Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas. Tapi Lisya mempunyai tekad kuat untuk membalas dendam kepada para pembully.
Ternyata ada seorang peneror yang yang aneh. Mengirim pesan aneh pada orang orang tertentu. Lebih anehnya lagi peneror itu memakai nama who?
Akhirnya Lisya tau jika Velia bukan bunuh diri melainkan ada campur tangan orang lain
"Who is the perpetrator?" "(siapakah pelakunya?)"
Apakah ada hubungannya dengan peneror itu?
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya. Itu yang terjadi pada Lisya yang terjebak dengan laki-laki yang dekat dengan para pembully. Ia memanfaatkan laki-laki itu untuk membalas dendam tanpa tau jika laki-laki itu menaruh perasaan pada Lisya. Dan lebih dari satu orang.
Mari lihat kisah manis percintaan ini dan bagaimana akhir kisah manis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemalingan?
"LISYA!" pekik seorang gadis
Lisya menoleh kebelakang melihat seorang gadis yang berlari ke arahnya
"Hosh hosh hosh. Tunggu" ujar bendahara satu sambil mengatur nafasnya
Lisya terkekeh "gue tungguin"
"Untung lo belum pulang" ujar gadis itu
"Kenapa?" tanya Lisya
Bendahara itu memberi sebuah map berwarna biru ke Lisya
"Apaan nih?" tanya Lisya bingung
"Proposal dana OSIS. Tolong Kasih ke Jewar ya" mohon Lisya
"Kenapa bukan elo aja?" tanya Lisya
"Jewar nya udah pulang "
"Kan bisa besok"
"Gak bisa! Pembina OSIS maunya besok pagi jadi gue minta tolong ke lo buat antar ke apartemen Jewar"
"Sorry gue gak mau" Lisya kembali menyodorkan proposal itu dengan paksa ke tangan bendahara itu. Lisya pikir ngasih besok pas sekolah. Kalau ke apartemen Jewar, sorry sorry aja. Lisya gak mau ada berita mereka yang kedua
Dengan cepat Lisya berbalik dan bendahara itu langsung menahan tangan Lisya
"Lisya plisss... Cuma sama lo gue bisa minta tolong. Lo mau Jewar besok marah-marah lagi"
"Gak mau sih cuma ya kenapa harus gue" anggota OSIS sebanyak itu emang gak ada yang bisa dimintai tolong apa. Lisya Lisya Lisya mulu yang jadi sasaran
"Kan lo yang tau alamatnya Jewar"
"Vino juga tau. Mungkin temen kelas dia juga banyak yang tau. Lo bisa minta tolong ke mereka"
"Tapi mana berani gue minta tolong ke mereka"
"Yaudah gue kasih alamat nya ke lo"
"Jangan!! Jewar bisa marah sama lo karena nyebar alamatnya ke sembarang orang. Asal lo tau ya, di sekolah ini gak ada yang tau alamat dia. Cuma lo sya! Lo mau di amuk dia karena ngasih tau orang?. Apalagi gue kurang bisa jaga rahasia, bisa-bisa gue sebar ke warga sekolah terus elo yang dimarahin" ujar bendahara itu
"Itu emang nakutin tapi lebih nakutin berita gue ke apartemen dia lagi. Entar fans dia hujat gue lagi"
"Kalau untuk yang itu gue bisa jaga rahasia Hehehe. Nih nih bawa lagi" ujar bendahara itu lalu memberi proposal itu
Bendahara itu langsung kabur dari hadapan Lisya. Lisya hanya dapat membuang nafas kasar sambil menatap gadis yang melambai tanpa rasa bersalah.
Lisya memeluk map itu dengan satu tangan lalu mengeluarkan ponselnya. Mencari nomor seseorang
"Halo ca, udah pulang?" suara berat seorang pria langsung bersuara saat panggilan tersambung
"Udah pa, tapi hari ini papa gak usah jemput Lisya. Lisya naik ojek aja sekalian ada urusan"
"Urusan apa? Jangan bilang kamu mau ketemu sama cowok diam-diam"
"Ih papa, Caca gak punya cowok. Lisya cuma mau nganter proposal ke rumah ketua OSIS. Suerr!"
"Iya papa percaya, hati-hati! Pulang jangan kesorean. Jangan malah pacaran sama ketos nya. Langsung pulang ke rumah kalau udah nganter itu, jangan nongkrong lagi kalau udah selesai"
"Iya papaku sayang. Lisya tutup dulu ya. Semangat kerjanya" ujar Lisya
"Iya sayang" balas papa Lisya lalu panggilan mereka terputus
Lisya mengotak atik ponselnya mencari ojol. Hari tidak terlalu panas jadi rasanya lebih baik memesan ojol daripada gocar.
Lisya menaiki ojek lalu menuju ke arah apartemen Jewar. Lisya membuka helmnya saat sudah sampai di sebuah apartemen.
Ia menaiki lift dan menekan tombol lantai apartemen Jewar. Langkah Lisya terhenti saat melihat pintu apartemen Jewar terbuka setengah
Tok
Tok
Tok
Lisya tetap mengetuk pintu itu alih-alih menekan bel. Ia hanya reflek karena pintu terbuka itu tapi baginya tak sopan jika langsung masuk.
"Kok gak nyaut sih" Lisya mendorong pintu itu lagi dengan pelan. Hingga saat pintu terbuka lebar. Hal pertama yang Lisya lihat adalah keadaan ruang tamu yang kacau.
Lisya menutup mulutnya terkejut terkejut dengan pemandangan di depannya. Sofa yang sudah tidak beraturan bahkan ada yang sudah terbalik belum lagi pecahan kaca yang Lisya yakini adalah sebuah meja kaca dan beberapa guci yang biasanya menjadi pajangan.
Ini dia gak salah apartemen kan. Masa Jewar yang rapi dan bersih memiliki apartemen se kacau ini. Bahkan ini sangat berbeda dengan saat terakhir kali Lisya kemari.
"Jewar!" pekik Lisya memenuhi ruangan
Lisya membuka sepatunya dengan tergesa-gesa dan melempar map di meja kecil dekat pintu. Ia melewati ruang tamu yang kacau itu, lalu ia menaiki tangga.
"Lisya" ujar seseorang dari bawah
Lisya yang masih ditengah tangga langsung menoleh dan melihat laki-laki yang ia cari sedang berdiri di bawah. Jewar yang masih memakai seragam sekolah.
Lisya berlari turun
"Hati-ha-"
Grepp
Ucapan Jewar terhenti saat Lisya yang sudah memeluknya dengan gemetar. Jewar bingung tapi tak dapat dibohongi jika hatinya menghangat. Dadanya berdebar saat Lisya menyembunyikan wajahnya di dadanya.
Jewar mengangkat tangannya dan membalas pelukan itu. Memeluk pinggang dan tengkuk untuk mempererat pelukan tersebut. Tubuh mereka makin nempel. Lisya dapat merasakan debaran di dada Jewar. Dan anehnya Lisya merasakan hal yang sama.
"Why? Kenapa tiba-tiba nyariin?" tanya Jewar dengan suara serak
Lisya mendongak dengan pelukan yang belum terlepas "lo gapapa?"
"Mmm kayak biasa"
Lisya mendorong Jewar hingga pelukan mereka terlepas
"Ini gak biasa aja. Jewar yang rapi dan bersih gak mungkin punya apartemen kayak kapal pecah gini. Gue khawatir karena mana tau ada pencurian atau lebih buruknya pembunuhan." omel Lisya
"Khawatir sama gue"
"Ya jelas lah! Rasa kepedulian gue itu tinggi. Buktinya lo, gue obatin"
"So, ngapain kesini?"
"Nganter proposal dari bendahara. Lo sih kecepetan pulangnya. Seharusnya tadi dia mau ngasih" oceh Lisya
"Proposal nya mana?"
"Deket pintu apartemen lo. Gue lempar karena saking overthinking ngeliat apartemen lo. Kenapa kacau gitu sih? Lo kemalingan?"
Jewar hanya mengindik bahunya. Padahal kekacauan itu adalah ulah dia sendiri. Ya kali ngaku.
"Cek sana barang barang lo. Mana tau emang kemalingan. Atau jangan-jangan ada yang teror lo. Ih serem sih kalau iya"
"Gak mungkin"
"Mungkin Jewar, secara lo itu nyebelin pasti banyak banget orang yang dendam sama lo. Makanya jangan lempeng sama orang" celetuk Lisya tapi tak dihiraukan Jewar.
Definisi lempeng menurut Lisya adalah datar, kaku, dingin. Makanya cocok banget sama Jewar. Bukan berarti panggilan sayang ya!
"Eh tadi gue teriak kenapa gak nyaut" ujar Lisya
"Gue di dapur"
Lisya mendelik. Padahal jika berada di dapur pasti teriakannya tetap terdengar. Lalu Lisya ingat, manusia seperti Jewar mana mau balas teriak.
"Ya udah gue mau pulang. Ambil noh proposal nya" ujar Lisya menunjuk proposal
Lisya berjalan ke arah pintu di ikuti oleh Jewar
"Apartemen lo gak dibersihin?" tanya Lisya sambil memakai sepatu nya
"Entar ada yang bersihin"
"Lo mau keluar juga?" tanya Lisya menatap Jewar yang sedang memakai sepatu juga
"Gue anterin pulang"
"Gak us-" belum sempat Lisya menolak, Jewar langsung menyela nya
"Gak usah nolak" seperti biasa dengan Jewar dengan nada datar nya
...----------------...