Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Setelah bertemu klien, siang itu Ricko menjenguk papanya yang masih berada di rumah sakit. Setiap wanita yang berpapasan dengannya, entah itu perawat, dokter, atau anggota keluarga pasien langsung jatuh cinta dengan ketampanan dan kegagahan tubuh Ricko.
Ricko ke rumah sakit masih mengenakan kemeja warna navy dengan setelan jas warna hitam dan dasi melilit di lehernya. Setelah sampai di ruangan papanya, Ricko segera duduk di samping papanya.
"Bagaimana keadaan Papa?" tanya Ricko dengan lembut sembari menggenggam tangan papanya dengan kedua tangannya.
"Semakin lemah. Papa rasanya sudah tidak kuat lagi, Rick. Oh iya, kamu tahu sahabat Papa, Pak Ramli, kan?" tanya Pak Bambang pada Ricko.
"Iya. Kenapa Pa?" tanya Ricko seraya mengerutkan keningnya.
"Papa berniat menikahkan kamu dengan anak Pak Ramli, Rick. Papa ingin menjalin hubungan keluarga dengan beliau sebelum Papa meninggal," ucap Pak Bambang pada Ricko.
"Tidak bisa, Pa. Papa tahu kan, Ricko sudah punya Rossa?" tolak Ricko.
"Iya, Papa tahu, tapi Papa sudah meminta Pak Ramli untuk menikahkan anaknya dan kamu 2 hari lagi di depan Papa, Rick," balas Pak Bambang.
"Enggak bisa, Pa. Ricko nggak mau. Lagipula mengurus pernikahan itu butuh waktu, tidak bisa hitungan hari," balas Ricko tetap kukuh pada pendiriannya.
"Lusa, kamu hanya perlu menikah di depan penghulu, Rick. Surat - suratnya bisa kamu urus setelahnya. Ayolah Ricko, kabulkan permohonan Papa untuk yang terakhir," ucap Pak Bambang memohon.
"Ricko akan memikirkannya lagi, Pa. Ricko harus kembali ke perusahaan sekarang," ucap Ricko lalu mencium punggung tangan papanya.
***
Setelah kepergian Ricko, Pak Bambang segera menelepon Pak Ramli untuk menanyakan bagaimana kelanjutan dari pernikahan anak mereka.
“Bagaimana, Pak? Apa anak Pak Ramli setuju dengan rencana kita?" tanya Pak Bambang pada Pak Ramli yang ada di seberang telepon.
"Tentu saja, Pak. Semuanya beres. Tinggal panggil pak penghulu saja. Lusa, saya akan membawa anak saya ke rumah sakit," balas Pak Ramli dengan sangat bersemangat.
"Terima kasih, Pak. Saya sangat bahagia mendengarnya," balas Pak Bambang seraya tersenyum senang.
"Sama-sama, Pak. Saya juga bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Pak Bambang. Jangan banyak pikiran. Semoga cepat sembuh," ujar Pak Ramli.
Setelah menyelesaikan percakapannya dan menutup sambungan telepon, Pak Ramli segera menelepon sekolah Intan. Ia meminta izin pada pihak sekolah dan mengatakan Intan akan tidak masuk sekolah mulai besok selama 3 hari karena ada urusan keluarga. Pihak sekolah pun mengizinkannya tanpa menanyakan lebih detail.
***
Di perusahaan, Ricko tidak bisa berkonsentrasi. Ia memikirkan permintaan papanya terus-menerus. Di sisi lain ia juga memikirkan perasaan Rossa kekasihnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak tahu anak Pak Ramli seperti apa dan berapa usianya?" gumam Ricko di dalam ruangannya.
Tidak berapa lama kemudian Rossa masuk ke dalam ruangan Ricko tanpa mengetuk pintu seperti biasanya karena Ricko membebaskannya keluar masuk kantornya. Rossa melihat keanehan pada wajah Ricko.
"Ada apa, Sayang?" tanya Rossa sambil berdiri di belakang Ricko yang duduk di kursi lalu memeluk leher Ricko dari belakang.
"Sakit papaku semakin parah," jawab Ricko tanpa memandang ke arah Rossa.
"Mm … maaf, aku belum bisa menjenguknya. Akhir-akhir ini aku sangat sibuk," balas Rossa sok prihatin. Padahal di dalam hatinya ia sangat tidak perduli dengan keadaan Pak Bambang.
‘Bukankah itu semakin bagus kalau ia cepat mati? Maka tidak ada lagi yang menghalangiku menikah dengan Ricko,’ batin Rossa.
Rossa pun tersenyum licik karena memang selama ini Pak Bambang belum menyetujui hubungan Ricko dengan Rossa. Pak Bambang merasa Rossa bukanlah wanita yang cocok untuk Ricko.
"Nggak apa-apa, Sayang. Ada apa kamu ke sini?" tanya Ricko sambil menarik tangan Rossa hingga kini Rossa duduk di pangkuannya.
"Tentu saja merindukanmu. Sudah 3 hari kita tidak bertemu. Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Rossa dengan manja dan bibir cemberut yang dibuat-buat.
"Tentu saja aku merindukanmu, Sayang. Sudah sore, ayo pulang!" ajak Ricko sambil menurunkan Rossa dari pangkuannya lalu menggandeng tangannya ke luar kantor.
***
Visual Ricko Argadinata