Cassandra Yohana gadis berusia 17 tahun yang masih memakai seragam abu-abu. Hobinya suka bolos dan tidur ketika jam pelajaran. Tapi nilai raport nya selalu memuaskan sehingga membuat Casandra besar kepala.
"Untuk apa punya otak kalau ngak digunain, percuma kutu buku kalau otak lu aja masih lemah." Ucapan Casandra begitu pedas ketika melihat siswi kutu buku.
Hingga suatu saat kelasnya kedatangan seorang guru baru yang langsung membuat kebiasaan dan kehidupannya Casandra jungkir balik.
Arsenio Xalendra, pria matang yang memilki karisma, tapi tatapan matanya begitu tajam dan dingin membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa terintimidasi. Tapi bagi Casandra, Arsenio Xalendra adalah pria jahat dan kejam yang sudah membuat kehidupannya tidak lagi tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma 2
"Sandra...!"
Seorang pria memakai jas berwarna putih terkejut melihat Casandra yang datang keruangannya dengan wajah pucat dan berkeringat.
"Om, tolong aku." Casandra menatap kebelakang dengan panik dan ketakutan.
"Sandra tenang." Pria yang di panggil Om oleh Casandra meraup tubuhnya dan membawanya ke ranjang pasien.
"Me-mereka jahat Om, mereka menyakitiku." Casandra begitu ketakutan.
"Iya, Om akan lindungi kamu. Jangan panik."
Fadli mengambil suntik penenang untuk Casandra, dokter psikiater itu menyuntikkan obat di lengan Casandra.
"Jangan takut, kamu sudah aman." Fadli mengusap kepala Casandra dan merebahkan tubuh gadis itu agar berbaring istirahat.
"Tapi mereka jahat Om, mereka menyakitiku." Casandra masih merancau tapi tidak seperti sebelumnya, perlahan matanya tertutup dengan suara rancauan yang perlahan hilang.
"Sandra, Kenapa kamu bisa seperti ini lagi." Fadli menatap Casandra iba.
Fadli meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Halo kak, Sandra kembali kambuh."
Sedangkan disekolah Greta tampak khawatir tidak melihat sahabatnya, apalagi nomor Casandra tidak bisa dihubungi.
"Duh, apa Sandra masih di ruangan pak Arsen ya." Greta tampak mondar mandir sebelum akhirnya memutuskan untuk menyusul sahabatnya.
Tok...tok...tok...
Greta mengetuk pintu dengan gugup.
"Masuk..!"
Seruan dari dalam membuat Greta semakin gugup.
Ceklek
Greta mendorong pintu ruangan Arsen, ketika pria itu hendak pergi.
"Ada apa?" Tanya Arsen datar.
"Eh, em..itu pak saya cari sahabat saya." Ucap Greta gugup.
Arsen menaikkan alisnya sebelah. "Sahabat?"
"I-iya pak. Sandra."
Arsen semakin mengerutkan keningnya. "Apa kamu lihat dia ada di sini?" Arsen balik bertanya.
Greta mengedarkan pandangannya kesekeliling, dan dirinya tidak melihat adanya Casandra.
"Tidak pak." Greta menggeleng.
"Ya sudah, Kenapa kamu masih disini."
Greta tersentak dan menjadi kikuk. "Em, saya permisi pak. Mau cari sahabat saya."
Greta pun pergi dengan jantung berdebar, sedangkan Arsen malah sedikit bingung dengan ucapan Greta.
"Dia tidak ada disekolah." Gumamnya dengan dirinya sendiri.
Arsen meninggalkan sekolah dan melajukan mobilnya.
Pria itu memakai kaca mata hitam, dengan sebuah alat komunikasi di telinganya.
"Halo Louis, saya sudah dalam perjalanan." Ucap Arsen pada seseorang di seberang telepon.
"Baiklah." Arsen menambah kecepatan laju mobilnya diatas rata-rata.
Keesokannya....
"Bagaimana keadaannya?" Tanya seorang pria yang usianya sekitar 40an.
"Sudah lebih baik, tapi Sandra belum mau membuka matanya kak." Jawab Fadli.
Pria itu hanya bisa mengangguk. "Kenapa dia bisa mengalami hal itu lagi, pasti ada yang menyingung soal terkait masa lalunya." Pria itu berujar. "Aku pikir dia sudah sembuh dari traumanya." Lanjutnya lagi.
"Dia sembuh jika tidak ada yang memicunya kedalam hal buruk yang pernah di alami, dan ini reaksi wajar jika pasien belum bisa menghilangkan bayangan buruk yang pernah dia alami." Terang Fadli.
"Titip dia, saya harus kembali ke Amerika. Kasihan Yolanda jika ditinggal lama." pria itu sedikit tersenyum pada Fadli.
"Tapi kak, Sandra butuh kakak." Ucap Fadli.
"Ya, tapi Yolanda juga membutuhkan saya, nanti pasti Sonya akan datang." pria itupun pergi. Tidak menghiraukan ucapan Fadli yang menatap kakak iparnya nanar.
Fadli menghela napas, dan menatap Casandra yang masih memejamkan matanya.
"Kamu harus menjadi gadis yang kuat, Om akan selalu ada untukmu." Fadli mengusap kepala Casandra.
"Di mana kliennya?" Tanya Arsen ketika melihat Louis asistennya.
"Di dalam tuan."
Louis membukakan pintu ruangan Arsen.
"Selamat siang tuan." Seorang pria berdiri dengan senyum mengembang, sedangkan wanita di sampingnya terlihat terseyum ketika melihat Arsen.
"Arsenio Xalendra, kita bertemu kembali."
Arsen mengalihkan pandangannya pada wanita yang baru saja menyapanya.
"Jova."
.
.
Jam Kunti belum 🤣🤣🤣
