Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuhkan talak tiga padaku!
Hati dan tubuh mulai terasa lelah, jam sembilan malam wanita muda itu baru saja menyendok makan malamnya dengan sisa lauk bekas pemilik mansion, sedangkan maid yang lain sudah sedari tadi menikmati makan malamnya dengan lauk baru, tidak seperti dirinya karena ada larangan dari Aidan.
“Jangan ada air mata, Dea. Kamu harus menerimanya, ini memang kesalahan kamu dan ini hukumanmu!” batin Deandra berusaha menguatkan dirinya.
“Gak pa-pa makan seadanya, yang penting masih bisa makan,” gumam Deandra seorang diri, wanita muda itu duduk di lantai marmer yang begitu dingin di salah satu sudut dapur basah, dan mulai menyantap makan malamnya. Bukankah bersedih hati itu butuh energi!
Di saat Deandra menyantap makan malamnya, tiba-tiba saja ada piring kecil berisikan ayam goreng yang terulur dari tangan seseorang. Deandra pun mendongakkan wajahnya. “Makanlah ayam ini, kamu hanya makan dengan kuah sayur sop saja,” ucap wanita paruh baya itu, yang sering dipanggil Bu Nani.
Deandra meletakkan piringnya ke lantai, lalu menerima piring kecil tersebut. “Terima kasih Bu Nani,” jawab Deandra.
“Sama-sama, silahkan lanjutkan makannya,” balas Bu Nani, wanita paruh baya itu meninggalkan Deandra, dan kembali merapikan meja dapur, sedangkan Deandra kembali makan.
Tak lama kemudian Pak Benny ke dapur basah. “Bu Nani lihat Dea?” tanya pria paruh baya itu, tanpa melihat jika Dea sedang duduk di lantai menikmati makan malamnya.
“Itu,” tunjuk Bu Nani ke arah Deandra yang masih duduk di lantai.
“Bapak, cari saya?” tanya Deandra, masih duduk dilantai dan dia mendongakkan kepalanya.
“Segera habiskan makannya, setelah itu ikut saya menemui Tuan Muda,” pinta Pak Benny, terlihat terburu-buru.
Deandra mendesah, nafsu makannya tiba-tiba hilang, mau tidak mau dia beringsut dari lantai dan membuang sisa makanannya ke tong sampah dan segera mencuci piring bekas makannya.
“Antar saya untuk menemui Tuan Muda,” pinta Deandra.
Pak Benny memutar balik badannya dan berjalan duluan di depan Deandra, agar wanita muda itu bisa mengikutinya dari belakang. Pak Benny mengantar Deandra ke lantai dua, tepatnya ke ruang kerja milik Aidan.
Sesampainya di depan pintu ruang kerja, Pak Benny mengetuk pintu, dan terdengar suara sahutan pria di dalamnya.
“Sudah ada Deandra di sini, Tuan Muda,” kata Pak Benny.
“Suruh masuk, dan tinggalkan kami berdua,” pinta Aidan terdengar dingin.
“Baik Tuan Muda,” jawab patuh Pak Benny, pria itu menyuruh Deandra masuk kemudian menutup pintu ruang kerja Tuan Mudanya.
Deandra melangkahkan kakinya dengan hati-hati saat masuk ruang kerja pria itu, matanya tak berani membalas tatapan Aidan, dia hanya menatap rak-rak yang dipenuhi oleh buku-buku tebal. Aidan yang berada dibalik meja kerjanya, mengontrol kursi rodanya dengan remotenya lalu memutar meja kerja dan menempatkan kursi rodanya dekat sofa yang ada di ruang kerjanya.
Deandra masih berdiri di dekat pintu, sekitar lima langkah jaraknya, dia tak berani untuk lebih maju lagi. Aidan pun tidak meminta wanita itu lebih mendekat lagi, mungkin cukup dengan jarak yang jauh itu.
Aidan menatap tajam wanita yang sangat berbeda dengan Poppy istrinya, ya jelas berbeda mereka tak sedarah hanya saudara angkat. Jika Poppy memiliki wajah yang amat cantik, kulit kuning langsat, tubuh tinggi dan amat sexy, sangat jauh dengan Deandra, sejak dulu sudah menggunakan kacamata bulat dan besar, tinggi badan hanya 160 cm, tubuhnya jauh dari kata sexy karena Deandra pakaiannya selalu sederhana, tidak se fashionable seperti Poppy, tapi ada kelebihan pada diri Deandra kulitnya sangat putih, rambut panjangnya berwarna coklat, dan ikal di bagian bawahnya. Dan banyak yang tidak menyadari jika Deandra melepas kacamata bulatnya, maka wajah yang sesungguhnya akan terlihat sangat cantik.
“Kamu tahu kenapa aku memanggil kamu ke sini?” tanya Aidan, seperti biasa suaranya terdengar dingin, tidak ramah.
Deandra memberanikan diri menatap pria yang baru saja menikahinya sebagai istri kedua. “Jika aku tahu, aku tidak akan di sini!” balas Deandra begitu datar dan terkesan dingin.
Pria tampan itu tersenyum miring mendengarnya. Kertas yang ada di atas pangkuannya di lemparnya ke atas meja sofa. “Baca!” perintah Aidan dengan kasarnya.
Terpaksa wanita itu melangkah maju untuk mendekati meja tersebut, lalu mengambilnya dan membacanya dengan seksama.
“Apa ini maksudnya?” batin Deandra ketika dia memulai membacanya.
Kedua netra Deandra masih membaca dua lembar kertas tersebut. “Pernikahan antara dirinya dengan Aidan tidak boleh diketahui oleh siapapun, menjadi rahasia keluarga! Tugas selama tinggal di mansion adalah mengerjakan semua pekerjaan seperti pelayan dari pagi hingga malam tanpa di gaji. Tidak boleh membantah kepada pemilik mansion. Wajib mematuhi peraturan yang ada di mansion. Tidak boleh menuntut berharap mendapatkan nafkah batin dan lahir dari Aidan Trustin. Dan jangan pernah mengakui diri sebagai istri dari Aidan Trustin!” batin Deandra.
Aidan masih menunggu reaksi dari Deandra atas surat yang dia berikannya. Deandra menarik napasnya pelan-pelan, inti dari surat yang dia baca, dia bagaikan tahanan namun tidak berada di balik jeruji tapi di balik mansion yang mewah, tidak ada kebebasan untuk dia sendiri, apalagi dia adalah karyawan yang bekerja di perusahaan Papa Ernest.
“Kamu sudah pahamkan dengan isi surat itu?” tanya Aidan. Kertas yang dipegang oleh Deandra dipegangnya dengan erat. “Tuan ingin mengurungku sepertinya,” kata Deandra.
“Begitulah, kamu memang tahananku! Pantaskan!” jawab Aidan dengan tatapan sinisnya.
Deandra meletakkan kembali kertas tersebut ke atas meja, lalu kembali melangkah mundur kakinya ke tempat semula dia berdiri. “Sebaiknya tadi siang aku tidak menuruti untuk dinikahi oleh Tuan, dan aku seharusnya memilih menyerahkan diri saja ke pihak berwajib dan menerima hukuman,” balas Deandra, kali ini dia berusaha menguatkan dirinya, setelah tadi saat makan malam pria itu sempat memarahinya di depan pelayan yang lain.
Aidan menaikkan salah satu alisnya. “Oh jadi kamu telah menyesal memilih menikah denganku! Paling tidak di sini kamu bisa tidur dengan nyaman di kamar sendiri, ketimbang di penjara satu kamar bisa 20 orang atau lebih,” ejek Aidan.
“Mungkin itu lebih baik buatku, jadi sebaiknya kita batalkan pernikahan kita, atau mungkin malam ini Tuan Muda bisa langsung jatuhkan talak tiga padaku, dan aku akan menyerahkan diri ke kantor polisi, dari pada aku tinggal di sini tapi dikurung seperti tahanan, bukankah sama saja!” balas Deandra, memberanikan diri untuk berkata.
Sungguh jawaban Deandra, membuat Aidan meradang. “Tidak semudah itu kamu meminta aku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara seperti aku yang kini lumpuh dan kakakmu yang kini berjuang antara hidup dan matinya, belum lagi calon anakku yang telah tiada!” kata Aidan, hatinya penuh dengan dendam.
Jika sudah menyinggung hal tersebut, kembali lagi hati Deandra terpojokkan. Wanita itu menundukkan wajahnya, dan menatap lantai marmer itu, wajar jika pria itu dendam dengannya, siapa yang mau menjadi lumpuh, dan terbaring koma selama beberapa bulan.
“Kecelakaan itu benar-benar tidak disengaja, kenapa semua orang tidak percaya jika rem mobilku blong, tidak ada faktor kesengajaan. Aku juga tidak tahu jika mobil yang aku tabrak adalah milik Ka —Tuan muda bersama Kakak Poppy, aku juga tidak menginginkan melihat Tuan Muda menjadi lumpuh, dan Kak Poppy koma hingga keguguran. Aku juga tidak mau, dan ini bukan kehendakku Tuan, jika boleh memilih kenapa bukan aku saja yang lumpuh atau koma!” balas Deandra menahan rasa sesaknya kembali.
“Itu karena kamu yang ceroboh mengendarai mobil, tidak becus, malah menyalahkan mobil rem blong!” sahut Aidan penuh emosi, dan mendakwa wanita itu.
“Oke kalau aku yang salah, sekarang aku tidak mau memperpanjang masalah ini. Sebaiknya aku memang harus menyerahkan diri, agar masalah ini selesai dan Tuan akan puas. Dan tolong nanti jatuhkan talak tiga padaku!” jawab Deandra datar, wanita itu memutar balik badannya dan kembali melangkahkan kakinya menuju pintu.
“Berani kamu keluar dari ruangan ini, dan menyerahkan diri ke kantor polisi. Maka detik ini juga aku akan menarik semua saham yang aku investasi di perusahaan Papa Ernest! Aku tidak peduli, sudah bisa dipastikan perusahaan Papa akan kembali hancur!” ancam Aidan, suaranya benar-benar meninggi.
Tubuh Deandra mendadak menjadi tegang mendengarnya, dan dia baru teringat Papa Ernest pernah bilang padanya kenapa dia harus mau dinikahi oleh Aidan, salah satunya saham milik Aidan. Tangan kanan Deandra mengusap dada kirinya yang amat terasa menyesakkan, rasanya ingin meledak.
“Bagaimana ... kamu yakin sekarang minta bercerai dan menyerahkan diri sekarang ke kantor polisi?”
Deandra masih membeku dalam berdirinya, sedangkan Aidan sudah mengarahkan kursi rodanya agar lebih dekat dengan Deandra.
“Kalau begitu bebaskan aku untuk tetap bekerja di kantor papaku, aku juga butuh uang untuk hidupku. Bukankan Tuan tidak akan memberikan nafkah batin untukku. Jika Tuan tidak bisa memenuhi permintaanku, aku akan tetap menyerahkan diri ke polisi dan biarlah perusahaan papa hancur,” kata Deandra pelan namun tegas, tapi sebenarnya dia tidak ingin perusahaan papa angkatnya bangkrut.
Aidan selama ini juga sudah tahu jika adik iparnya semenjak lulus kuliah sudah bekerja di perusahaan Papa Ernest, sama seperti istrinya Poppy, namun yang berbeda Deandra hanya karyawan biasa sedangkan Poppy memiliki kedudukan tinggi di perusahaan Papa Ernest sebagai direktur operasional.
Kini kembali Aidan yang berpikir sendiri, untuk memutuskan permintaan Deandra, antara mengizinkan atau tidak mengizinkannya.
“Tidak semudah itu kamu meminta cerai padaku, Deandra!”
Bersambung ...
Kakak readers jangan lupa tinggalkan jejaknya, like, komen, kembang, kopinya ya. Makasih sebelumnya.
Lope Lope sekebon 🙏🏻🙏🏻
keren thor..
aq suka ma novel2 mu.....
sukses selalu thor...../Heart//Heart//Heart//Heart/