Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Masa Depan
"Pagi sayang... Kamu tidurnya lama banget!" Alarich mencium membangunkan istrinya dengan penuh kasih sayang. "Pagi mas...udah bangun?" Aleesya tersenyum lembut membelai rahang suaminya yang dipenuhi jambang tipis.
"Sudah sayang, aku ambilin sarapan yah, kita makan di sini aja. Mamah sama papah lagi ke kantor dulu."
"Makasih ya mas, aku mau mandi dulu." Aleesya bangun dia turun dari kasur menuju kamar mandi. Ternyata Alarich mengekor di belakang istrinya. "Mas mau apa?" Tanya Aleesya.
"Mandi bareng !" Sang istri melongo dia malah bengong. Alarich menarik istrinya masuk dia melepas seluruh pakaian istrinya. Dia menciumi seluruh wajah sang istri.
Aleesya yang sudah paham mau suaminya ini dia pun pasrah menerima serangan fajar di pagi hari. Dia mengikuti per mainan suaminya.
"I LOVE YOU ALEESYA" Suara parau itu terdengar seksi di telinga Aleesya membuatnya merinding. Aleesya mengadah kan kepalanya ke atas menikmati setiap sentuhan suaminya. Dia juga sangat mencintai suaminya ini.
-
-
-
"Sudah siap sayang? Mbok Inem sama Kenny ikut kita. Jadi kamu tidak akan kesepian kalau aku kerja." Alarich melihat penampilan istrinya yang semakin hari semakin cantik. Aleesya memakai dress selutut lengan panjang warna biru langit. Dengan rambut panjang hitam yang di ikat setengah kepala.
"Sudah mas." BLUSH
Wajah Aleesya tetiba merah merona suaminya menatapnya dengan penuh damba. Aleesya menundukan pandangannya. Meski sudah malam pertama, Aleesya tetap malu pada suami tampannya ini.
"Nanti siang mamah dan papah menyusul dan menginap dirumah baru kita. Besok sekalian syukuran. Aku akan mengundang om juga tante kamu!" Ucap Alarich panjang lebar. Aleesya tidak membantahnya sedikit pun. Dia mengangguk patuh.
CUP
Alarich mengecup kening istrinya dalam. "Ayo sayang kamu pasti suka sama rumah baru kita!" Alarich menggenggam tangan istrinya ke bawah dan menuju mobil.
Pak Agus supir keluarga Dewantara sudah bersiap menunggu di depan mobil lalu membuka kan pintu untuk majikannya. Bastian juga sudah ikut didalam mobil majikannya. Mbok Inem dan Kenny asisten mamah Winda berada di mobil satunya lagi bersama beberapa koper tuan dan nonanya.
"Non Aleesya cantik sekali ya udah gitu baik, sopan, lembut sekali kalau bicara. Pantas saja Den Alarich jatuh cinta hehehe!" Si mbok tengah bergosip dengan Kenny didalam mobil membicarakan majikannya.
"Iya betul, aku juga baru mbok lihat tuan Alarich secerah ini biasanya dia dingin sekali, tapi sekarang dia jauh lebih lembut." Sahut Kenny
-
-
-
Perjalanan kedua mobil itu cukup lama hingga 40 menit. Alarich memang memilih rumah agak jauh dan sedikit naik bukit, karena dia suka suasananya. Aleesya juga pasti suka sekali.
Selama dijalan memasuki kawasan Elite perumahan itu Aleesya tak hentinya mengagumi rumah rumah yang menjulang tinggi. "Ya ampun ... Ini sepertinya rumah rumah sosialita yang sering aku lihat di tv !"
Alarich melirik istrinya, dia tersenyum kecil melihat istrinya memandangi rumah rumah itu. Dia paham sekali perasaan istrinya. Selama ini meskipun Aleesya tinggal dirumah besar milik om dan tantenya, tapi Aleesya hanya tidur di kamar art. Dia bahkan di jadikan pem bantu oleh om dan tantenya.
"Bagus ya sayang!" Ucap Alarich merangkul istrinya. "Iya mas, pasti mahal mahal rumah disini." Jawab Aleesya lembut.
Bastian tersenyum kecil mendengar celotehan non Aleesya.
"Anda sekarang tidak akan merasakan penderitaan lagi non Aleesya. Anda harus bahagia bersama tuan Alarich." Itulah doa yang di ucapkan Bastian dalam hatinya.
Sekarang Aleesya di jadikan ratu oleh suaminya. Aleesya sangat bersyukur bertemu Alarich. Selama ini dia berdoa meminta keajaiban Tuhan untuk mengubah hidupnya. Sepertinya Tuhan mendengarkan tangisan doa doa Aleesya.
Sampailah mereka semua di rumah baru tuannya. Rumah dengan gerbang besar dan kokoh, penuh CCTV di setiap sudut. Pintu rumah nya juga memakai passcode. Mereka semua masuk.
"Pilihan mu yang terbaik Bas !" Ucap Alarich dengan bangga pada Bastian. Alarich menepuk nepuk pundak Bastian.
-
-
"Woww besar sekali rumahnya Den, ada kolam renangnya juga. Kamar si mbok dimana den?" Mbok cengengesan pada majikannya itu. "Di belakang mbok. Kamar buat mbok sama Kenny terpisah. Bas, kasih tahu kamar kamu dan Kenny.!"
Mbok inem dan Kenny mengikuti Bastian ke belakang. Ternyata di belakang rumah ada paviliun minimalis khusus untuk para pegawai. Juga Bastian memberika walkie talkie untuk komunikasi supaya tidak teriak teriak.
-
-
Alarich membawa istrinya berkeliling rumah, dan terakhir mereka masuk kamar. Kamar ini lebih besar dari pada kamar Alarich dirumah orang tuanya. Walk in closetnya sangat lengkap.
Aleesya membuka lemari baju itu satu persatu sudah lengkap dengan baju, gaun, piyama, bahkan lingerinya pun ada di satu lemari besar terpisah. Pakaian dalamnya pun terpisah lagi. Ada banyak sepatu dan sendal untuk keduanya. Alarich sudah hapal betul ukuran kaki istrinya.
Aleesya menganga, dia bagaikan hidup di negeri dongeng. Dia menutup mulutnya tak percaya dengan semua ini. Kamar mandinya juga besar ada televisinya juga. Di kamar Alarich tidak ada televisinya. Tapi disini ada lengkap semua.
"Mas ini semua apa tidak berlebihan?" Aleesya mengucapkan nya dengan hati hati takut menyinggung suaminya. "Tidak sayang, aku mempersiapkan rumah masa depan ini untuk kita. Karena aku yakin sebentar lagi akan ada calon anak kita." Alarich mencium perut istrinya yang masih rata itu.
"Makasih ya mas, aku ... Mencintaimu mas Alarich." Aleesya sudah berlinang air mata. Alarich menghapus air mata istrinya dengan lembut.
"Mulai sekarang hanya ada tangis kebahagiaan. Bukan kesedihan lagi. Kamu segalanya untukku Aleesya. Terima kasih sudah hadir di hidupku!" CUP Alarich mencium lembut seluruh wajah istrinya. Aleesya memejamkan matanya merasakan kasih sayang suaminya. Tangannya berada dipinggang suaminya.
Alarich mengajak istrinya beristirahat dulu di kasur. Keduanya mengobrol santai sembari bercanda tawa. Senyum Aleesya merekah membuat hati suaminya hangat.
-
-
-
Tak terasa sudah masuk jam makan siang. Si Mbok dan Kenny tengah menyiapkan makan siang. Bastian juga ikut membantu. Pak Agus stand by didepan pos.
"Mas Bas, ajak neng Siti lah kesini. Coba tolong bilangin sama tuan Al. Si. Mbok kayaknya ndak sanggup sendirian, wong rumahnya besar sekali!" Keluh si mbok inem. "Siap mbok nanti saya bicara sama tuan Al." Jawab Bastian.
Kennny bertugas menata makanan di meja makan. "Selesai waktunya panggil tuan dan nona." Kenny langsung ke atas lantai 2 mengetuk pintu kamar bossnya.
TOK TOK TOK
"Tuan, Non Aleesya ... Makan siang sudah siap!" Ucap Kenny di depan pintu.
"Iya Ken, nanti kami ke bawah." Teriak Alarich dalam kamar. Kenny langsung ke bawa lagi. Dan ternyata orang tua Alarich baru saja datang.
Mereka membawa makanan banyak sekali, dan juga membawa freezer beserta isinya. Mbok Inem berbinar melihat isi freezer itu yang lengkap dengan cemilan dan frozen food juga. Ada es krim juga
"Ya ampun Tuan, nyonya ... Buat disini?" Tanya si mbok inem. "Iya donk mbok, buat kebutuhan disini. Mbok juga kalau mau ambil aja yah!" Ucap nyonya Winda.
"Mbok ... Hehehe!" Neng Siti art yang ada di rumah utama juga ikut. "Neng Siti ... Alhamdulillah ikut juga!"