Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Hari ini ku libur kerja setelah bang Tara berangkat kerja aku pun pergi ke pasar karena ingin memasak buat bang Tara. Aku membeli lumayan banyak sayuran dan lauk.
Namun saat aku masuk ke jalan menuju kampung ku aku melihat sebuah mobil yang sepertinya mogok. Aku pun mendekatinya lalu turun dan menghampirinya.
"Maaf pak, ada masalah? " tanya ku.
Seorang pria paruh baya melirik ku, "Iya ni neng mobilnya mogok" jawab si bapak.
"Bapak mau kemana? " tanya ku lagi.
"Ini mau ke proyek mau bertemu anak ibu yang didalam" jawabnya sambil nunjuk seorang ibu di dalam mobil.
"Oh, disini jauh ke bengkel, kalau bapak mau saya bisa bantu dengan menelepon teman saya yang punya bengkel di kampung ini" aku menawarkan bantuan.
"Boleh neng karena bapak juga tidak tau daerah sini" jawabnya dan aku pun langsung menghubungi Andika cowok gebetan Alma.
Selama menunggu Andika aku pun menawarkan diri untuk mengantar si ibu yang sepertinya majikan dari sopir tadi.
"Maaf bu, ibu mau ke proyek? " tanya ku menghampirinya.
"Iya" jawabnya.
"Kalau ibu mau boleh saya antar karena kalau nunggu mobilnya di perbaiki pasti lama" beritahu ku namun sebelum menjawab si ibu melihat ke arah sopirnya.
"Iya bu, terima saja tawaran si neng" ucap sang sopir.
Si ibu pun turun lalu berkata "ini gak merepotkan kamu? " tanya nya.
"Enggak kok bu, sekalian lewat karena kebetulan rumah ku melewati proyek itu" jawab ku.
Si ibu pun naik ke motorku lalu aku langsung menjalankan motornya dan mengantar si ibu ke proyek.
Saat sampai kantor pemasaran proyek aku melihat bang Bima sedang bicara dengan seseorang.
"Bang" panggilku dan bang Bima pun menengok dan langsung menghampiriku.
"Ada apa? " tanya nya.
"Ibu ini mau ketemu anaknya" jawab ku dan bang Bima melirik si ibu yang ada di samping ku. "Abang bantu ya! " pinta ku.
Bang Bima pun mengangguk dan aku langsung pamit dan langsung pulang.Sampainya di rumah Aku kaget melihat Rianti ada di depan pintu.
"Darimana kamu? " tanya nya.
"Pasar beli sayur" jawab ku sambil menu hujan barang bawaan ku.
"Kamu belum balik ke Jakarta? " tanya ku saat berjalan ke dapur dengan di ikuti Rianti.
"Belum lah, suami ku belum. beres kerjaannya" jawabnya.
Aku pun mengangguk lalu menata semua sayuran yang aku beli di meja dan lauknya aku simpan di kulkas.
"Ka aku boleh tanya tentang suami kamu gak? " tanya nya.
"Ngapain?,jangan bilang kamu naksir dia! " ucap ku dan langsung mendapatkan pukulan dari Rianti.
"Sakit" keluh ku.
"Siapa suruh ngomong sembarangan" ucap Rianti.
"Kamu mau tanya apa? " tanya ku sambil terus membereskan sayuran.
"Kamu sudah ada perasaan sama suami kamu? " tanya nya.
Aku pun terdiam lalu tersenyum.
"Malah melamun bukannya menjawab" omelnya.
"Mungkin sudah karena aku merasakan nyaman dan selalu ingin dekat nya" Jawab ku.
"Bukan itu" kesalnya dan aku pun tertawa karena berhasil ngerjain Rianti.
"Kalau untuk perasaan mungkin sudah ada tapi masih dikit karena aku jarang banget ketemu dia dan di tambah aku belum mengenal keluarganya" penjelasan ku.
"Aku cuma khawatir kamu akan merasakan sakit lagi seperti dulu" ucap Rianti karena dia tau banget tentang hubungan ku dengan bang Rusli.
"Aku sudah siap dengan konsekuensinya" jawab ku.
Setelah cukup lama Rianti berada di rumah dan dia banyak cerita tiba-tiba dia dapat telepon dari suaminya karena sudah sampai di rumah. Rianti pun pulang dan aku langsung mulai star untuk masak karena aku ingin masak enak hari ini. Namun saat waktunya jam pulang kerja bang Tara menghubungiku memberitahu jika dia pulang malam karena harus rapat dengan bosnya.
Kecewa pasti karena aku sudah masak banyak.
"Ma lanjutkan saja" ucap ku lalu masuk kamar dan di kamar aku menangis karena kesal. Aku capek-capek masak tapi malah sia-sia. Saking lama nya aku menangis sampai ke tiduran dan saat aku bangun ternyata sudah jam sebelas malam dan bang Tara belum pulang.
"Aku ketiduran" gumam ku.
Aku pun beranjak keluar kamar karena ingin cuci muka namun tiba-tiba aku mendengar suara mobil dan ku intip ternyata itu bang Tara pulang dengan di antara naik mobil.
Aku pun segera membuka kunci dan bang Tara kaget saat aku berdiri di depan pintu.
"Ngapain kamu diam di sana? " tanya nya.
Aku tidak menjawab lalu masuk kamar lagi dengan di ikuti bang Tara. Aku merebahkan tubuhku dan bang Tara duduk di samping ku.
"Maaf abang sudah bikin kamu sedih dan kecewa" ucapnya dan membuat aku menangis lagi karena ingat lagi.
"Aku gak tau jika kamu masak hari ini" lanjutnya dan aku gak tau bang Tara tau darimana jika aku masak.
"Sudah lah bang, memang aku yang salah tidak ngabarin abang dulu" ucap ku dengan kesal.
Aku pun menutup mata agar bang Tara gak bicara lagi. Benar saja bang Tara tidka bicara dan dia langsung ikut tidur di samping ku.
Paginya aku bangun dan langsung pergi tanpa menunggu bang Tara karena aku masih kesal juga. Setibanya di toko aku langsung masuk dan membereskan kue tanpa bicara apa-apa.
Namun saat hendak jam siang tiba-tiba mbak Melda minta aku untuk mengantarkan kue ke sebuah mall karena di tunggu pelanggan di sana.
aku pun pergi dan langsung ketemu pelanggannya. Aku pun mencoba berkeliling untuk melihat-lihat saja namun saat hendak istirahat karena lumayan capek juga aku pun duduk di bangku yang sudah di sediakan. Saat melihat ke depan aku tak sengaja melihat seorang ibu-ibu di tabrak orang yang membawa barang.
Aku langsung membantunya namun tak di sangka ternyata ibu itu orang yang sama dengan yang kemari aku temui.
"Ibu" panggilku.
"Kamu nak" balasnya.
"Mari bu saya bantu" ajak ku dan langsung membawanya untuk duduk.
"Apa yang sakitnya? " tanya ku dan si ibu menggelengkan kepala.
"Ya sudah jika tidak ada yang sakit"ucapku dan duduk di sampingnya.
" Kamu sudah menikah? "tanya nya.
" Sudah bu"jawab ku sambil tersenyum.
"Kalau belum menikah ibu jodohkan dengan anak ibu" ujarnya.
"Anak ibu gak akan mau sama cewek kampung kaya saya" ucapku.
"Ya ibu paksa" balasnya
"Gak bisa gitu bu. Sebuah hubungan gak bisa di paksakan bu" ucapku sok bijak padahal aku saja menikah tanpa cinta tapi sekarang mulai tumbuh rasa itu.
Setelah lumayan lama mengobrol aku pun pamit pulang karena harus kembali bekerja. Aku pun kembali ke toko dan langsung melanjutkan pekerjaan ku. Namun tak lama seseorang masuk dan lagi-lagi itu si ibu yang kemarin aku bantu.
Saat aku hendak menyapa tiba-tiba mbak Melda datang dan langsung menyambut si ibu.
"Bunda" panggilnya.