menceritakan tentang seorang gadis yang berpindah ke dunia asing yaitu dunia kultivasi.
seperti apa kelanjutannya silahkan di baca
maaf sebelumnya banyak typo berterbangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab o4
Dari depan pintu terdengar derap langkah tidak beraturan, dan dalam sekejap, beberapa sosok muncul dari balik pintu.
"Salam kepada Yang Mulia Kaisar! Hormat kami agar Yang Mulia hidup seribu tahun lagi!"
Itu adalah Permaisuri dan para bibi kekaisaran, yang bergegas ke istana setelah mendengar kabar bahwa "penjahat kecil" mereka telah kembali.
"Bangkitlah, hormat kalian! Zen menerima kedatanganmu."
Setelah semua bangkit, Sang Permaisuri langsung melesat dan memeluk "preman kecil"nya, yang selama empat hari terakhir membuat kantung matanya bengkak. Ia tak henti-hentinya bertanya kepada setiap orang terdekat tentang kabar dari "preman kecil"nya.
“Ck, Yara ini memang pembuat onar sejagat.
Lihat, penampilanmu masih lebih baik daripada pengemis! Astaga!!! Rambut ini, sebagai seorang pria, kamu bahkan tidak bisa merawat penampilanmu. Jika bibiku tidak mengenalmu, aku akan berpikir kamu adalah pencuri induk ayam yang kepalanya habis dipatuk ayam.”
Hahaha! Seketika ruangan menjadi ramai dengan gelak tawa. Semua orang menahan air mata mereka karena terbahak-bahak.
Bagaimana tidak? Dari sekian kali kenakalan Yara, ini adalah yang terlama; empat hari terasa seperti empat abad.
Di benak mereka, tak ingin hal yang terjadi di masa lalu terulang kembali—hilang dan tidak kembali seperti Sang Kakak Kaisar dan keluarganya terdahulu.
Batin mereka semua sangat sedih dan dengan rasa khawatir.
Melihat itu, hati Yeri terasa sakit. "Lihat, Ya'er. Walaupun kami tidak di dekatmu, masih ada mereka yang menyayangimu dan mencintaimu."
Setelah puas memeriksa kondisi "preman kecil" mereka, Sang Permaisuri tidak kehilangan ketegasannya. "Bibiku tahu aksi apa lagi yang akan terjadi setelah ini, jadi sebelum itu terjadi, aku ingin mengatakan..."
"Nah, sekarang Ya'er sudah kembali. Aku mendengar dari Panglima Su bahwa Ya'er akan menjalani hukuman untuk menuliskan sejarah benua ini sebanyak seribu lembar."
"Baik, itu baik!" Sang Permaisuri melanjutkan, "Maka setelah kamu mandi, makan, dan mengunjungi nenekmu, beristirahatlah agar besok kamu memiliki semangat yang baik untuk memulai hukuman."
"Bagaimana menurut Yang Mulia Kaisar?" tanya Sang Permaisuri kepada Sang Kaisar.
Kaisar pun menjawab dengan senyum yang mengembang, lalu bertanya, "Benar, kah?!"
"Itu bagus! Ya'er memang pria sejati yang akan mempertanggungjawabkan kesalahannya, benar kan, Ya'er?!"
Kata-kata itu membuat mata Yara membulat tak percaya akan kemalangan yang menimpanya akibat perbuatan Sang Kakak.
Sekali lagi patah hati, dia berdiri dan membungkuk hormat, menjawab dengan lantang, "Yah, tentu saja raja ini akan melakukannya!!"
Serempak semua yang ada di ruangan membeku sesaat, dan terdengar tepuk tangan dari Kaisar yang diikuti Putra Mahkota dan yang lainnya. "Hebat, Ya'er! Kami sudah dewasa!"
Setelah kembali dari ruang kerja Kaisar, Yara menuju paviliunnya untuk makan dan bersiap mengunjungi Sang Nenek.
Tiba di kediaman Sang Nenek, Yara masuk dan memberi hormat, lalu berkata, "Cucu tersayang, nenek yang tampan ini datang berkunjung!" sambil tersenyum lebar, Yara berlari kecil.
Sang Nenek melihat itu dan spontan berkata, "Anak baik. Hati-hati, jangan berlari." Dia membuka tangannya, membiarkan Yara masuk ke dalam pelukan hangatnya.
Hangat... ini hangat, batin Sang Yara.
Mendongak ke atas dengan posisi berlutut, Yara berkata, "Lihat, semakin tua semakin bersinar."
Mendengar perkataan "omong kosong" dari sang cucu, Sang Nenek kemudian menjentikkan jari pelan di dahi Yara, berkata, "Hemm, mulut bocah nakal ini semakin manis."
Lalu mereka tertawa, di samping mereka ada Meiyin yang juga tertawa haru melihat pemandangan ini.
Walaupun sepupunya ini pembuat onar, kepolosan dan kemurnian hatinya hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya. Oleh karena itu, seburuk apapun kelakuannya, mereka tetap menyayanginya, bukan karena dia anak kesepian, tetapi karena aura yang dipancarkannya membuat mereka tidak bisa membencinya.
"Ya'er, ceritakan pada nenek, apakah kamu bersenang-senang saat bermain di luar?! Namun, mengapa harus di hutan terlarang?!"
Itu adalah pertanyaan semua orang. Mengapa harus di hutan terlarang?!
Mendengar ini, Yara menceritakan dari awal kejadian. "Empat hari yang lalu, saat aku sedang berada di istanaku, aku merasa bosan. Kemudian aku berencana menyelinap keluar. Namun, saat di luar, aku mendengar bahwa di hutan terlarang ada tumbuhan langka yaitu bunga anggrek ungu, yang berhasiat untuk menghangatkan dan melancarkan peredaran darah, sehingga sangat cocok untuk pasien di atas 50 tahun jika dijadikan suplemen dan baik untuk dikonsumsi di musim dingin."
Kemudian dia teringat akan Sang Nenek yang rentan di musim dingin. Itu sebabnya dia memutuskan pergi untuk mencarinya. Dia memang menemukan itu di hutan lapisan ke - 4. Namun sialnya, karena tumbuhan itu tumbuh di tepi tebing, dia kesulitan meraihnya.
Setelah cukup berusaha, dia berhasil mendapatkan tumbuhan itu dan menyimpannya di cincin spasialnya. Namun, karena ini musim dingin dan kondisi hutan di lapisan ke - 4 sangat lembab, kakinya tanpa sengaja menginjak pijakan yang lembek. Setelah itu, dia tergelincir dan terjatuh.
Dia menyembunyikan kejadian tragis yang menimpa Sang Kakak; dia berbohong. "Dan melanjutkan setelah itu, karena tebing itu sangat tinggi dan aku tidak memiliki hewan kontrak, aku hanya bisa menunggu sampai bantuan datang. Ternyata mereka menemukanku setelah empat hari."
"Namun jangan khawatir, meskipun itu di lembah, ada banyak tanaman yang dapat dimakan dan juga banyak hewan kecil yang bisa dijadikan makanan," ucap Sang Yara.
"Inilah kebohongan putihku..."
Sambil tersenyum, dia mengeluarkan tanaman "Anggrek Ungu" dan menyerahkannya kepada bibi tua untuk diolah dan diberikan kepada Sang Nenek nanti.
Mendengar ini, Sang Nenek dengan tangan gemetar memegang kedua pipi "bocah nakal"nya dan berkata, "Anak baik, anak baik. Maafkan nenek yang sudah membuatmu khawatir. Namun, di masa depan, tidak peduli apapun itu, jangan biarkan itu menjadi tanggung jawabmu seorang."
"Cobalah berbagi dengan kakak-kakakmu dan saudara-saudaramu yang lain agar Ya'er tidak mendapatkan kesulitan seorang diri di masa depan. Apakah Ya'er mendengarkan??"
Ucap sang nenek sembari menatap matanya.
"Yeah, Nenek, Ya'er mendengarkan!" Jawab sang yara lembut.
Kemudian Yara berbalik dan melihat ke arah Meiyin, lalu dia berkata, "Yinyin, apakah kamu tidak kembali ke Akademi karena aku?"
Meiyin mengangguk. "Yeah, jika aku tidak bisa memastikan keadaanmu, apa bagusnya aku di Akademi Bintang Biru? Bukankah aku terpaksa memasuki Akademi Bintang Biru juga karena jebakanmu, heeemm?!"
"Ck, kamu masih saja mengingatnya..."
"Jika begitu, kembalilah dulu. Aku masih harus menjalani hukuman di sini..."
"Haruskah nenek membantu Ya'er?!"
Tanya Sang Ibu Suri kepada cucu nakalnya ini.
"Tidak, tidak perlu. Aku seorang pria dan raja sejati tidak pantas untuk lari dari hukuman. Lagi pula, dua tahun lagi usiaku akan mencapai usia dewasa, jadi nenek tidak perlu membantuku."
Ucap tegas sang yara.
Setelah nya, Yara menghabiskan waktu sore bersama Sang Nenek dan Meiyin hingga mereka kembali dan beristirahat.
---