Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.
Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?
“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Surat Cinta yang Hilang
Matahari sore itu menyinari jalanan dengan lembut, sementara angin sepoi-sepoi membawa aroma khas musim panas. Rina berjalan sambil melirik kaset baru yang baru saja ia beli di toko kaset, berpikir tentang betapa banyaknya lagu yang ingin didengarkannya malam ini. Kaset itu adalah pemberian Danu, lagi-lagi sebuah mix-tape dengan lagu-lagu yang terasa begitu personal dan penuh makna. Setiap lagu di kaset itu terasa seperti pesan terselip, dan Rina merasa semakin bingung dan penasaran.
Sambil menunduk, ia memeriksa isi tasnya, mencari sesuatu yang ia butuhkan. Tiba-tiba, sebuah suara memanggil namanya dari belakang.
"Rina! Tunggu!"
Rina menoleh, dan terlihat Sari sedang berlari kecil mendekatinya, wajahnya penuh semangat. Sari selalu begitu, energik dan penuh keceriaan. Ia sudah menjadi sahabat Rina sejak kecil, selalu ada di sampingnya untuk memberikan dukungan atau sekadar membuatnya tertawa.
"Ada apa, Sar?" tanya Rina sambil tersenyum.
Sari tersengal-sengal, masih kelelahan dari berlari. "Rina, kamu tahu kan kalau Danu udah nulis surat cinta buat kamu?" tanya Sari dengan nada misterius, seolah memegang rahasia besar.
Rina langsung terdiam, mata terbelalak. "Surat cinta? Maksudmu... surat yang dia kasih waktu itu?"
"Enggak, Rina. Yang terbaru! Dia nulis surat lagi buat kamu," jawab Sari sambil menatap Rina dengan serius.
Rina merasa detak jantungnya mulai cepat. "Kapan? Di mana?" tanyanya dengan suara sedikit cemas.
"Aduh, kamu harusnya lebih perhatian deh, Rina. Kamu ini gimana sih?" Sari menggelengkan kepala. "Tapi, ya sudah, yang penting sekarang, kita cari surat itu dulu!"
"Kenapa harus cari surat?" tanya Rina bingung.
Sari menarik tangan Rina, "Karena surat itu... hilang."
"Hilang?" Rina terkejut. "Kamu serius?"
Sari mengangguk, wajahnya serius. "Iya. Katanya dia nulis surat itu dengan sangat hati-hati, dan ia ingin sekali kamu membacanya. Tapi saat dia akan mengirimnya, surat itu terjatuh. Dan sekarang dia nggak tahu di mana."
Rina merasa hatinya berdebar. "Lalu kita harus ke mana?"
Sari tertawa pelan. "Tentu saja, ke tempat yang paling mungkin dia kehilangan surat itu. Kita mulai dari tempat terakhir dia lihat surat itu, di jalan dekat sekolah."
---
Di luar, langit semakin memerah. Rina dan Sari berjalan cepat, tidak sabar untuk menemukan surat itu. Rina, meskipun cemas, juga merasa sedikit geli. Betapa konyolnya situasi ini—sebuah surat cinta yang hilang di jalanan.
"Rina, kamu udah sering banget deh ngalamin hal-hal aneh bareng Danu," Sari mulai berseloroh. "Pernah nggak sih kamu merasa hidupmu itu kayak sinetron remaja?"
Rina tertawa pelan. "Jangan lebay, Sar. Ini bukan sinetron."
"Tapi kalau dilihat-lihat, memang mirip sih," Sari melanjutkan sambil berjalan dengan semangat. "Kamu lagi jatuh cinta, ada surat cinta, ada kaset-kaset yang penuh dengan pesan tersembunyi, terus sekarang ada surat yang hilang! Ini kan kaya drama banget!"
Rina hanya bisa tersenyum. "Ya, tapi ini kan nyata, Sar. Surat itu penting, buat aku dan Danu."
Mereka sampai di dekat sekolah, di mana Danu sering berjalan pulang. Rina menunduk, mencari-cari tanda-tanda keberadaan surat yang hilang. Tak jauh dari sana, ada sebuah warung kecil tempat Danu biasa membeli minuman. Rina dan Sari mendekat ke warung itu, berharap menemukan petunjuk.
"Rina, coba lihat!" teriak Sari tiba-tiba.
Rina mengikuti arah pandang Sari dan melihat sebuah kertas tergeletak di jalan dekat sebuah trotoar. Ia berlari ke sana dan memungutnya dengan hati-hati. Begitu membuka kertas itu, Rina terkejut—itu memang surat dari Danu!
"Ya ampun, Sar! Ini suratnya!" Rina teriak dengan girang.
Sari ikut melihat surat itu, dan mereka berdua mulai tertawa bersama. Ternyata, surat yang hilang itu tidak jauh dari tempat mereka berdiri. "Aduh, Rina, kamu ini memang keberuntungan banget deh. Kayaknya surat itu emang ditakdirkan buat kamu!" kata Sari sambil tertawa geli.
Rina memandang surat itu dengan hati-hati. Di atas kertas itu tertulis dengan tulisan tangan yang rapi, namun penuh dengan kehangatan. Surat ini tidak seperti surat-surat sebelumnya. Kali ini, Danu benar-benar membuka perasaannya.
Untuk Rina,
Aku tidak tahu bagaimana harus memulai surat ini, karena aku merasa ada banyak hal yang ingin aku katakan, tapi takut kalau aku malah salah bicara. Tapi aku ingin kamu tahu satu hal—aku sangat menghargai semua waktu yang kita habiskan bersama, entah itu mendengarkan musik, berjalan di taman, atau bahkan hanya duduk diam sambil mendengarkan kaset-kaset yang kita suka. Setiap momen bersama kamu, rasanya seperti lagu-lagu yang selalu aku putar, yang selalu bisa mengingatkan aku pada kamu.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku suka sekali mendengarkan lagu-lagu yang kamu rekomendasikan, dan aku merasa seperti kita berbicara lewat musik. Tapi aku juga ingin berbicara langsung padamu, jika kamu mau mendengarkan.
Maaf kalau surat ini terdengar aneh, tapi aku harap kamu mengerti bahwa aku... suka padamu, Rina. Semoga kamu nggak kaget dengan pengakuan ini. Aku hanya ingin kamu tahu, dan berharap bisa berbicara lebih banyak denganmu.
Danu
Rina membaca surat itu berkali-kali, hatinya terasa penuh dengan perasaan yang campur aduk—bahagia, gugup, dan sedikit terharu. Setelah lama terdiam, ia mengangkat wajahnya, dan tanpa sadar tersenyum lebar.
"Jadi, kamu sekarang gimana?" tanya Sari dengan nada menggoda.
Rina hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Aku nggak tahu, Sar. Semua ini... aku nggak bisa percaya."
Sari tertawa riang. "Ayo, kita cari Danu dan kasih tahu dia kalau kamu sudah baca suratnya!"
Rina mengangguk pelan. "Tapi, nanti dulu... Aku nggak tahu harus bilang apa."
Sari menepuk bahu Rina. "Tenang aja, Rina. Kamu cuma perlu bilang satu hal. Bilang 'terima kasih' dan 'aku juga suka sama kamu'. Itu aja."
Dengan perasaan yang campur aduk, Rina melangkah menuju tempat di mana Danu biasanya lewat, tak jauh dari situ. Rasa cemas dan harapannya bercampur dalam hatinya. Apa yang akan terjadi setelah ini?
Namun, yang pasti—petualangan kecil ini akan jadi kenangan manis yang selalu dikenang dalam hidupnya, di tengah-tengah kaset, surat cinta, dan semua keajaiban remaja yang tak terlupakan.
---