"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16.Tidak Bisa Mundur Lagi
Perkataan Bibi Chan Shu sangat menohok Tuan Vengsier Eiger. Beliau tertegun sesaat, ketika sadar dan ingin bicara....wanita seusianya itu sudah menghilang di balik pintu. Tangan kanannya yang terangkat hendak mencegah kepergian nya terkulai tak berdaya. Beliau kembali duduk di kursi kekuasaan nya dan termenung sesaat.
"Chan Shu....oh.... Chan Shu. Maafkan aku, tragedi itu nggak bisa kuhindari. Putriku....hingga saat ini pun sangat membenciku. Bagaimana caraku bisa memperoleh kembali kepercayaan dari kalian berdua? Aku Sang Penguasa, yang ditakuti oleh semua orang. Namun aku lemah dihadapan dua wanita yang aku cintai...."
Tuan Vengsier Eiger merenungkan hal di masa lalu. Tangan kanannya menopang dahinya. Rasanya lelah dan nggak sanggup lagi berpikir. Kadang kala terdengar desahan berat keluar dari bibirnya. Para pengawal bayangannya dengan setia menjaga di sekitarnya. Tanpa panggilan dari Beliau, mereka nggak berani menjamah ruangan itu.
Sementara di barak para bawahannya, Bahama nggak mau tidur di kamar yang khusus disediakan untuknya. Dia lebih suka tidur bersama anak buah lainnya. Bahama ingin menyelidiki dan mengorek informasi apapun yang dia butuhkan. Dengan membaur bersama mereka, dia bisa mengambil celah untuk merebut kepercayaan dari Handrille Versiger.
Karena hari sudah larut malam, semua hendak tidur. Kecuali para bawahan yang bertugas menjaga keamanan tempat itu. Mereka berjaga dengan sigap dan penuh waspada. Bahama pun kelelahan dan mencoba membaringkan badannya di tempat tidur panjang yang bisa di tempati beberapa orang.
"Kenapa nggak tidur di kamar yang sudah dipersiapkan oleh Bibi Chan untukmu?"
Tanya Snake yang menyusulnya dan membaringkan badan kekarnya penuh tato ular di samping Bahama. Bahama merasa familiar, dan ia pun tersenyum sambil duduk santai di tempatnya. Dia nggak jadi membaringkan badannya.
"Rasanya kurang nyaman saja, Kak."
Jawaban Bahama begitu sopan dan formal, membuat Snake tertegun. Ia pun ikut duduk dan bangkit dari tidurnya. Ia menatap tajam ke wajah Bahama. Yang ditatap tajam, malah menundukkan kepalanya. Kadang terdengar desahan pelan. Entah apa yang dirisaukan oleh pemuda tampan dengan wajah khas Spanyol yang duduk tenang disampingnya.
"Ada apa?" Tanya Snake kemudian, ia nggak berharap dapat jawaban detail. Karena ia sadar, Bahama dan dirinya belum lama saling kenal. Nggak mungkin Bahama akan leluasa menceritakan masalahnya.
"Hidup itu kejam ya Kak?"
Yang keluar dari mulut Bahama malah sebuah pertanyaan berat. Membuat Snake diam sesaat. Mereka pun saling pandang kemudian melihat keluar jendela yang terbuka. Angin malam pun masuk dan menerpa wajah keduanya. Pandangan Snake jauh, menembus kegelapan malam.
"Kejam atau tidak, tergantung jalan yang kita pilih. Karena kita sudah terjerumus di jalan ini, mau nggak mau....memang kejam adanya. Kau masih bisa mundur, Tiger Ba."
Snake langsung menatap Bahama dengan serius. Mereka pun saling menatap tak berkedip. Dalam tatapan Bahama, ada rasa kaget dan nggak percaya jika dia bisa mundur saat ini. Maka, dia pun mencari tahu cara apa yang bisa membuatnya mundur. Karena dia tahu, siapapun yang sudah ada dalam genggaman tangan Tuan Vengsier Eiger, tidak mudah lolos.
"Mundur?" Tanya Bahama penasaran.
"Ya!" Jawab Snake tegas dan nggak main-main.
"Bagaimana caranya Kak? Apakah ada yang bisa lolos dari cengkeraman tangan Tuan Vengsier Eiger??"
Pertanyaan Bahama membuat Snake terdiam. Dia agak berpikir untuk memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.
"Satu banding sepuluh. Jika Tuhan masih menyayangi mu, nyawamu pasti selamat!"
"Itu sih sama dengan bermain api Kak. Jika nggak membakar rumah, aku sendiri yang hangus terbakar. Jika Kakak sudah tahu hasilnya seperti itu, jangan menyuruhku mundur....biarlah aku hadapi takdir pilihanku."
Bahama menunduk sedih. Snake pun memahami keadaan pemuda disampingnya itu. Lalu tangannya dengan lembut menepuk pundaknya.
"Jika itu sudah keputusan mu, lakukanlah hingga akhir perjalanan takdirmu. Kita nggak akan tahu takdir kita berakhir seperti apa. Tapi, takdir yang kita pilih berkaitan erat dengan penderitaan dan kematian. Tegar dan kuatlah Tiger Ba!!"
Nasehat yang diberikan oleh Snake, begitu mengena di hati Bahama. Bahama nggak menyangka, dibalik sosok kejam dan sangar si Snake ada sifat yang begitu lembut dan bijaksana. Bahama merasa sangat cocok dengan pria bertato yang kira-kira usianya 30 tahunan. Delapan tahun lebih tua darinya, karena sekarang usia Bahama menginjak usia 22 tahun.
"Terima kasih Kak!! Aku akan pegang nasehat Kak Snake....tidurlah Kak. Misi tadi sudah menguras tenaga mu. Maafkan aku, karena kecerobohan ku....tiga rekanmu terbunuh," ucap Bahama yang kembali berkaca-kaca karena sedih.
"Jangan dipikirkan lagi tragedi itu. Mereka sudah tahu resikonya. Jika mereka memilih hidup, keluarga mereka yang dipertaruhkan. Mereka mati demi menyelamatkan garis keturunan mereka. Jangan menangis Tiger Ba. Tegarlah!"
Snake kembali menepuk-nepuk lembut punggung Bahama untuk menenangkan pemuda belia itu. Snake sangat memahami perasaan nya. Karena dirinya juga pernah mengalami hal yang sama. Berlalunya waktu, hal itu akan terbiasa.
"Dunia hitam begitu kejam! Meskipun berlimpah harta, kita harus berdiri di tengah-tengah lautan mayat manusia...."
Keluh lirih Bahama ditengah Isak tangis pelannya. Snake hanya diam, menemaninya untuk menumpahkan semua kesedihannya. Bahama pun kembali teringat sahabatnya.
"Lou.....masih hiduplah kau? Kumohon....bertahanlah hidup Lou!"
Ucapan Bahama di sela-sela Isak tangis pelannya terdengar oleh Snake. Snake pun langsung mengubah posisi duduknya dan agak menjauh dari Bahama yang terus menangis pelan. Snake sampai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kesedihan mu bertumpuk, Tiger Ba! Semoga hatimu tegar dan kuat. Sekarang, istirahat lah. Karena esok, kita nggak akan tahu misi kita apa lagi."
Snake mencoba membaringkan badannya, agar Bahama pun mengikutinya. Namun Bahama terus terisak tanpa henti. Snake nggak tahu lagi harus bicara apa untuk menenangkan nya. Yang bisa ia lakukan, menemaninya dalam diam sampai dunia mimpi menyambutnya.
"Aku sudah bersalah padamu, Lou. Aku sudah menjerumuskan hidupmu. Jika kau masih hidup dan dendam padaku, kutunggu pembalasan mu Lou...."
Batin Bahama yang mengusap pipinya. Dia melihat jauh keluar jendela yang sengaja di buka, agar ventilasi tercukupi. Banyak orang yang tidur di barak itu. Kipas angin yang menyala, nggak sanggup mengusir bau rokok maupun bau keringat para pria itu. Bahkan kadang tercium bau darah, karena mereka ada nggak mandi setelah menjalankan misi kejahatan.
Bayangan Lou terus mengusik hati dan pikiran Bahama. Bahama menoleh kesamping nya, Snake sudah tertidur pulas. Suara dengkuran nya begitu keras. Namun, suara itu sanggup menghibur hati Bahama. Dia teringat ayahnya. Jika ayahnya tidur, suara dengkuran nya sama dengan dengkuran si Snake. Bahama pun tersenyum sedikit. Bayangan ayahnya dan Lou, bergantian menari-nari di pelupuk matanya.
Malam kian larut, bahkan terdengar suara lonceng dari menara benteng itu. Suaranya berdentang satu kali, pertanda waktu sudah jam satu dini hari. Badan Bahama terasa ngilu. Luka memar dan lebam yang ada di sekujur tubuhnya belum sembuh. Saat dia mencoba membaringkan badannya di tempat tidur keras itu, rasa sakit yang dia rasakan. Mendadak, ada seseorang yang menghardiknya keluar dari barak itu di waktu dini jam satu pagi!!