Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."
Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam Kejaran
Arga, Alya, dan Lina berdiri di tengah jalan sempit, dikelilingi oleh bayang-bayang malam yang gelap. Mereka baru saja berhasil melarikan diri dari rumah yang penuh dengan pengawal Helios, namun mereka tahu bahwa pelarian mereka belum berakhir. Helios tidak akan berhenti mengejar mereka begitu saja. Setiap detik yang mereka habiskan untuk beristirahat bisa berarti satu langkah lebih dekat dengan kematian.
“Ke mana kita sekarang?” tanya Alya, suaranya penuh kecemasan. Meskipun mereka berhasil lolos untuk sementara waktu, Arga bisa merasakan kegelisahan yang menguasai dirinya.
“Tidak banyak pilihan. Kita harus ke tempat yang aman, tempat yang mereka tidak bisa melacak kita dengan mudah,” jawab Lina dengan nada tegas. “Aku tahu tempat yang bisa kita tuju. Tapi kita harus bergerak cepat.”
Mereka berlari lebih cepat, melintasi jalanan kota yang semakin sepi. Gedung-gedung besar di sekitar mereka menjadi lebih gelap seiring dengan berjalannya waktu, dan hanya suara langkah kaki mereka yang menggema di sepanjang lorong sempit itu. Namun, semakin mereka berlari, semakin jelas bahwa Helios tidak akan memberi mereka waktu untuk beristirahat. Semua rute mereka sudah terpantau, dan setiap gerakan mereka sedang diawasi.
Arga menatap jalanan di depannya dengan waspada. Mereka harus mencari tempat persembunyian, tetapi jalanan itu terasa semakin asing. Lina berlari di depan, memimpin mereka menuju gang sempit yang tampaknya tak terdeteksi oleh mata-mata Helios. Namun, Arga tahu bahwa itu hanya sementara. Mereka akan terus dikejar. Helios memiliki jaringan yang luas. Tidak ada tempat yang benar-benar aman.
“Lina, kita tidak akan bisa lari selamanya,” kata Alya, suaranya penuh ketegangan. “Mereka akan menemukan kita dalam waktu dekat.”
Lina menoleh sebentar, memberikan tatapan yang penuh arti. “Kita tidak punya pilihan. Mereka sudah tahu kita berada di sini, dan mereka pasti sudah mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari kita. Kalau kita terus lari tanpa rencana, mereka akan menangkap kita.”
Arga mengangguk, merasakan beratnya kata-kata Lina. “Lalu apa yang kita lakukan? Apa yang harus kita hadapi?”
Lina berhenti sejenak, memandang sekeliling. Kemudian, dengan suara yang lebih rendah, ia berkata, “Aku punya kontak yang bisa membantu kita. Dia bisa menyembunyikan kita untuk sementara, tapi kita harus sampai ke sana dulu.”
Mereka melanjutkan perjalanan, kali ini dengan lebih hati-hati. Setiap langkah mereka semakin terasa berat, dan Arga tahu bahwa waktu mereka sudah hampir habis. Di dalam dirinya, rasa takut dan tekad berbaur menjadi satu. Mereka tidak bisa menyerah. Mereka harus bertahan.
Setelah beberapa blok, mereka tiba di sebuah bangunan besar yang tampaknya sudah lama tidak dihuni. Pintu masuknya tampak tersembunyi di balik pagar besi, dan suasana sekitar cukup sunyi, seolah tidak ada orang yang tinggal di sana.
“Ini tempatnya,” kata Lina dengan suara pelan, meski raut wajahnya menunjukkan kecemasan. “Ayo masuk.”
Mereka mengikuti Lina memasuki bangunan tersebut. Pintu besar itu terbuka dengan suara berderak, mengungkapkan ruang dalam yang gelap dan sepi. Hanya ada beberapa lampu yang menyala di sudut-sudut ruangan, memberikan pencahayaan yang sangat minim. Di dalamnya, ada beberapa orang yang tampaknya sudah menunggu. Seseorang dengan jaket hitam langsung menyambut mereka, mengenali Lina dengan cepat.
“Kau datang lebih cepat dari yang aku perkirakan,” kata pria itu, menatap Lina dengan serius. “Apa yang sebenarnya terjadi?”
Lina menghela napas panjang, menyeka keringat di dahinya. “Mereka sudah mengejar kita. Helios tahu kita masih hidup, dan mereka akan datang dengan lebih banyak orang.”
Pria itu mengangguk, seolah mengerti bahaya yang sedang mereka hadapi. “Kita tidak punya banyak waktu. Mereka pasti sudah mengirimkan agen untuk melacak kalian. Kalian harus segera pergi dari sini.”
Arga dan Alya saling pandang. “Ke mana kita harus pergi?” tanya Alya dengan cepat. “Kita tak bisa hanya bersembunyi di sini selamanya.”
Pria itu berjalan ke meja yang ada di samping ruangan, lalu membuka sebuah peta besar. “Kalian harus bergerak menuju daerah yang lebih jauh. Ada tempat aman yang bisa kalian tuju, tetapi itu bukan tanpa risiko. Helios pasti melacak kalian.”
Arga mendekat, menatap peta tersebut. “Jika kita pergi ke sana, apakah kita akan aman?”
Pria itu menatap mereka dengan tatapan serius. “Tidak ada yang benar-benar aman. Tapi itu adalah satu-satunya tempat yang masih bisa memberikan kalian waktu.”
Lina menatap Arga dan Alya, lalu berkata, “Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus pergi ke sana sekarang, sebelum mereka melacak kita lagi.”
Mereka bertiga menoleh ke arah pintu, tetapi suara langkah kaki yang keras terdengar mendekat dari luar. Mereka tidak punya banyak waktu lagi. Arga merasakan detak jantungnya semakin cepat, menyadari bahwa ini adalah momen krusial bagi mereka. Jika mereka tidak bergerak sekarang, mereka bisa tertangkap dalam beberapa menit ke depan.
“Cepat! Ayo pergi!” teriak pria itu, panik. “Mereka sudah dekat!”
Mereka berlari menuju pintu belakang, melewati lorong gelap yang sempit. Setiap langkah mereka terasa semakin cepat, seperti ada sesuatu yang mengintai mereka di setiap sudut. Arga bisa merasakan rasa takut yang menyelimuti dirinya, tetapi dia tahu bahwa mereka harus terus bergerak. Tidak ada pilihan lain.
Alya menoleh sebentar, memastikan tak ada yang mengejar mereka. “Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” tanyanya.
Lina menarik napas dalam-dalam. “Kita harus menuju ke tempat yang lebih aman. Helios tidak akan berhenti sampai mereka menangkap kita. Tapi kita tidak akan berhenti sampai mereka dihentikan.”
Arga mengangguk, tekadnya semakin bulat. “Kita akan melawan mereka sampai akhir.”
Mereka terus berlari dalam keheningan yang mencekam, menyadari bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang jauh lebih berbahaya. Mereka tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik kekuatan Helios—dan menghentikan mereka sebelum semuanya terlambat.
---