Virginia menjual keperawanan yang berharga pada Vincent demi menyelamatkan nyawa adiknya yang saat ini sedang koma. Namun, Vincent yang sedang mengalami prahara dalam hubungannya dengan sang mantan istri, menggunakan Virginia untuk membalas dendam pada sang mantan istri.
Vincent dengan licik terus menambah hutang Virginia padanya sehingga anak itu patuh padanya. Namun Vincent punya alasan lain kenapa dia tetap mengungkung Virginia dalam pelukannya. Kehidupan keras Virginia dan rasa iba Vincent membuatnya melakukan itu.
Bahkan tanpa Vincent sadari, dia begitu terobsesi dengan Virginia padahal dia bertekat akan melepaskan Virginia begitu kehidupan Virgi membaik.
Melihat bagaimana Vincent bersikap begitu baik pada Virgi, Lana si mantan istri meradang, membuatnya melakukan apa saja agar keduanya berpisah. Vincent hanya milik Lana seorang. Dia bahkan rela melakukan apa saja demi Vincent.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Hilang Tidak Akan Kembali
Lana menunggui Brie saat polisi datang meminta keterangan sebagai saksi. Ia begitu syok, namun memberontak tidaklah memungkinkan, jadi setelah perdebatan yang cukup sengit, Lana mengikuti polisi dengan patuh.
Kasus kecelakaan ini begitu menarik minat beberapa orang yang tahu persis bagaimana kejadian itu terjadi.
Ini kasus tabrak lari yang diviralkan di media sosial. Wajar polisi bergerak cepat.
Tak sedikit wartawan meliput saat Lana digelandang ke kantor polisi.
Laporan itu hanya berselang sehari setelah Egi melapor, sehingga ketika Lana digiring ke mobil polisi, ia bisa melihatnya meski dari jauh.
Disaat yang sama, Vincent juga meninggalkan rumah sakit, bedanya ia sendirian tanpa ada polisi berpakaian preman yang membersamainya.
Wartawan meliput, mengerubut, tetapi tidak diindahkan oleh polisi. Meski begitu awak media tidak menyerah, mereka segera menyusul ke kantor polisi.
Egi menghela napas dalam sebelum kembali ke ruangan dimana dia menunggu adiknya sepanjang hari. Dia tidak lagi pulang ke rumah Vincent, melainkan ke rumah lamanya.
"Virginia?!"
Egi menoleh. Perlahan dia berdiri saat seorang dokter pria mendekatinya. Ia mengulurkan ponsel yang begitu Egi kenali.
"Kata Vincent jaga-jaga kalau dia butuh informasi dari kamu!" Jefry menelisik Egi dari atas sampai bawah.
"Dokter Vincent ...."
Ragu Egi menerimanya ponsel tersebut, tetapi akhirnya dia menggenggam ponsel itu. "Apa dia akan kenapa-napa—maksud saya, apa dia akan terkena masalah, Dokter?"
Jefry tersenyum penuh arti. "Itu tergantung pada perkembangan penyelidikan, Virgi. Bisa jadi tidak ada masalah, bisa jadi bermasalah. Tergantung alibi Vincent kuat atau tidak, bukti Vincent kuat atau tidak."
"Tapi kemarin dia bilang kalau dia memiliki bukti yang kuat, Dokter, apa itu hanya omong kosong belaka?" Egi curiga.
"Tentunya jika dia bilang begitu, kamu jangan khawatir, toh jika Lana berbohong, Vincent bisa saja mengancamnya dengan Brie!" Jefry terkekeh. "Oh iya!"
Jefry mengeluarkan sebuah kartu kunci dari saku dengan tergesa-gesa seakan dia melupakan hal yang begitu penting.
Ia menyerahkan kartu itu ke Egi. "Ini nggak jauh dari sini, kata Vincent, Miss Andrea akan datang ke apartemen ini untuk melanjutkan sekolahmu!"
Egi memang tidak ingin lagi memiliki hubungan dengan Vincent lagi, tetapi penolakan pada kebaikan Vincent pasti akan membuat keributan. Pasti dia akan dinilai tidak tahu terimakasih, jadi dia menerimanya.
"Vincent tidak segabut itu hidupnya sampai dia membuang waktu untuk menjual omongan. Hanya hal-hal yang berarti yang dia lakukan sepanjang hidupnya." Jefry menambahkan, seakan ia ingin menghapus keraguan yang Egi miliki.
"Apapun yang dia katakan itu benar!"
Egi menunduk, "Saya tidak terlalu menyalahkan posisi Dokter Vincent, tapi saya sendiri tidak tahu harus bersikap bagaimana. Saya berharap siapapun pelakunya dihukum berat."
Jefry tidak mendesak agar Egi menerima keyakinan yang ia bawa soal Vincent, tetapi ia yakin Egi saat ini hanya syok mendapati kebenaran demi kebenaran yang terungkap.
Dia yakin hanya soal waktu sampai Egi berhenti menyalahkan Vincent.
...
Konfrontasi dengan Lana berlalu cukup alot. Dari penyelidikan berubah menjadi pertengkaran antara mantan suami dan istri. Vincent yang tidak mau fokus masalah jadi meluber kemana-mana lebih banyak menolak menjawab. Hampir 6 jam mereka berada di kantor polisi untuk penyelidikan. Vincent yang memang sudah siap dengan bukti yang menguatkan alibinya dengan mudah menyangkal tuduhan Lana.
"Bu Alana, bukti dari pihak Pak Vincent cukup menguatkan alibinya, sebaiknya anda mengakui siapa yang bersama anda saat itu. Kemungkinan anda bisa bebas sangat besar dengan menjadi justice collaborator."
Lana menghitung segala kemungkinan yang ada. Jika dia bisa dibebaskan tanpa menyewa pengacara tentu itu lebih mudah. Ini hanya menyebut dimana pria itu berada, kan? Lalu semuanya selesai.
Lana menatap Vincent yang saat ini sedang menekuri ponsel.
"Saya bersedia melakukan apa saja jika benar-benar dibebaskan." Lana mengepalkan tangan. Lana hanya tahu mobil Vincent mengalami kecelakaan dan hampir menewaskan seseorang, tetapi ia tidak berada di dalam mobil waktu itu.
Vincent tahu jika Lana akan melakukan apa saja asal bisa dibebaskan, jadi dia segera berdiri.
"Jika sudah selesai, saya akan kembali ke rumah sakit!"
Polisi segera berdiri untuk mempersilakan Vincent keluar. Dari raut mukanya, polisi tahu jika Vincent tidak puas dengan keputusan tersebut.
Tapi polisi juga tahu, pelaku yang sebenarnya susah ditangkap karena perlindungan yang mereka miliki.
...
Malam di rumah sakit cukup mencekam. Dingin dan rasanya tidak nyaman.
Vincent baru saja sampai, lalu menanyakan kondisi Brie, sebelum dia menengok putri yang selama ini dia besarkan seorang diri.
Namun, betapa kaget Vincent saat mendapati Brie tidur dengan tangan memeluk Egi. Sementara tangan Egi dipakai sebagai bantal.
Lama Vincent menatap Egi sebelum Egi tersentak bangun. Pikiran Vincent yang sebelumnya terasa berat dan rumit menjadi ringan hanya dengan melihat ekspresi Egi yang menurutnya lucu.
"Kenapa tidak ke apartemen saja?" Vincent sengaja mengeraskan suaranya. Dia ingin Egi terus menganggapnya kasar.
Egi mengerjap sebelum sepenuhnya menyadari dimana ia berada.
Ia turun dengan tubuh lemas dan tidak nyaman. Tetapi sesuatu di tas nya harus segera dikembalikan ke pemilik aslinya.
Egi menyerahkan keycard apartemen ke depan Vincent.
"Saya masih punya rumah untuk tinggal, Dokter!" Egi menyelipkan kartu ke tangan Vincent. "Saya tidak ingin dikasihani."
Vincent tersinggung. "Rumahmu sudah rata dengan tanah!"
Egi mendongak, sampai matanya bertemu tatap dengan Vincent. "Yang punya urusan sekarang adalah El dan anda sebagai pelaku, Dokter—"
"Tapi aku tidak terbukti bersalah atas kecelakaan El, Virgi! Justru aku akan menjadi tersangka atas kejahatan yang aku lakukan padamu!"
Vincent mencengkeram tangan Egi. "Draf laporan sudah dirumuskan, kamu tinggal membacanya lalu menyerahkan ke polisi!"
"Aku tidak mau melaporkan Dokter." Egi melepas tangan Vincent. "Itu akan sangat memalukan!"
"Kalau begitu kamu harus menerima apapun pemberian saya!" Vincent berkeras.
"Kata Dokter kepunyaan saya yang hilang tidak berarti apa-apa, kan?" Egi tidak sungkan lagi. Intinya dia ingin bebas dari belenggu yang dibuat Vincent. Jika harus berurusan dengan Vincent semata karena El.
"Karena itu, laporkan dan penjarakan saya!"
Egi dengan mata tegas melawan Vincent.
"Yang hilang tidak akan kembali lagi, jadi biarkan semua berlalu seperti semua itu tidak pernah terjadi. Mari kita menjalani hidup masing-masing, Dokter!"
Vincent terpojok. Inilah yang Virginia inginkan. Seorang Vincent harus hidup dalam kutukan. Iya, dia sekarang merasa penjara masih lebih baik daripada hidup dengan rasa bersalah sebesar ini.
Benarkah dia sudah salah di langkah awal? Tapi mungkin dia bisa melakukan sesuatu, agar setidaknya Egi kembali percaya diri.
Itu bisa dipulihkan dengan operasi, kan?