NovelToon NovelToon
Rebirth And Redemption

Rebirth And Redemption

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Showbiz / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Dalam kehidupan sebelumnya, Xin Yi tidak pernah mengerti. Mengapa Gu Rui, yang disebut sebagai Putri satu-satunya keluarga Gu, selalu membidiknya.

Selalu merebut apa yang jadi miliknya, dan berusaha mengalahkan nya disetiap hal yang ia lakukan.

Tidak sampai suatu hari, Xin Yi menemukan catatan lama ibunya.

Dia akhirnya mengerti, bahwa yang sebenarnya anak kandung Tuan Gu adalah dirinya...

" Xin Yi, matilah dengan tenang dan bawa rahasia itu terkubur bersama tubuhmu. "

Gu Rui membunuhnya dengan kejam, merusak reputasinya, mencuri karya miliknya, dan memfitnah nya sebagai putri palsu yang hanya ingin menipu harta ayahnya.

....

" Tunggu, jadi maksudnya aku adalah Xin Yi itu sekarang.. "

Xi Yi, seorang pemenang penghargaan aktris terbaik selama lima tahun berturut-turut.

Harus kehilangan nyawanya akibat ditikam sampai mati oleh fans fanatiknya.

Dia kemudian terlahir kembali sebagai Xin Yi didunia yang lain.

Dia adalah seorang aktris, mampukah dia berubah menjadi Xin Yi Idol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 : Jejak Luka di Malam sebelum Grand Final

Malam semifinal akhirnya tiba, dan udara di studio terasa tegang dengan antisipasi. Semua mata tertuju pada panggung, menunggu para peserta menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Acara ini disiarkan langsung, menambah ketegangan di antara mereka yang berlomba-lomba untuk merebut perhatian penonton. Para penggemar yang hadir di studio juga ikut menyemarakkan suasana, memberi semangat pada para peserta yang semakin mendekati titik puncak perjuangan mereka.

Di balik layar, Xin Yi sedang memeriksa persiapan terakhir. Kostum panggung yang telah disiapkan akan langsung dibawa ke belakang panggung, membuatnya sedikit lega karena tidak perlu repot membawa semuanya sendiri. Namun, ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya hari ini: janji makan siang dengan ayahnya. Meskipun hubungan mereka belum lama terjalin, Xin Yi merasa sangat beruntung bisa memiliki kesempatan untuk mengenal ayahnya, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Baiklah, aku pergi sebentar. Aku akan kembali tepat waktu," kata Xin Yi pada teman-temannya sebelum meninggalkan ruang persiapan.

Ia melangkah keluar dan naik taksi menuju restoran yang telah dijanjikan. Di sepanjang perjalanan, ia merasakan perasaan yang aneh, seakan dunia yang baru ini terbuka lebar untuknya. Kehidupan yang penuh dengan kejutan dan kesempatan, membuatnya merasa lebih hidup daripada sebelumnya. Ia bersyukur bisa berada di sini, di dunia ini, dengan keluarga yang sekarang ia miliki.

Setibanya di restoran, Xin Yi langsung melihat ayahnya yang sudah menunggunya. Tanpa ragu, ia mendekat dan memeluk ayahnya dengan penuh kehangatan. "Ayah, aku merindukanmu," ujarnya dengan lembut, suaranya penuh dengan kejujuran. Ayahnya tersenyum, mengelus rambut Xin Yi dengan lembut, seolah menghapus segala keraguan dan kekhawatiran yang pernah ada.

Mereka pun menuju kotak pribadi yang telah dipesan. Restoran ini adalah restoran tradisional China, dengan suasana yang nyaman dan makanan yang menggugah selera. Xin Yi sangat menyukai hidangan-hidangan seperti dim sum, peking duck, dan hot pot, tetapi hari ini ia memilih untuk menikmati sup ayam ginseng yang hangat, hidangan yang selalu mengingatkannya pada kenangan indah masa lalunya.

Selama makan, mereka berbincang dengan santai. Xin Yi merasa senang bisa berbagi waktu dengan ayahnya, meski hanya sebentar. "Aku harus kembali ke asrama, ayah. Teman-temanku menungguku untuk pergi ke studio," kata Xin Yi dengan sedikit kecewa karena harus segera berpisah.

Ayahnya mengangguk penuh pengertian. "Aku akan mengantarmu," katanya, tetapi Xin Yi menolak dengan lembut. "Tidak perlu, ayah. Kami sudah disediakan mobil studio untuk pergi."

Setelah beberapa saat, Xin Yi bertanya dengan rasa ingin tahu, "Ayah, apakah kau akan lama di sini?"

Ayahnya menghela napas pelan, sedikit menyesal. "Aku harus pergi ke bandara malam ini, sayang. Pameran seni yang aku kelola sudah mendekati waktunya. Maafkan aku, tapi setelah ini selesai, kita akan berlibur bersama. Aku akan mengajak ketiga kakakmu juga."

Xin Yi merasa sedikit kecewa, namun ia tahu betapa sibuknya ayahnya. "Tidak masalah, ayah. Aku mengerti," jawabnya dengan senyum yang tulus, meski ada sedikit rasa kehilangan yang mengganjal di hatinya.

Mereka pun saling berpamitan, dan Xin Yi merasa hangat di dalam hatinya meski harus segera kembali ke dunia lain yang penuh dengan tantangan. Saat ayahnya mengantarnya keluar, Xin Yi menoleh sekali lagi, merasakan rasa terima kasih yang mendalam karena masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini, dengan orang-orang yang menyayanginya.

***

Xin Yi duduk di dalam mobil studio, bersama timnya, menuju lokasi acara. Waktu terasa berjalan begitu cepat, dan meskipun ada sedikit kegelisahan yang mengganggu, dia berusaha untuk tetap tenang. Suasana di dalam mobil terasa agak hening, dengan masing-masing anggota tim tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Xin Yi menatap keluar jendela, merasakan angin yang sedikit sejuk menyentuh kulitnya.

Namun, tak lama kemudian, suasana tenang itu berubah seketika. Tiba-tiba, mobil yang mereka tumpangi terguncang hebat. Terasa ada tarikan yang sangat kuat, dan dalam sekejap mata, semuanya menjadi kacau. Mobil itu kehilangan keseimbangan, dan sebelum mereka bisa menyadarinya, mobil terbalik, menghantam jalanan dengan keras.

Suara benturan itu menggema di telinga Xin Yi, dan seketika dunia menjadi gelap. Segalanya terasa begitu kabur dan tak terdefinisikan, tubuhnya terasa berat dan nyeri. Dia mendengar suara sirine ambulan yang semakin mendekat, namun pikirannya berputar-putar, tidak mampu fokus pada apa yang terjadi.

Di antara kepanikan itu, Xin Yi merasakan ada sesuatu yang membuatnya merasa sedikit tenang. Sebuah suara yang familiar, lembut, dan penuh keyakinan, seolah membisikkan kata-kata yang memberinya kekuatan.

"Tahan, Xin Yi. Kamu harus bertahan. Aku percaya padamu."

Suara itu begitu jelas, seolah datang dari dalam dirinya. Meski tubuhnya terasa lemah, dia berusaha untuk tetap membuka matanya, berusaha bertahan di tengah kegelapan yang mengelilinginya. Ada rasa cemas yang mendalam, namun juga rasa harapan yang perlahan tumbuh.

Sementara itu, di studio, suasana sudah mulai memanas. Para penonton yang sudah hadir dengan penuh antusias menunggu dimulainya acara. Di ruang belakang, peserta lain sudah bersiap-siap, merias diri dan berbincang dengan penuh semangat. Namun, yang mereka tidak tahu adalah bahwa tim Xin Yi belum juga tiba.

Di ruang produksi, produser acara merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Tiba-tiba, teleponnya berdering. Dengan cepat, dia mengangkatnya, dan suara di seberang telepon membuat wajahnya berubah pucat.

"Tim Xin Yi... kecelakaan. Mereka sedang dibawa ke rumah sakit darurat."

Kata-kata itu seperti petir yang menghantamnya. Setelah perubahan format acara yang mendadak, produser dan timnya bekerja keras untuk mempersiapkan semuanya dengan sempurna. Namun, kini, kabar kecelakaan ini datang begitu tiba-tiba. Xin Yi, peserta yang paling didukung, terlibat dalam kecelakaan yang tidak terduga.

"Segera kirim orang ke rumah sakit! Periksa kondisi mereka!" perintah produser dengan suara yang penuh kecemasan, tangannya gemetar.

Di rumah sakit, Xin Yi terbaring dengan tubuh yang lemah, napasnya terengah-engah. Meski dunia terasa kabur, dia berusaha menggenggam harapan, tidak ingin menyerah begitu saja. Di sisi lain, produser acara berlari terburu-buru menuju rumah sakit, penuh kecemasan, berusaha mencari tahu kondisi Xin Yi dan timnya.

Namun, saat pintu rumah sakit terbuka, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Di tengah kekacauan, seorang pria berpakaian hitam, wajahnya tersembunyi oleh topi, melangkah masuk dengan cepat. Dia mendekati ruang gawat darurat, dan matanya langsung tertuju pada tempat tidur Xin Yi yang terbaring tak bergerak.

Saat pria itu mengulurkan tangannya, sebuah suara menggelegar di dalam dirinya—suara yang penuh ketegangan dan misteri.

"Jangan khawatir, Xin Yi. Aku akan menjagamu."

Namun, saat pria itu hampir menyentuh tangan Xin Yi, pintu ruang rumah sakit terbuka lagi, dan suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar jelas. Seorang dokter muncul dengan ekspresi serius, dan di belakangnya, sebuah wajah yang sudah lama tidak terlihat muncul di ambang pintu.

Wajah yang membuat jantung Xin Yi berdegup kencang.

"Xin Yi, aku... aku datang terlambat."

1
Batara Kresno
bagus alur ceritanya suka banget
Batara Kresno
keren lanjut thor
Xin Lian
mantap
Hyun Ji
lanjut
Ao_Ao_
Lanjuttttt kk
Ao_Ao_
Bagus
Ao_Ao_
kk banyakin momen uwu ny dong
Grace_
Semangat kakkkkk, ayok update banyak2 yahh
Grace_
Stalker? 🤔
Grace_
Kuat bukan berarti gak butuh masih sayang ya Xin Yi, kamu berhak bahagia
Jasmin Melor
Luar biasa
Serendipity_
Huo Qian modus banget ye 🤣
Duh siapa itu kak, apa bakal ada penguntit dirumah xin yi?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!