Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Libur akhir tahun pun tiba, setelah selesai membersihkan sekolah, pihak sekolah mengumumkan libur sampai masuk kembali setelah tahun baru. Dua hari setelahnya, Laila mengajak Rei dan Angel berlibur ke vila milik keluarga mereka. Rei minta kepada Laila agar Irene, Febi dan Bianca di ajak, tentu saja Laila dengan senang hati mengijinkan nya dan Angel juga senang karena ramai dan pasti seru.
Di dalam sebuah mobil mini van yang sudah keluar dari jalan bebas hambatan dan menapaki jalan menuju ke area pegunungan,
“Vila nya ada dimana Rei ?” tanya Irene yang duduk di sebelah pengemudi.
“Di daerah pegunungan,” jawab Rei singkat karena dia sambil mengemudi.
“Ternyata kamu bisa nyetir ya hehe,” ujar Irene.
“Yap, tentu saja bisa (dari dulu sudah bisa),” balas Rei.
“Kamu punya sim kan ya ?” tanya Irene.
“Tentu saja punya, makanya aku berani menyetir kan,” jawab Rei.
“Oh bener juga hehe,” balas Irene.
“Irene, nanti kalau pergi keluar dari vila gantian ya,” ujar Febi di kepala Irene dan Rei.
Rei melihat ke spion, dia melihat Febi dan Bianca yang duduk di paling belakang sambil melipat tangan mereka menatap Irene yang duduk di paling depan di samping Rei. Laila dan Angel duduk di tengah, mereka terlihat sedang menatap keluar jendela menikmati pemandangan.
“Hehe nomor 1 duluan dong,” ledek Irene di kepala mereka.
“Grrrrrrrr,” Febi dan Bianca menggeram di kepala mereka sambil menatap Irene di depan.
“Bukankah sama saja ya ?” tanya Rei.
“Jelas beda lah, duduk depan itu ratu kalau rajanya yang mengemudikan mobil,” ujar Bianca.
“Paling belakang pelayan,” tambah Febi.
“Hehehe jangan gitu ah, aku jadi ratu dong,” balas Irene semakin meledek.
“Udah bentar lagi sampai kok,” balas Rei.
Rei membelokkan mobil mereka menaiki jalan setapak yang menanjak untuk menuju ke vila mereka yang terletak agak dalam di pegunungan dan di depan hutan, semua langsung terdiam dan berpegangan,
“Hati hati ya Rei,” ujar Laila.
“Iya ma, tenang saja, sudah pengalaman,” ujar Rei.
“Hehe iya, kak Irene takut ga ?” tanya Angel.
“Enggak sih.....enggak kok hehe,” jawab Irene sambil memegang sabuk pengamannya dengan kedua tangannya.
“Rasain ngeliat duluan di depan,” ujar Febi di kepala mereka.
“Iya bener hehe,” tambah Bianca di kepala mereka.
“Rese ih, aku ga takut kok,” balas Irene di kepala mereka.
“Udah pada diem dulu, butuh konsen nih,” balas Rei di kepala mereka.
“Ok suami ku,” balas ketiganya di kepala mereka.
Dengan penuh konsentrasi, akhirnya Rei melewati jalan menanjak yang melewati tebing dan jurang tanpa kendala, sampai di atas. Mobil berhenti di sebuah vila yang nampak baru di pugar dengan bangunan bergaya eropa. Rei turun dari mobil dan membuka pagarnya, setelah itu dia membawa mobil nya masuk ke dalam.
Ketika masuk ke dalam pagar, mereka langsung di sambut oleh taman yang luas dengan kolam renang yang kosong dan tidak terisi di halaman. Kondisi vila juga sedikit berantakan dengan banyaknya rumput liar yang tubuh di halaman dan alang alang di dekat dinding pagar nya. Laila yang melihatnya sedikit kaget,
“Loh pak Jali belum merapihkan vila nya ya, kan mama udah bilang kita mau datang ya,” ujar Laila ketika melihat kolam renang.
“Dia lupa kali ma, telepon lagi aja,” balas Rei.
“Ya udah, berenti di sini aja dulu Rei, mama yakin di dalam juga belum di bereskan,” ujar Laila.
Setelah turun, Laila langsung menelpon menggunakan smartphonenya. Angel mengajak Irene, Febi dan Bianca untuk keliling vila. Di seberang kolam renang ada kebun bunga dengan gazebo di tengahnya dan taman di samping villa ada jalan berbatu yang sengaja di buat untuk memijat kaki.
Mereka memutar ke belakang dan melihat sebuah taman luas dengan berbagai macam permainan anak seperti perosotan, ayunan dan jungkat jungkit yang sudah berkarat di tengahnya. Kondisi taman itu juga berantakan dengan banyaknya rumput liar dan alang alang yang menutupinya.
Di sudut halaman belakang ada sebuah gubuk kecil yang sepertinya di pakai oleh tukang kebun untuk menaruh alat alat perkebunan.
“Kita bersihin sendiri aja yuk,” ajak Febi.
“Eh kakak mau ?” tanya Angel.
“Mau aja, sekalian olah raga hehe,” jawab Febi.
“Boleh deh, ayo,” balas Irene.
“Hmm....tapi banyak loh, emang bisa ya berempat doang ?” tanya Bianca.
“Pak Jali biasanya sendirian sih hehe,” jawab Angel.
“Udah ayo gerak,” balas Febi.
Febi melepas kacamatanya dan mengantunginya, mereka mulai menyingsingkan lengan baju berjalan menuju ke arah gubuk untuk mengambil alat alat. Sementara itu di depan, “klik,” Laila menutup teleponnya,
“Pak Jali mau kesini dan langsung berberes bawa beberapa orang biar cepet, dia kira kita datengnya minggu depan, makanya dia santai santai aja,” ujar Laila.
“Oh jadi gitu, dia salah nangkap waktu ya, ya udah mah, kita masuk aja dulu,” ujar Rei mengajak Laila.
Rei merangkul Laila dan mengajaknya masuk ke dalam vila. Laila mengambil kunci dari tasnya dan “kreek,” dia membuka pintunya, begitu pintu dibuka, mereka melihat perabot rumah yang masih nampak kuno dan bersejarah, seperti kursi sofa dari bambu, lampu gantung jaman penjajahan, meja makan kayu jati dan lain sebagainya, membuat suasana nostalgia yang kental bagi siapapun yang masuk ke dalam dan sedikit misterius namun tidak menakutkan.
“Mama ke kamar dulu ya, kamu keliling aja dulu,” ujar Laila.
“Iya ma, istirahat aja dulu, ntar pak Jali dateng biar aku yang temani,” ujar Rei.
“Makasih ya Rei, mama masuk dulu,” balas Laila.
Setelah Laila masuk, Rei duduk di sofa yang masih di lapisi plasti, dia mendengar suara para gadis di belakang yang terdengar seperti sedang bersenang senang. Namun ketika Rei mau berdiri, dia merasa ada yang duduk di pangkuannya, dia menoleh dan matanya membulat, dia melihat seorang gadis kecil tembus pandang yang sedang menatap nya sambil tersenyum sedang duduk santai di pangkuannya.
Tapi yang membuat hati Rei tercekat, dia mengenali wajah gadis kecil itu dan membuat dirinya ingin memeluk gadis kecil itu,
“La..Laila ?” tanya Rei.
[Benar, dia Laila tapi bukan Laila yang kamu kenal.]
“Hah apa maksud lo SS ?” tanya Rei.
[Lebih cepat kamu melihat apa yang terjadi, tapi aku ingatkan, jangan kembali hanyut ke masa lalu dan membuat diri mu terpuruk, kamu hidup di masa sekarang dan masa lalu sudah terjadi. Janji padaku kamu akan menerima semua dengan lapang dada.]
“Baiklah, gue ngerti, gue sekarang sudah beda, gue sekarang menatap ke depan, gue janji tidak akan terpengaruh,” ujar Rei di kepalanya.
[Bagus, silahkan lihat tayangannya.]
“Bwuuung,” sebuah layar hologram merah muncul di hadapan wajah Rei yang menampilkan tayangan dari masa lalu. Rei menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskan nya, dia memantapkan dirinya untuk menonton tayangan yang di tampilkan SS di depannya.
mampir juga ya kak di cerita akuu