"Jangan berharap miss Sasa akan mau sama papa kamu !"
"Bagaimana kamu bisa yakin? Kan miss Sasa belum memilih?"
Hampir saja Xander keceplosan tapi dia ingat Sasa akan mendapatkan masalah dan bisa kehilangan pekerjaannya. Meskipun itu bukan ide jelek, kalau Sasa dipecat kan bisa jadi ibunya, karena ayahnya bisa menikahi mantan gurunya.
"Aku hanya yakin saja !" jawab Xander dengan sikap percaya diri.
Prudence mendengus. "Kamu hanya ngadi-ngadi!"
Xander hanya tersenyum smirk.
"Ayo, semua yang masuk di tim Sasa, Monggo diambil dulu makan siangnya. Apalagi para papa yang habis tarik tambang plus buat para orang tua yang nanti akan ikut lomba makan kerupuk bersama anak serta sepak bola pakai sarung, isi tenaga dulu !" seru Sasa heboh setelah dus-dus itu sudah berada di atas meja bersama dengan botol-botol air mineral, toples kerupuk udang, dan beberapa makanan yang dibawa oleh para wali murid macam tradisi Independence Day di negara masing-masing yang pasti kumpul-kumpul dengan membawa makanan khasnya.
"Miss Sasa, boleh aku buka toplesnya?" tanya Hans ke Sasa. "Aku tidak sabar makan kerupuk udang."
Sasa tertawa. "Tentu saja boleh Mr Müller."
Tanpa malu Hans langsung mengambil empat kerupuk udang membuat istrinya dan Erik, putranya, menggelengkan kepalanya.
"Maaf ya Miss Sasa. Suamiku memang maniak kerupuk udang," ucap Helga, istri Hans, dengan wajah tidak enak.
"Santai saja, Mrs Müller. Aku kan sengaja bawa banyak jadi kalian bebas ambil," senyum Sasa sambil membagikan dus-dus ke para wali murid dan siswanya.
"Miss Sasa, ini ayamnya enak! Kok aku baru tahu di Pecinan ada ini ya?" seru salah satu wali murid yang baru membaca alamat restauran nya.
"Makanya bapak ibu sekalian, berbelanja lah di pasar gang baru, jangan di mall," kekeh Sasa.
"Aaahhh miss Sasa promosi," goda wali murid yang lain.
"Lho, disana gudangnya makanan enak! Serius! Yang non halal, wooo lecker! Biarpun aku tidak bisa makan bebong !" senyum Sasa. "Kata temanku yang non muslim."
Rodrigo menatap ke Sasa. "Kamu itu muslim?"
Sasa mengangguk. "Kenapa?"
"Nothing," jawab Rodrigo sambil tersenyum smirk, membuat Sasa menyipitkan matanya curiga.
"Aku minta makanannya, Sa," bisik Xavier yang harus duduk di belakang Sasa karena banyak kaum hawa yang mengambil dus makanan. Entah mengapa, selama dekat ke Sasa, dirinya lebih merasa tenang dan tidak separah dulu kalau kena serangan panik.
"Lho kamu belum ambil?" tanya Sasa bingung dan langsung memberikan pada Xavier. "Xander saja sudah lho!"
"Aku ... Kan menunggu agak ..."
Sasa mengangguk maklum. "Sudah, kamu duduk disitu saja ya," ucap Sasa dengan bahasa Perancis.
Xavier tersenyum karena bayi gulanya tetap perhatian padanya. Pria itu pun duduk sambil makan makanan yang ada dan Xander menghampiri ayahnya dengan membawakan dua botol air mineral.
"Papa ..." panggil Xander.
"Apa?" balas Xavier sambil makan.
"Prudences far sikter også mot Sasa. Pappa må være på vakt ( Ayah Prudence mengincar Sasa. Papa harus waspada )!" ucap Xander.
"Du bare roe deg ned. I morgen søndag kommer Sasa hjem og bor hos oss. Neste uke reiser vi tre til Solo. Pappa har allerede bestilt hotell der ( kamu tenang saja. Besok Minggu Sasa akan pulang tinggal bersama kita. Minggu depan kita ke Solo bertiga. Papa sudah memesan hotel disana )," jawab Xavier dengan wajah santai.
"Virkelig pappa ( Benarkah Papa )?" seru Xander bahagia.
"Yup. Jadi kamu tenang saja ya !" senyum Xavier sambil melihat Sasa tampak asyik mengobrol dengan para ibu-ibu wali murid.
Xander pun tidak sabar menunggu hari Minggu.
***
Usai makan siang, acara lomba dilanjutkan dengan makan kerupuk bersama anak. Hans dan Erik yang memang orang Jerman serta dikenal kompetitifnya, tentu saja menjadi yang pertama. Gaya Hans yang kocak, membuat hiburan tersendiri karena meminta kecap di atas kerupuknya.
"Herr Müller, Sie sind bereits Einheimischer. An Sojasauce kommt man nicht vorbei ( Mr Müller, anda sudah melokal. Tidak bisa lepas dari kecap )," goda Sasa dengan bahasa Jerman membuat orang-orang yang paham, tertawa geli.
"Sind Cracker mit Sojasauce köstlich ( bukannya kerupuk enaknya pakai kecap )?" jawab Hans Müller cuek.
Sasa tertawa kecil. "Oke, para ayah yang lain. Bersiap sepak bola pakai sarung!"
Xavier dan Xander hanya duduk di pinggir lapangan karena memang mereka tidak masuk line up. Sasa memang merotasi para wali murid untuk semua berpartisipasi. Untuk kali ini, para ayah kelas Sasa kalah tipis karena memang tidak biasa dan membuat para anak-anak mereka marah pada ayah masing-masing.
Sasa pun bagian repot membujuk para muridnya untuk memaklumi bahwa yang namanya pertandingan dan perlombaan, pasti ada menang kalahnya. Sasa tidak habis pikir karena murid-muridnya tipe kompetitif semua dan dia suka sebab dengan begitu, semuanya terpacu lebih baik.
Menjelang jam tiga sore, semua acara pun sudah selesai. Besok para wali murid dan anak-anak mereka akan hadir untuk upacara dan pemberian hadiah. Sasa pun membersihkan semua sampah dengan dibantu para muridnya dan para wali murid.
Setelahnya mereka semua pun pulang dengan wajah bahagia dan Sasa masih harus tinggal di sekolah untuk evaluasi.
***
"Papa mau menunggu Miss Sasa?" tanya Prudence yang sedikit ngantuk karena hari ini acaranya cukup padat dan melelahkan.
"Iya. Papa mau antarkan miss Sasa pulang." Rodrigo menunggu sedikit agak jauh tapi bisa melihat gerbang sekolah.
Prudence hanya menyandarkan kepalanya di atas bantal kursi belakang dan tak lama gadis cilik itu pun terlelap. Rodrigo membuka sedikit jendela kaca belakang karena berbahaya jika dalam mobil tertutup rapat dengan AC menyala.
Tak lama Rodrigo melihat Sasa keluar tapi dirinya kalah cepat dari sebuah taksi biru muda yang datang menjemputnya. Rodrigo tertawa miris karena sekali lagi dia gagal untuk mengantarkan guru cantik itu. Pria Amerika itu pun menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumahnya.
"Papa ... Kok jalan?" gumam Prudence.
"Miss Sasa sudah naik taksi."
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
tu bru dr jkrta,bntr lg bkln pd dtng tu kluarga sasa yg lain....siap2 aja khilangn jbtan....
saiki Isamu mung garuk garuk kan...
..ya gini yg BKIN AQ kngen tiap hr baca karya jeng Hana.....
haduh ngakak