Pesona Pria Seratus Juta

"Aku ingin malam ini kita..."

Ting!

Tong!

Edho tidak meneruskan perkataannya ketika mendengar suara bel berbunyi, hal tersebut membuat Edho sangat kesal. Dia menyimpan kembali paper bag yang hampir saja akan dia berikan kepada Renata.

"Siapa malam-malam begini datang kesini?" gerutunya.

Edho segera melangkahkan kakinya menuju pintu. Dan Renata mengekorinya, karena dia juga penasaran siapa tamu yang datang malam-malam begini ke rumahnya.

Ceklek!

Begitu Edho membuka pintu, mereka melihat ada seorang ojek online yang sedang berdiri di depan pintu.

"Saya datang kesini untuk mengantarkan pesanan atas nama Renata." Ojek online itu berkata sambil menunjukan sebuah kantong kresek berwarna putih yang berlogokan minimarket Indoapril di dalam kondisi yang sudah terikat rapat.

Renata mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak memesan jasa ojek online untuk membeli sesuatu, "Kayaknya kamu salah al..."

"Tadi mbak memesan jasa ojek online, menyuruh saya untuk membelikan pembalut ke minimarket Indoapril dan menyuruh saya mengantarkannya ke alamat ini, perumahan Rumah Indah nomor 13." potong ojek online itu sambil memberikan kantong kresek tersebut kepada Renata.

Renata semakin dibuat bingung, kapan dia memesan pembalut? Tapi nama dan alamatnya memang benar. Renata bukanlah seorang wanita yang pelupa, sehingga dia ingat betul tidak pernah memesan jasa ojek online untuk membelikannya pembalut.

Setelah mendengarkan perkataan ojek online itu membuat Edho sangat merasakan lemas, padahal malam ini dia sudah benar-benar siap untuk melakukan malam pertama yang tertunda dengan Renata, "Jadi kamu lagi datang bulan, Renata?" tanya Edho kepada sang istri.

"Aku ng..." Renata tidak meneruskan perkataannya, tiba-tiba dia teringat dengan Farrel. Apakah mungkin dia yang melakukannya? Karena dia tahu bahwa anak bosnya itu adalah pria yang sangat jahil. Tapi untuk apa Farrel mengirimkan pembalut untuknya?

Renata ingin meneruskan perkataannya untuk menjawab pertanyaan dari Edho, tapi mungkin karena Edho sudah telanjur kesal. Pria itu pergi begitu saja, masuk ke dalam kamarnya.

Brukkk!

Edho menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Kemudian pria itu membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

"Hhhh... rupanya dia sedang datang bulan, itu artinya aku harus menunggu sampai datang bulannnya selesai," ucapnya dengan nada kesal.

Kemudian Edho berkata kembali, "Mengapa aku harus merasa kesal? Justru itu sangat bagus, aku tidak perlu terburu-buru mengotori tubuhku untuk meniduri wanita miskin itu. Ada Tania yang siap melayani aku dan memuaskan aku setiap hari."

...****************...

Renata masuk ke dalam kamarnya, posisi kamarnya berada di lantai atas, sementara kamarnya Edho berada di lantai bawah. Wanita itu masih terlihat kebingungan sambil memandangi pembalut yang dia simpan di atas nakas.

Kemudian Renata berjalan ke balkon, dia ingin menelpon Farrel. Dia merasa curiga bahwa pria itu yang mengirim pembalut untuknya.

"Apa kamu yang mengirim pembalut ke rumahku?" tanya Renata begitu Farrel mengangkat telepon darinya.

"Iya, anggap saja itu hadiah untukmu karena sudah menjadi pembimbing aku," jawab Farrel dengan begitu tenang.

Saat ini Farrel tengah berada di dalam mobil, letaknya tak jauh dari rumah Renata. Pria itu sedari tadi memandangi Renata yang sedang berteleponan dengannya dari kejauhan.

Renata tercengang mendengarnya, baru kali ini ada seseorang memberikan hadiah atas rasa terimakasihnya dengan memberikan sebuah pembalut. "Apa kamu gila? Baru kali ini ada..."

Farrel memotong perkataan Renata, "Ya, sepertinya aku akan gila kalau sampai kamu tidur dengan suamimu. Jangan biarkan suamimu menyentuhmu sedikitpun, aku tidak rela. Hanya aku yang boleh menyentuh kamu."

Klik!

Setelah berkata seperti itu, Farrel pun mematikan teleponnya.

Renata nampak menganga sambil mengerutkan keningnya, sebenarnya suaminya itu siapa? Seharusnya Edho yang berkata seperti itu, bukan Farrel. "Ada apa dengannya? Apa dia sedang mabuk?"

Renata sangat merasakan lelah, dia tidak ingin terlalu memikirkan masalah pembalut itu ataupun bualannya Farrel. Dia memilih untuk menenangkan dirinya dengan memandangi bintang-bintang yang bertaburan di angkasa.

Farrel memandangi Renata dari kejauhan, memperhatikan Renata yang sedang memandangi langit diatas sana. Sungguh wanita itu sangat cantik sekali, membuatnya semakin terpesona.

Farrel masih memandangi Renata dari kejauhan, dia sangat merasa lega melihat Renata yang sedang berdiri di balkon sendirian. Kemudian pria itu pun tersenyum, sepertinya Renata memang tidak satu kamar dengan Edho, karena dia tidak melihat keberadaan Edho disana.