Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Satu bulan berlalu setelah Lizda melahirkan. Pertemuan terakhir dengan para pegawai showroom berakhir mencengangkan. Sudah saat nya Lizda memimpin sendiri warisan papa nya.
"Apa kamu tidak terlalu terburu-buru memimpin perusahaan?" ucap Daniel seraya memeluk Lizda dari belakang. Lizda sedang berkaca melihat penampilan nya yang tidak pernah mengenakan setelan formal seperti pagi ini.
"Sayang??" ucap Daniel lagi.
"Bukan nya ini yang kamu inginkan, waktu itu kamu meminta ku untuk memimpin sendiri perusahaan itu berdua denganmu. Lalu sekarang kamu terkesan seperti mencegah ku melakukan nya? Aku jadi bingung dengan sikapmu yang tidak konsisten." cetus Lizda sembari menyingkirkan tangan Daniel yang melingkar di perut nya.
"Maksud ku, aku sudah bekerja keras selama ini supaya kamu bisa bersantai di rumah biarkan aku saja yang bekerja. Hitung-hitung aku mengabdi pada keluarga mu, Sayang,"
Tidak puas dengan jawaban Daniel, Lizda tetap bersiap untuk berangkat ke kantor. Segala keperluan Aska sudah di siapkan nya.
"Kamu mau berangkat sendiri atau bareng denganku dan Lidya?" tanya Lizda.
"Tidak aku berangkat sendiri saja, supaya nanti pulang kerja nya kamu bisa denganku, karena pasti Lidya sudah pergi siang hari," alasan Daniel ini selalu ada saja. Lidya meninggalkan Daniel yang masih berada di kamar, dia sudah lebih dulu berangkat bersama adik nya.
*
*
"Selamat pagi semuanya, seperti yang sudah saya katakan sebelum nya bahwa mulai hari ini bu Lizda akan memimpin perusahaan. Meskipun masih ada saya tapi kalian bisa mulai memindahkan segala laporan ke bu Lizda," ucap Lidya dengan tegas.
Lizda berjalan ke arah tempat mereka briefing dengan memakai blouse putih dan celana hijau muda. Berjalan tegap menghadap semua orang yang memandang nya. Dia berdiri di samping Lidya adik nya namun mata nya tajam menatap ke arah Rara.
Semua pegawai memberikan tepuk tangan dan tersenyum termasuk Rara tapi senyum nya palsu.
Hari pertama Lizda berjalan baik, semua pekerjaan perlahan mulai di pegang nya. Lidya tetap mendampingi bahkan mereka masih di satu ruangan yang sama.
Tok
Tok
"Sayang ini sudah waktu nya pulang, ayo pulang denganku?" ajak Daniel yang masuk ke dalam ruangan Lizda.
Lizda menatap Lidya.
"Kakak pulang lebih dulu saja sama suami kakak, aku juga setelah ini pulang," sahut Lidya dengan cepat. Lizda pun mengiyakan dan pulang bersama suami nya itu.
Rara yang sedang menunggu ojek online di depan kantor merasa kesal melihat keromantisan Daniel dan istri nya. Tak di pungkiri hubungan mereka semakin lama semakin terbawa perasaan yang dalam.
"Kamu mau mampir makan di luar? Atau mau langsung pulang saja?" tanya Daniel.
"Pulang saja, aku sudah merindukan Aska," jawab Lizda.
Ting!!
Ponsel Daniel yang di letakkan di tengah itu berbumyi terlihat ada pesan masuk dari Rara. Tidak ada yang mencurigakan dari nama yang tersimpan di ponsel suami nya itu.
Lizda melirik suami nya, tetapi Daniel tidak menyentuh ponsel nya sama sekali. Dia tetap fokus menyetir, meskipun terlihat tangan nya mencengkram erat setir mobil.
"Itu ada pesan dari Rara, kenapa tidak di buka?" akhirnya Lizda bertanya juga ke Daniel.
"Paling urusan pekerjaan, nanti saja," pandangan nya terus lurus ke depan.
"Sini aku buka siapa tahu penting!" cetus Lizda.
Daniel segera mengambil ponsel nya dan membuka nya sebelum Lizda yang lebih dulu merebut ponsel itu. Ternyata isi dari pesan itu adalah "Pak maaf saya lupa beri tahu bahwa minggu depan divisi pemasaran akan mengadakan kunjungan ke cabang yang ada di Jawa Timur. Apakah bapak ikut dalam acara tersebut?"
"Nih kamu lihat, pesan nya soal pekerjaan bukan? Dia itu salah satu karyawan yang kinerja nya baik, jadi jangan sembarangan menaruh curiga," pekik Daniel.
"Oh benarkah? Jadi kalian akan ada kunjungan ke cabang lain?"
"Kan tidak berdua, banyak orang di sana. Kalau kamu mau ikut silahkan, coba saja kamu tanya Lidya besok," tantang Daniel.
Lizda hanya diam.
*
*
Sesampai nya di rumah baru saja mereka turun dari mobil di sambut oleh Vonny yang raut wajah nya selalu datar. Daniel dan Lizda menyalami punggung tangan Vonny dan beranjak pergi.
"Ehh ehh sebentar, malam ini kita semua akan makan di luar. Di resto nya Lidya karena sebentar lagi Lidya akan pindah ke luar kota," seru Vonny.
Lizda sempat bingung karena selama di kantor Lidya tidak mengatakan apa-apa.
"Sudah, cepat kalian mandi dan bersiap. Kita berangkat satu mobil saja, karena papa dan Lidya berangkat masing-masing dari tempat yang berbeda," Vonny mendorong tubuh Daniel agar bergegas.
Pukul 7 malam mereka sudah tiba di resto milik Lidya.
"Ini punya adikmu?" tanya Daniel lirih.
"Iya dia bekerja sama dengan teman nya membangun restoran ini," jawab nya cepat.
"Kaya juga adik mu ya, pintar cari uang." Daniel menyeringai.
Terlihat Marco dan Lidya sudah tiba di sana lebih dulu. Mereka berdua sedang sibuk membuka laptop dan membahas soal pekerjaan.
"Haduh sudah kerja nya, sekarang waktu nya bersama keluarga. Tutup laptop kalian!" seru Vonny saat masuk ruangan vip yang hanya ada keluarga mereka saja.
Sambil menunggu makanan tiba mereka berbincang-bincang soal showroom, lagi-lagi soal pekerjaan. Marco sudah mendapat laporan dari Lidya bahwa Lizda cepat tanggap dalam bekerja sehingga akan lebih mudah ke depan nya.
Maka jika satu bulan ke depan perusahaan tetap stabil Marco berencana menambah total saham yang di miliki Lizda. Mendengar hal itu Daniel tersenyum lebar, suatu saat dia siap dengan rencana busuk nya menguasasi perusaaan Lizda.
Di tengah pembahasan itu Lizda teringat soal kunjungan ke luar kota. Dia pun segera bertanya pada Lidya.
"Dek, memang nya benar minggu depan akan ada kunjungan untuk divisi pemasaran ke cabang Jawa Timur?" tanya Lizda.
"Bukan minggu depan, Kak. Tapi bulan depan dan mungkin aku juga akan menghadiri acara tersebut." jawab Lidya yang masih menyantap makanan nya.
"Oh bulan depan?" ucap Lizda namun mata nya melirik ke arah Daniel.
Daniel yang merasa terpojokkan memilih membuang muka menghadap jendela yang mengarah keluar. Tapi dia seperti melihat Rara sedang berjalan melintasi ruangan itu dengan seorang laki-laki tua. Karena penasaran Daniel mencoba mencari alasan agar bisa keluar dari ruangan itu.
"Aku mau ke toilet dulu," ucap Daniel. Langkah nya di percepat mencari siluet Rara yang baru saja lewat, dari segala sisi dia sudah mencari namun tidak menemukan selingkuhan nya itu.
Dia kembali ke ruangan vip tadi dengan perasaan geram, Daniel yakin bahwa yang di lihat nya tadi adalah Rara. Hingga makan malam pun selesai dirinya terlihat tidak tenang.
Keluarga Marco berjalan keluar ruangan dan akan menuju pintu keluar. Ternyata pandangan Daniel tertuju pada meja di dekat pintu keluar. Rara dan seorang laki-laki tua sedang bermesraan.
"Pak Frengky?" seru Marco yang jalan lebih dulu.
"Frengky? Siapa dia? Apakah ayah Rara?" batin Daniel.