Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Menuju Relik Sang Pencipta
Bab 11: Jalan Menuju Relik Sang Pencipta
Mereka berjalan dalam keheningan yang penuh makna setelah keluar dari Ruang Perjamuan Bayangan. Kabut yang sebelumnya menutupi jalan mulai menghilang, memberi ruang bagi sinar matahari untuk menembus rimbunnya pepohonan. Meski begitu, rasa berat masih menyelimuti hati mereka. Ujian di dalam ruangan itu bukan hanya menguji keberanian mereka, tetapi juga kedalaman jiwa mereka masing-masing.
Kael melangkah dengan lebih mantap sekarang, namun matanya tetap tajam, seolah-olah ia masih memikirkan setiap keputusan yang telah ia buat. “Sekarang kita tahu betapa sulitnya ujian ini. Jika Morvath bisa mengendalikan pikiran kita, dia pasti punya kekuatan luar biasa.”
Liora mengangguk. “Tidak hanya itu, dia juga bisa membuat kita menghadapi ilusi yang bisa menghancurkan tekad kita. Kita harus lebih berhati-hati.”
Finn, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius dari biasanya. “Tapi, kita sudah berhasil melewati hal terburuk. Sekarang, kita harus fokus pada tujuan kita yang sebenarnya: Relik Sang Pencipta. Itu adalah kunci untuk mengalahkan Morvath.”
Eldrin yang berjalan di belakang mereka mendekat. “Kalian telah lulus ujian yang sesungguhnya, ujian batin. Tetapi, ujian berikutnya akan menguji kemampuan fisik dan sihir kalian. Relik Sang Pencipta berada di sebuah tempat yang sangat sulit dijangkau—Dataran Kegelapan.”
Kael menatap Eldrin dengan serius. “Dataran Kegelapan? Tempat seperti apa itu?”
Eldrin berhenti sejenak, memandang ke depan, seolah mengingat kembali kisah-kisah lama. “Dataran Kegelapan adalah wilayah yang hilang, tempat yang penuh dengan perangkap sihir kuno dan makhluk yang sangat kuat. Tidak ada yang bisa masuk dengan mudah, dan tidak banyak yang pernah keluar dari sana hidup-hidup. Namun, Relik Sang Pencipta berada di sana, tersembunyi di dalam reruntuhan kuno yang terkubur jauh di bawah tanah.”
Liora menyentuh pedangnya, seolah mencari kekuatan dari dalam dirinya. “Jika Relik itu ada di sana, kita harus menemukannya. Itu satu-satunya cara kita bisa mengalahkan Morvath.”
Finn menggenggam tangannya erat-erat. “Kita akan melakukannya bersama-sama. Tidak ada yang akan menghalangi kita.”
Menghadapi Dataran Kegelapan
Setelah berhari-hari perjalanan, mereka tiba di tepi Dataran Kegelapan. Di depan mereka terbentang sebuah jurang yang luas, dipenuhi dengan kabut tebal yang membuat penglihatan mereka terbatas. Di balik kabut, mereka bisa merasakan aura gelap yang menakutkan, seolah-olah tanah itu sendiri dipenuhi dengan kekuatan jahat.
Kael menggenggam pedangnya lebih erat. “Ini dia, tempat yang kita cari.”
Eldrin memberi isyarat agar mereka berhenti. “Hati-hati. Di sini, setiap langkah bisa menjadi langkah terakhir. Dataran Kegelapan penuh dengan makhluk yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah kalian hadapi.”
Mereka melangkah maju perlahan, dengan waspada. Tanah di bawah kaki mereka terasa rapuh, seperti bisa runtuh setiap saat. Udara di sekitar mereka terasa dingin dan penuh dengan tekanan. Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah gerbang besar yang terbuat dari batu hitam, dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang tampak hidup, berkilau dalam cahaya redup.
“Ini adalah gerbang menuju kedalaman Dataran Kegelapan,” kata Eldrin dengan suara rendah. “Hanya mereka yang memiliki tekad sejati yang bisa melaluinya.”
Kael menatap gerbang itu. “Kami sudah siap.”
Dengan sebuah isyarat, Eldrin membuka gerbang itu, dan mereka memasuki lorong yang gelap dan panjang, di mana langkah mereka bergema di dalam kesunyian yang menakutkan. Mereka bisa merasakan mata-mata tersembunyi mengawasi setiap gerakan mereka, tetapi mereka terus berjalan, tidak ada yang mundur.
Makhluk Pemburu di Dataran Kegelapan
Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan bayangan gelap yang bergerak cepat, hampir tidak terlihat oleh mata telanjang. Tiba-tiba, makhluk besar yang berwajah seperti tengkorak muncul dari kegelapan, dengan tubuh berbentuk bayangan hitam pekat.
“Jaga jarak!” teriak Liora, segera menarik busurnya dan melepaskan panah bersih yang terbang menuju makhluk itu. Namun, panah itu hanya menembus udara kosong.
“Tidak akan mudah,” kata Finn sambil mengayunkan pedangnya. “Makhluk ini… bukan makhluk biasa.”
Eldrin melangkah maju, mengeluarkan sihir pelindung. “Makhluk ini adalah Pemburu Bayangan, satu dari banyak penjaga yang melindungi Relik Sang Pencipta. Mereka bisa bersembunyi dalam bayangan dan menyerang tanpa peringatan.”
Kael menggenggam pedang Aether dan mengaktifkan kekuatan pedangnya, yang bersinar terang. “Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus menghentikan mereka sebelum mereka menghentikan kita.”
Pertempuran itu berlangsung sengit. Pemburu Bayangan bergerak sangat cepat, seolah-olah mereka menghilang di dalam bayang-bayang. Namun, dengan kerja sama yang baik, Kael menggunakan pedangnya untuk memantulkan cahaya, sementara Liora menggunakan sihir cahaya untuk menandai lokasi makhluk itu. Finn menyerang dengan pedangnya yang memancarkan energi petir, berhasil menghancurkan bayangan yang mencoba menyerang mereka.
Akhirnya, setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan, Pemburu Bayangan itu hancur menjadi debu hitam yang menghilang dalam udara.
“Mereka tidak akan menjadi yang terakhir,” kata Eldrin, menatap tempat makhluk itu hancur. “Namun, kalian telah menunjukkan bahwa kalian siap untuk menghadapi lebih banyak lagi.”
Relik Sang Pencipta
Mereka melanjutkan perjalanan ke kedalaman Dataran Kegelapan, dan setelah menghadapi lebih banyak perangkap dan makhluk berbahaya, akhirnya mereka tiba di sebuah ruang besar yang dipenuhi dengan ruangan-ruangan batu. Di tengah ruangan itu, terdapat sebuah altar kuno yang dihiasi dengan simbol-simbol ajaib yang bersinar dengan cahaya biru. Di atas altar, Relik Sang Pencipta terletak dengan elegan, dikelilingi oleh energi yang sangat kuat.
Kael mendekat dengan hati-hati, matanya tidak lepas dari Relik itu. “Kita menemukannya…”
Eldrin berdiri di samping mereka. “Tapi ini bukan akhir. Relik itu memiliki kekuatan luar biasa, dan Morvath pasti sudah tahu kita ada di sini. Kita harus segera mengambilnya dan pergi.”
Namun, saat Kael melangkah lebih dekat, ruangan itu tiba-tiba berguncang. Suara gemuruh terdengar keras, dan bayangan besar muncul di atas altar—sebuah makhluk raksasa yang terbuat dari kegelapan.
“Morvath tahu kita datang,” kata Kael dengan tegas. “Kita harus bertarung untuk mendapatkannya.”