"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 19
Baru akan melangkah maju mendekati sumur di belakang rumah arya, maya dan saqi di buat terkejut karena tarikan dari mbok indri, "jangan, itu bukan teman kalian,"
"maksudnya gimana mbok? Itu Sintia mbok, dia lagi sakit,"
"itu bukan teman kalian, jangan kesana... Banyak jin yang bisa menyerupai manusia, jadi jangan gegabah walupun kalian rasa kenal," peringat mbok indri.
"oh berarti itu bukan ya mbok? Terus gimana mbok? Ada kabar gak?"
"belum ada, aku udah tanya tanya ke beberapa orang tapi gak ada yang liat. Tapi arya katanya lihat pas mereka mau pergi,"
"dimana mbok mas Arya? Aku mau ketemu," tanya maya.
"gak tau, biasanya dia yang urus jual beli. Tapi ini gak tau kemana kok tumben gak ada,"
"sudah belanja aja terus pulang, ini mendung banget mau hujan kayaknya... Pagi pagi cuacanya udah gak bagus," lanjut mbok Indri.
"iya mbok, mbok mau beli apa? Berasnya masih gak mbok?"
"masih masih, jangan lupa beli bawang bawangan. Habis soalnya, nanti kalian gak bisa masak,"
"ohh iya mbok, nanti aku beli,"
"yasudah mbok pulang dulu ya... Kalian langsung pulang nanti gak usah mampir kemana mana,"
"iya mbok, hati hati,"
Setelah berpisah dengan mbok indri, maya dan saqi memutuskan untuk duduk di warung soto bu kolis. Tetangga arya yang dekat dengan pasar memang memanfaatkan teras rumahnya untuk berjualan makanan atau barang barang.
"sarapan dulu deh, bu sotonya dua ya sama minumnya teh anget," pesan saqi.
"iya mas, di tunggu ya,"
"saqi, gue kok makin kepikiran ya, gue gelisah banget. Rasanya gue sampai pengen muntah karena kepikiran mereka terus," keluh maya.
"udah maya, tenang aja kita anggep mereka udah sampai di kota. Anggep aja mereka udah pulang ke rumah masing masing, lagian mereka udah ambil barang kita. Udah deh gak usah dipikirin lagi, mereka udah jahat sama kita dan gak mau dengerin kita. Jadi kita juga gak usah peduli lagi sama mereka,"
Saat arya melintas menuju rumahnya, bu Kholis langsung berteriak, "mas Arya ini di ambil dulu pesenan bapak,"
"udah di bayar buk?"
"sudah sudah, sini to duduk duduk sini... Ada mbak maya sama mas saqi juga kan banyak temennya,"
"njih buk,"
"mas arya, aku mau tanya," panggil maya.
"iya may? Ada apa?"
"kata mbok indri, mas arya lihat farel sama Sintia waktu mau pergi ke kota ya?"
"ohh... Iya waktu itu aku lagi di rumah nirmala, terus mereka lewat. Aku tanya katanya mau pulang ke kota, bawa tas besar mereka berdua sambil dorong motor katanya mau isi bensin dulu," jelas arya.
"arya....! Soto bapak mana?" teriak pak kusna.
"sebentar ya may,"
"iya mas,"
"tuh kan gede tasnya, iya lah orang tripod gue yang dua meter itu juga di ambil sama dia. Buset dah niat banget tu orang," kesal saqi.
"mahal?"
"ya lumayan lah, kalau lo yang di ambil cuma laptop doang?"
"iya, tapi waktu itu sebenernya dia kasih duit gue banyak banget di dompet. Mungkin sekitar sejutaan gitu, gue sih nebak itu kerjaan farel sih,"
"anjir? Serius? kok gue gak di kasih ya? Anjing tu anak dia pikir lo doang kali yang butuh makan, sialan!"
"mulut lo! Nanti ketempelan lagi baru tau rasa lo...!"
"sorry sorry, emosi soalnya,"
"ini mas mbak, dijamin enak deh," ucap bu kolis sumringah.
"makasih buk,"
Mereka berdua dengan perlahan menyantap soto panas itu, hujan pun mulai turun rintik rintik. Beberapa pedagang yang tak kebagian tempat berteduh berlarian untuk mencari tempat perlindungan.
"buk sotonya satu lagi," pesan arya yang kembali datang.
"makan disini mas?"
"iya buk," sembari menunggu, ia duduk di depan maya yang memang kosong.
"mas dari mana tadi? Kata mbok indri biasanya kamu yang urusin jual beli bahan, kok tumben enggak hari ini?" tanya maya.
"dari rumah nirmala,"
"pagi banget,"
"yaudah si may terserah mau pagi pagi buta juga gak papa, kan urusan mereka... Lo cemburu?" ejek saqi.
"gue cuma tanya, monyet...! Gue cuma penasaran aja kenapa kesana pagi banget kan itu rumah cewek gitu loh,"
"adiknya sakit jadi aku jenguk, gak aneh aneh kok di rumah orang," jawab arya menenangkan.
"tuh kan? Urusan dia, udah lo gak usah kepo may,"
"ihh apa sih, udah makan aja tu soto sama mangkoknya...!" kesal maya.
......................
Sehari berlalu, tak ada tanda tanda apapun dari farel maupun sintia. Mereka benar benar menghilang bagai di telan bumi, media sosial mereka juga tak ada yang aktif.
"may laper may, masak gih,"
"yaudah ayo bantuin, lo jadi laki kalau kaga guna gue tendang lo dari sini,"
"yaelah, lo juga bukan istri gue may, sadis amat,"
"ya lo minta masakin gue, gue juga bukan istri lo kali,"
"iya tuan putri, ayo masak,"
"assalamualaikum..."
"wal... Farel? Lo baru balik? Astaga gue sama maya khawatir, lo kemana aja anjir, lo ngilang kemana?"
Saqi begitu syok melihat yang ada di ambang pintu depan adalah farel, lengkap dengan tas dan motor yang terparkir di teras rumah.
Bukannya menjawab pertanyaan saqi, farel justru langsung melenggang masuk ke dalam kamarnya dan mengunci diri. Maya dan saqi beberapa kali mengetuk dan meneriaki farel, namun pria itu tak merespon.
"aneh, sintia mana coba," saqi yang penasaran langsung keluar rumah untuk melihat, namun tak ada tanda tanda kemunculan sintia.
"saqi, lo tadi sadar gak sih kalau farel tatapannya kosong. Kayak pucet terus gak punya aura hidup," ucap maya gelisah.
"ya emang gelagatnya aneh sih, tapi kalau soal aura... Ya emang aneh juga sih, apa mungkin dia sakit ya? Kecapekan gitu," tebak saqi.
"coba lo cek motornya, soalnya gue tadi gak denger ada motor dateng,"
"bentar," saqi bergegas mendekati motor farel, roda depan dan belakang penuh dengan tanah basah dan padat bercampur dedaunan. Body motornya juga kotor dan basah, "bensinnya abis,"
"ya mungkin dia dorong kali makannya pucet gitu, mana tasnya berat kan?" tebak saqi lagi.
"iya sih, kasihan ya... Terus sintia mana? Apa jangan jangan di tinggal lagi sama farel, dia kan lelet terus banyak bacot,"
"mungkin masih di belakang, sekarang lo masak aja kalau nanti farel mau makan sama sintia. Gue mau cuci ni motor," pinta saqi pada maya.
"iya deh," maya langsung ke dapur untuk menyiapkan bahan masakan. Sedangkan saqi mendorong motor farel menuju sumur timba di dekat rumah mbok indri.
"buset dah berat banget ni motor, masuk gigi berapa sih?" saqi berusaha menetralkan gigi pada motor farel, namun tiap kali di dorong terasa berat seperti ada yang menaikinya.
"alah monyet...! Capek gue,"
"kenapa mas?" tanya dion, pemuda kampung.
"bantu dorong mas, gak tau ini gak bisa di netral in,"
"walah ayo deh mas, mau di bawa kemana?"
"itu situ aja di dekat sumur,"
"mas tadi katanya ada yang nemu orang ilang di kali, tapi waktu di samperin gak ada," curhat dion.
"cewek apa cowok?"
"cewek mas, rambutnya panjang... Katanya dia nyari temennya, eh pas di samperin lagi sama pak kades udah ngilang aja. Di cariin kemana mana gak ketemu," jelas dion.
Saqi langsung diam mematung, ia langsung teringat dengan sintia. Entah kenapa, rasa gelisah dan takut mulai menyerang dirinya.