Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan dan perdebatan Bella dan Aqila
Mari ikut saya Nona," ajak karyawati itu yang bernama Melani. Bella tau karena papan tanda pengenalnya di bagian dada kiri.
Kini Bella sudah berada di ruang VIP. Salah satu karyawan membawa beberapa lembar pakaian untuk Bella. Beberapa pakaian indah dengan warna yang begitu soft membuat Bella ikut mengagumi pakaian tersebut.
Bella berdiri, lalu memegang pakaian yang berwarna tosca, dan mengambilnya, "Baju ini sangat bagus. Aku mau ini yah!" pekik Bella bahagia.
"Baik Nona. Ini juga cantik untuk Nona kenakan," ucap karyawan itu sambil menyodorkan pakaian satunya yang ia genggam.
Bella tersenyum. Ia pun meraih pakaian itu. Tapi seketika, sebuah tangan mulus dan putih merebut pakaian itu. Membuat Bella dan karyawan itu memekik.
"Ini cocoknya sama gue," cerca gadis yang merebut pakaian itu. Bella pun menoleh, dan betapa terkejutnya, ia melihat Aqila menyeringai disamping dengan penuh kebanggaan.
"Aqila?"
"Halo anak pungut," sapa Aqila menyakitkan.
Bella terdiam, ia meremas gaunnya dengan mata memerah, "Maaf Nona, pakaian ini untuk Nona Bella. Saya bisa carian pakaian lain untuk anda," ucap Melani menawarkan pakaian lain.
Lagi-lagi Aqila menyeringai, "Lo nggak pantas pakai pakaian ini," ucapnya merendahkan, "Upss! Gue lupa yah! Lo kan udah punya Om-om yah. Jadi lo bisa beli pakaian yang lo mau," ledeknya. "Tapi sayang, gue yang akan ambil baju ini. Lo lebih baik, ke pasar loak aja deh. Lo nggak cocok di butik ternama ini," lanjutnya.
"Nona jangan berkata seperti itu, anda akan menye--
"Husss! Diam lo! Gue nggak ada urusan yah sama lo," ucap Aqila.
"Tapi Nona, nanti Tuan Albert marah. Nona akan kena masalah," jelas Melani. Akan tetapi, Aqila tak menghiraukannya.
Sementara di tempat lain, Frans yang melihat kejadian itu langsung memberitahukan Albert.
"Albert. Di ruang VIP terjadi keributan."
Albert yang tadinya bermain dengan benda pipinya langsung mendongak, "Apa itu Bella?" tanya Albert memasukkan ponselnya. Dan Frans mengangguk, yang artinya itu sebuah jawaban.
Kita kembali ke gadis-gadis didalam ruangan yah!
"Gimana sekarang, apa lo sudah nikah sama Tua Bangka itu hah?" tanya Aqila, "Atau, kau hanya jadi pemain ranj4ng dia saja?" lanjutnya menggulum bibirnya untuk menahan tawa agar tawanya tidak pecah.
"Cukup Qila!" kata Bella menekan suaranya.
Aqila menghentikan senyumannya, ia menatap Bella tajam lalu maju beberapa langkah, "Lo sudah berani yah sama gue! Apa lo udah nggak takut sama gue hah?" geram Aqila.
"Lo sudah nggak bisa ngerendahin gue lagi! Gue tau, gue anak pungut dari orang tua lo, tapi sekarang, gue nggak ada takut-takutnya lagi sama lo," balas Bella tak mau kalah.
"Berani-beraninya ya lo!" Aqila mengangkat tangannya bermaksud untuk menampar pipi Bella. Akan tetapi, tangannya terhenti saat seseorang mencekal tangannya dari samping. Sontak ia menoleh kesamping. Dan betapa terkejutnya melihat Albert yang sangat tampan dengan tatapan dingin yang begitu tajam memandangnya.
Tampan.
"Jangan pernah kau berani-berani mengangkat tanganmu kearah dia!"
Aqila terkejut, "Ma maksud lo Bella?" tanya Aqila menganga karena tidak percaya. Seorang pria tampan dengan tiba-tibanya melindungi Bella.
Seketika Albert menghempas tangan Aqila hingga gadis itu terhuyung, "Sekali lagi kau berbuat seperti itu, aku tidak akan segan-segan mematahkan tanganmu."
Aqila hanya diam sambil memegang pergelangan tangannya yang perih akibat cekalan Albert.
"Ayo kita pergi!" ajak Albert menatap Bella dengan satu uluran tangan. Bella menganggukkan kepala lalu meraih tangan albert dan pergi. Sementara Aqila hanya bisa diam di tempat.
"Dasar pengganggu! Tadi kan gue sudah bilang, lo akan nyesel," celetuk karyawan itu, lalu meninggalkan Aqila sendiri.
"Sialan lo Bella. Gue nggak akan lihat lo bahagia."
Di luar butik, Bella masih tidak percaya dengan apa yang ia lakukan tadi pada Aqila. Sebab baru kali ini Bella melawannya. Lalu, matanya berpindah menatap Albert yang masih memegang tangannya.
"Terimakasih yah!" ucap Bella menatap Albert.
Albert diam dengan wajah datarnya, lalu berkata, "Kita akan ke tokoh lain untuk membeli pakaian dan beberapa perlengkapanmu lusa."
"Hum baik."
Mereka pun berjalan, dengan enam orang bodyguard yang mengawal dari belakang, dan Frans dan juga Joe.
Singkat cerita, setelah semuanya dibeli, mereka pun masuk kedalam mobil.
Kini mereka sudah berada dijalan yang sepi menuju mansion. Di dalam mobil hanya ada keheningan. Sementara Bella hanya menatap keluar jendela dengan berpangku tangan disela jendela mobil. Ia mengingat saat Albert membantunya waktu kejadian di mall tadi. Ia tersenyum manis dengan semburan merah di pipinya.
"Ayo Bella, kamu jangan seperti ini dong! Tuan kan-- ahhh!" ia menggeleng sembari memukul-mukul kepalanya pelan. Dan hal itu di lihat oleh ketiga pria yang ada di dalam mobil. Albert dan Frans yang melihat itu merasa heran, sedangkan Joe, ia terkekeh lalu berdehem. Hingga Bella menghentikan kekonyolannya yang ternyata disadari mereka. Dan tiba-tiba--
Duorr
Chittttt
Suara tembakan dan mobil yang mengawal mobil mereka terhenti, "Shittt! Kalian siap-siap!" perintah Albert dengan benda kecil yang menempel di telinganya yang terhubung dengan para bodyguard.
Bella yang melihat mereka mengeluarkan senjata, sontak gemetar. Ia panik, "A ada apa ini?"
"Kamu tenang, aku ada bersamamu!" ucap Albert memegang tangan Bella. Sedangkan Bella hanya diam tak mengatakan apa-apa. Hingga Albert kembali berkata, "Awas!" sembari menarik tangan Bella kedalam pelukannya.
Dorrr
Mata Bella terbelalak mendengar suara tembakan. Dalam hati Bella berkata, agar dia bisa menahan diri agar tidak panik. Sebab ia mengingat perkataan dokter Dimas hari itu.
Sementara Frans, Joe dan beberapa bodyguard, sudah berada di luar mobil untuk melawan para musuh. Ya itu musuh Albert.
Albert melirik keluar mobil sambil menod0ngkan senjat4nya mengarah ke musuh dan menemb4k mereka satu persatu hingga tew4s.
"Ternyata itu, klan Joseph."
Setelah semuanya beres, Frans dan Joe kembali masuk kedalam mobil. "Terimakasih Albert. Kau memang penembak handal," ucap Frans melirik Albert dari kaca.
Albert mengangguk, "Kalau begitu, tinggalkan tempat ini!" perintah Albert. Joe pun menginjak gas lalu pergi dari tempat itu bersama dua mobil yang ikut mengekori mereka.
Sementara Bella masih berada di dalam pelukan Albert. Bukannya Bella ingin memeluk Albert terus-terusan, tapi Albert lah yang tak ingin melepaskan Bella dari pelukannya.
"Tu tuan, bolehkah anda melepas pelukan anda!" lirih Bella memohon.
"Kau jangan lepas dari pelukanku! Sebab aku tak ingin melepaskanmu dari pelukanku!" ucap Albert berbisik sambil mempererat pelukannya. Hingga Bella hanya bisa pasrah.
Pemaksaan.
***
Sementara di keluarga Reski.
Kini mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil, saat Albert mengambil perusahaannya dan memberi si tua bangka itu pelajaran. Reski yang sekarang mulai sakit-sakitan karena pikirannya yang sangat kacau hanya bisa diam termenung. Sedangkan Ambar yang sudah berpenampilan ibu-ibu rumah tangga biasa, juga ikut frustasi.
"Gara-gara Papa nih, kita sekarang jadi miskin."
"Ini semua gara-gara Mama yang selalu menghambur-hamburkan uang Papa. Bukannya nabung malah ahhh!! Tau lah." Reski sudah tak bisa berkata apa-apa saat ini. Yang ia pikirkan hanya uang, dan bagaimana ia bisa menghidupi keluarganya.
"Tau ah!" kesal Ambar menghentakkan kakinya di atas lantai.