Cerita Tiger and Crane mengikuti kisah seorang anak bernama Hu Zi yang merupakan seorang anak yatim piatu yang cerdas dan ceria. Namun, suatu hari ia tak sengaja menelan mutiara merah, sebuah harta dari energi Yang terdalam. Kejadian ini, lantas menuntun dirinya kepada seorang master iblis yang suram bernama Qi Xuao Xuan. Dalam dunia hantu dan setan, kepribadian antara Hu Zi (Jiang Long) dengan Qi Xuao Xuan (Zhang Linghe) adalah dua pemuda yang memiliki kepribadian yang berbeda. Mereka akhirnya terpaksa berpetualang bersama karena mutiara merah. Sedangkan Hu Zi dan Qi Xuao Xuan yang diawal hubungan saling membenci menjadi bersatu hingga bersinar satu sama lain. Terlebih setelah mereka melalui banyak ujian hidup dan mati, membuat keduanya tumbuh menjadi lebih kuat satu sama lainnya. Hingga suatu hari, Qi Xuao Xuan masuk penjara karena melindungi Hu Zi. Hu Zi beserta teman-temannya akhirnya mengikuti seleksi nasional untuk master iblis, yang pada akhirnya mereka justru mengungkap konspirasi besar yang merupakan sebuah kebenaran seputar perang iblis yang telah terjadi pada 500 tahun lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak Kegelapan yang Tersisa
Kuil Bayangan tenggelam dalam keheningan yang mencekam. Reruntuhan altar yang berserakan di sekeliling mereka menjadi saksi bisu pertarungan sengit yang baru saja usai. Cahaya tipis dari sinar bulan yang menyelinap masuk melalui celah-celah dinding kuil menyoroti wajah-wajah lelah para pejuang.
Hu Zi berdiri terengah-engah, tangannya gemetar saat menggenggam Pedang Langit dan Neraka yang kini kehilangan sinarnya. Keringat bercampur darah membasahi wajahnya, sementara nyeri menyebar di seluruh tubuhnya seperti ombak yang tak pernah berhenti.
“Sudah selesai?” gumamnya, setengah berharap dan setengah ragu.
Qi Xuao Xuan melangkah maju tanpa menjawab. Langkahnya mantap meskipun ada luka yang mengalirkan darah dari lengan kirinya. Ia berhenti di depan altar yang hancur, di mana serpihan kristal hitam tersebar seperti bintang kecil yang mati. Matanya menyipit, menatap serpihan itu dengan ekspresi penuh kecemasan.
“Belum,” jawabnya datar, namun nada suaranya cukup untuk membuat jantung Hu Zi berdegup kencang lagi. “Ini bukan akhir. Ini hanya awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.”
“Bagaimana bisa?” suara Hu Zi bergetar. Ia memandang ke sekeliling, melihat Shen Yue yang juga terlihat kelelahan dan Yan Zhao yang mencoba berdiri tegak meskipun jelas terlihat ia mengalami cedera di kakinya. “Kita sudah mengalahkan penjaga itu. Bukankah itu cukup?”
Shen Yue menoleh, matanya serius seperti biasa, tetapi kali ini ada jejak kekhawatiran. “Energi Yin di tempat ini belum benar-benar hilang. Masih ada sesuatu... sesuatu yang lebih besar dan jauh lebih kuat.”
“Apa maksud kalian?” tanya Yan Zhao, yang kini bersandar di dinding untuk menopang tubuhnya. “Kalau ini bukan akhirnya, apa yang sebenarnya sedang kita hadapi?”
Qi Xuao Xuan berjongkok di depan altar, memungut sepotong kecil kristal hitam. Ia mengamatinya sejenak sebelum membuangnya dengan jijik. “Penjaga itu hanya pelindung. Segel ini... sebenarnya adalah gerbang. Apa yang tersegel di balik gerbang ini jauh lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan.”
Suasana tiba-tiba menjadi lebih berat. Hu Zi merasakan perutnya mual mendengar kata-kata itu. Ia menatap pedang di tangannya yang kembali tidak bersinar. Pedang itu terasa seperti beban, mengingatkannya pada ketidakmampuannya melindungi yang lain.
“Kau tahu apa yang ada di balik gerbang ini?” tanyanya, meskipun sebagian dari dirinya takut mendengar jawabannya.
Qi Xuao Xuan tidak menjawab langsung. Ia berdiri perlahan, menatap Hu Zi dengan mata tajam yang seakan menembus jiwa. “Aku punya dugaan. Dan jika dugaan itu benar, kita tidak punya banyak waktu.”
Sebelum Hu Zi sempat bertanya lebih jauh, tanah di bawah mereka mulai bergetar. Suara gemuruh rendah memenuhi ruangan, seperti erangan dari makhluk besar yang sedang terbangun.
“Apa itu?” Shen Yue melangkah mundur, matanya menyapu sekeliling dengan waspada.
Retakan kecil muncul di tengah altar, tumbuh dengan cepat hingga membelah lantai. Dari dalam retakan itu, cahaya hitam menyala terang, memancar seperti matahari kegelapan. Udara di sekitar mereka berubah berat, seperti diisi oleh sesuatu yang menekan dada mereka.
“Keluar dari sini! Sekarang!” Qi Xuao Xuan berteriak, tetapi sebelum mereka sempat bergerak, ledakan energi menghantam mereka, melemparkan tubuh mereka ke dinding kuil.
Hu Zi terbatuk, mencoba menghirup udara yang terasa seperti racun. Ketika ia mengangkat kepalanya, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku.
Dari dalam retakan itu, sosok bayangan muncul. Ia tidak memiliki bentuk yang jelas, hanya kumpulan asap gelap dengan mata merah menyala yang memandang mereka penuh kebencian.
“Manusia bodoh,” suara makhluk itu menggema, rendah dan memekakkan telinga. “Kalian pikir telah menang? Tidak ada yang bisa menghentikan kebangkitan kami.”
“Kau siapa?” Hu Zi berteriak, meskipun suaranya bergetar.
Makhluk itu tidak menjawab, hanya tertawa, suara yang membuat bulu kuduk meremang. Bayangan itu meluncur ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa, melemparkan gelombang energi yang menghantam mereka seperti badai.
“Ini gila!” Yan Zhao berteriak, mencoba menahan serangan dengan pedangnya, tetapi serangannya hanya melewati bayangan itu seperti angin.
“Kita tidak bisa melawannya di sini!” Shen Yue mencoba melindungi mereka dengan bola energi Yin, tetapi kekuatannya tidak cukup untuk menahan serangan itu.
Hu Zi berdiri dengan gemetar, menggenggam pedangnya erat-erat. “Aku tidak akan lari!” ia berteriak, mengangkat Pedang Langit dan Neraka.
Namun, pedang itu tetap diam. Sinar merah yang sebelumnya terang kini benar-benar menghilang.
“Kenapa pedang ini tidak bekerja?” Hu Zi berteriak, frustrasi.
“Kau tidak fokus!” Qi Xuao Xuan menjawab, mencoba melindungi mereka dengan teknik bertahan. “Pedang itu hanya merespons keberanian dan keyakinanmu! Jika kau terus ragu, kita semua akan mati!”
Kata-kata itu menghentikan Hu Zi sejenak. Ia menutup mata, mencoba mengendalikan pikirannya yang kacau. Ia mengingat semua yang telah ia lalui, semua janji yang ia buat untuk melindungi teman-temannya.
“Aku tidak akan menyerah,” gumamnya. “Aku tidak akan membiarkan kalian terluka karena aku.”
Ketika ia membuka matanya, cahaya merah mulai bersinar dari bilah pedangnya. Meski tidak sekuat sebelumnya, itu cukup untuk memberinya harapan.
“Bagus,” Qi Xuao Xuan tersenyum kecil. “Sekarang gunakan kekuatan itu dengan benar.”
Hu Zi melangkah maju, mengarahkan pedangnya ke makhluk itu. Dengan teriakan keras, ia mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang energi merah yang menghantam bayangan tersebut dengan keras. Makhluk itu menjerit, tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya pecah menjadi serpihan kecil yang menghilang ke udara.
Namun, retakan di altar tetap ada. Cahaya hitamnya memudar, tetapi Hu Zi tahu ini belum berakhir.
“Apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Yan Zhao, suaranya terdengar lelah.
Qi Xuao Xuan memandang retakan itu dengan ekspresi serius. “Kita harus menemukan sumber dari semua ini. Ini hanya peringatan. Jika kita tidak bertindak cepat, kegelapan yang sebenarnya akan bangkit, dan saat itu tidak ada yang bisa menghentikannya.”
Shen Yue memandang Hu Zi. “Kau tahu apa yang kau lakukan tadi?”
Hu Zi menunduk, menatap pedangnya. “Aku hanya... ingin melindungi kalian.”
Qi Xuao Xuan menepuk bahunya. “Dan kau berhasil. Tapi ini baru permulaan. Kegelapan ini baru mulai memperlihatkan dirinya. Kita harus bersiap menghadapi apa yang ada di depan.”
Hu Zi mengangguk, meskipun hatinya penuh dengan ketakutan dan keraguan. Ia tahu satu hal: ia tidak bisa berhenti sekarang.