Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelamatkan Sarah
Di markas organisasi Han menceritakan semua kejadin yang aku alami saat di katedral yang membuat banyak petinggi tertinggi terkejut.
"Astaga! Kau selalu saja melakukan hal diluar nalar Valentina!" Ucap seorang ketua tertinggi serius.
"Aku punya rencana sendiri yang..."
"Tidak boleh! Kau nanti akan terluka dan...."
"Biarkan, aku memahami apa yang akan dia lakukan/ Biarkan dia melakukan apapun yang dia rencanakan!" Ucap tetua organisasi kearahku.
"Apa tetua percaya padaku?" Tanyaku pelan.
"Walaupun rencanamu gila tapi rencanamu selalu berhasil dan kau sudah terikat penuh dengannya pastinya kau tidak akan bisa lari darinya, jika rencanamu memanfaatkannya itu adalah rencana yang sangat bagus jadi kamu tidak mengalami kerugian, benar bukan?" Ucap tetua yang membuatku menganggukkan kepalaku pelan.
"Benar tetua, saya akan memanfaatkan situasi yang ada. Saya tidak masalah menderita asalkan dia juga ikut menderita!" Ucapku dingin.
"Baguslah, kau bisa terus bersinar, mana tahu nanti kau bisa menduduki petinggi organisasi wilayah bagian pusat!"
"Baik tetua..." gumamku pelan.
"Oh ya, apa kalian sudah mendapatkan tugas yang sudah diberikan?" Ucap ketua serius.
"Sudah tetua, kami akan melaksanakannya dengan cepat."
"Baguslah, kalian harus tetap hati-hati apalagi kamu Valentina, kau harus tetap berhati-hati!"
"Baik tetua, saya mengerti..." gumamku pelan.
"Sudah pukul 8 malam, kalian tidak istirahat dahulu?" Ucap tetua pelan.
"Nanti saja tetua, masih ada acara di pesta teman jadi kami minta ijin dulu tetua..." gumamku pelan.
"Oh baiklah tidak masalah, kamu harus terus berhati-hati."
"Baik tetua kami mengerti..." gumamku pelan dan berjalan keluar bersama Han.
:"Haish untung tetua mengijinkannya kalau tidak pasti kau tidak akan bisa melakukan rencana gilamu!"
"Ya untungnya..." gumamku melepaskan jubahku dan memberikannya kepada Han.
"Apa kak Han akan ikut?"
"Walaupun aku malas tapi aku akan menemanimu di pesta ulang tahun itu..." Gumam Han pelan dan membuka pintu mobil untukku, aku masuk ke dalam mobil dan Han langsung menekan pedal gas mobilnya.
"Kak Han apa tidak diejek teman sekolahmu?" tanyaku pelan.
"Diejek kenapa?"
"Kau selalu disampingku, bagi dunia mafia pasti tidak terkejut tapi bagi orang awam pasti akan.... Aneh?"
"Mereka tahu kalau kau ketua mafia."
"Ehhh b-benarkah? Katanya kalau...."
"Teman sekelasku kebanyakan adalam wakil ketua mafia dan hanya aku wakil ketua mafia yang memiliki ketua mafia seorang wanita yang masih muda."
"Benarkah? Apa ketua mereka sudah tua?" Tanyaku penasaran.
"Benar."
"Hmmm kenapa kak Han mau menjadi wakil mafiaku?" Gumamku pelan.
"Karena... Aku hanya ingin saja."
"Apa kau tidak punya alasannya?"
"Tidak, aku tulus ingin menjadi wakil mafiamu. Yaaah walaupun semua rencanamu gila tapi selalu berhasil bahkan posisi mafia kita adalah mafia tertinggi."
"Itu hanya kebetulan..." gumamku pelan dan memejamkan kedua mataku.
"Kalau kau capek istirahatlah."
"Padahal masih pukul 8 malam tapi tubuhku terasa tidak enak."
"Kamu mau istirahat dulu?"
"Tidak, aku ke pesta Sarah saja dulu."
"Baiklah..." desah Han pelan.
Saat kami masuk ke jalan menuju ke ruamh Sarah, hidungku tercium aroma anyir darah yang membuatku terkejut.
:"Kak Han... Bau darah..." gumamku terkejut, Han langsung mempercepat laju mobilnya dan disaat dirumah Sarah aku melihat banyak mayat yang tergeletak membuatku teringat pembantaian keluarga besarku.
"Valentina..." Ucap Han pelan, aku langsung keluar mobil dan mencari Sarah.
"F-Fifiyan... K-kaukah itu?" Ucap seorang wanita terbata-bata, aku langsung menemuinya dan ternyata wanita itu adalah Sarah.
"Astaga ! Sarah! Apa yang terjadi?" Ucapku terkejut.
"T-Tadi ada sekelompok mafia yang berjubah merah dan tiba-tiba membunuh semua. Fifiyan... Aku takut..." ucap Sarah memeluk kakiku, aku berjongkok dan mengusap pipi Sarah.
"Tenang saja, ada aku... Aku akan membalaskan dendammu."
"Tapi mereka mafia Fifiyan!" Ucap Sarah pelan.
"Tenang saja asal kamu tahu Sarah... Aku ketua mafia tertinggi dan kak Han adalah wakil mafiaku, maafkan aku kalau harus berbohong padamu."
"A-apa yang melakukan ini adalah kamu?"
"Bukan, ini kelakuan musuh..." ucap Han berjalan kearah kami.
"Mafia musuh?" Tanya Sarah terkejut.
"Kami akan mengobatimu dan aku akan menjelaskan detail padamu, apa kamu tidak merasa.... Kesakitan?" Ucap HAn menatap kaki Sarah yang terpotong.
"A-aku ketakutan sampai aku tidak merasakan apapun..." gumam Sarah pelan.
"Kak Han tolong obati sebentar ya, setelah ini kita bawa ke organisasi agar kita tahu siapa orang yang melakukan ini!" Ucapku serius.
"Kenapa kau tidak tanya kepada suamimu itu?"Ucap Han dingin, aku menatap belakang Han telah berdiri pria yang mengikatku sejak kecil.
"S-Suami? Apa Fifiyan sudah menikah?"
"Secara mafia sudah tetapi secara hukum belum, nanti aku akan menjelaskan padamu.." gumam Han mengobati Sarah sedangkan aku berjalan kearah pria bermata merah didepanku.
"Apa kau yang melakukan ini?" Ucapku dingin.
"Bukan.'
:"Lalu... Kenapa kau kemari?" Ucapku dingin, aku berdiri di depannya dan pria itu mengangkat daguku tinggi.
"Hanya khawatir denganmu."
"Khawatir? Haaah untuk apa kau khawatirkan aku?"
"Kau sekarang milikku tentu saja aku mengkhawatirkanmu."
"Sudahlah jangan basa-basi, katakan suapa yang melakukannya!!" Protesku kesal.
"Organisasi musuh terkuat.... Organisasi kematian."
"Benarkah? Bagaimana bisa?" Ucapku terkejut.
"Nama wanita itu Sarah bukan?"
"Ya, lalu kenapa?"
"Kekasih Sarah bernama Alex dan dia ketua mafia kematian."
"Lalu kenapa dia melakukan ini semua?" Tanyaku terkejut.
"Karena Sarah sedang hamil anaknya, sedangkan Alex telah memiliki istri. Mungkin Sarah berpura-pura mati jadi dia bisa terbebas."
"Organisasi kematian ya, apa aku mampu..." gumamku pelan tapi pria di depanku kembali mengangkat daguku tinggi.
"Apa kau ragu?"
"Tentu saja, aku hanya mafia kecil yang...." Selama kau milikku, kau akan aman."
"Tapi kak Han..."
"Itu juga termasuk karena dia adalah wakil mafiamu."
"Benarkah?"
"Ya, jika kau ingin aku melindungi Sarah, aku tidak busa."
"Kenapa? Kenapa kau pilih kasih!!" Protesku kesal.
"Dia bukan prioritasku dan dia dari warga biasa, pastinya kay mengerti maksudku kan?"
"Kalau begitu dia akan terancam...."
"Jika dia berada di wilayah kekuasaanmu Alex tidak akan ikut campur dan gantilah identitasnya karena Alex sudah menganggap Sarah tewas."
"Ohh mmmm b-baiklah..." desahku menggertakkan gigiku pelan saat aku melihat pasangan yang tewas berpelukan sama seperti ayah dan ibu saat terjadi pembantaian dulu.
"Ada apa?"
"T-tidak ada, luakan saja..." gumamku menepis tangan pria itu.
"Aku akan membawa Sarah ketempat aman dahulu..." gumamku pelan, pria itu menatap pasnagan yang tewas di sampingnya dan menatapku kembali.
"Apa karena..."
"Aku sedang tidak minat bercerita..." gumamku pelan.
"Kak Han, mari kembali ke organisasi! Bawa Sarah sekalian..." gumamku pelan dan Han langsung menggendong Sarah kearah mobil. Saat berpapasan dengan pria itu aku berhenti sejenak dan menghela nafas dalam-dalam.
"Jika aku ada minat bercerita pasti aku akan menceritakannya padamu..." gumamku pelan dan pergi masuk kedalam mobil.
"Di dalam mobil Sarah hanya merintih kesakitan sedangkan aku hanya terdiam sedih.
"Valentina, apa kamu teringat... Tuan Valen?"
"Ya."
"Hmmm apa dia tahu siapa pembunuhnya?" Ucap Han mengalihkan pembicaraan.
"Ketua mafia kematian bahkan dia petinggi organisasinya."
"Astaga! Serius? Jika kau berani melawannya dengan posisimu sekarang akan lebih susah!"
"Aku tahu..." desahku pelan.
"... Aku juga sedang memikirkan sebuah rencana tapi... Kemungkinan aku kalah dan tewas sangat besar."
"Astaga jangan kau lakukan rencana gilamu ya!!!" Protes Han kesal, aku melihat Sarah dari spion kaca mobil dan terlihat dia sangat sedih.
"Sudahlah kak Han, tidak usah dibawah biar aku pikirkan cara yang lainnya..." gumamku membuang mukaku dan menatap keluar jendela, air mata tiba-tiba menetes dipipi membuatku hanya bisa menahan kesedihan karena aku tidak mau Sarah terlalu banyak pikiran.