SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Namun saat akan melangkahkan kakinya, Morgan merasa ada mencekal tangannya. Dan saat ia menoleh, rupanya wanita yang ia benci. Ya, benci karena wanita itu juga penyebab dirinya menyakiti Elina.
"Lepasin" ketus Morgan menepis tangan Shella yang mencekal tangannya.
Morgan menatap malas wanita itu, hingga berniat untuk kembali melangkahkan kakinya.
"Apa yang lo harapin dari El?" tanya Shella dengan sarkas.
"Bukan urusan lo" ujar Morgan dengan dingin.
Shella tersenyum sinis. "Gan, gak usah buang waktu cuma buat ngejar orang yang gak akan inget sama lo. Percuma juga, El amnesia. Jadi apa yang mau lo harapin" sarkas Shella dengan kekehan sinisnya.
Morgan mengerutkan dahinya, setelah mendengar perkataan wanita di depannya itu. Merasa heran dengan semua kalimat yang terlantun dari mulut wanita itu.
Bukannya kemari dia sudah meminta maaf pada Elina, tapi saat ini terlihat seperti dia sedang menunjukkan bahwa memang ada permusuhan diantara keduanya. Hm Morgan jadi tau apa yang sebenarnya Shella lakukan.
"Lo sandiwara kemarin, waktu minta maaf ke El?" sarkas Morgan tanpa menunjukkan keramahan sama sekali. Shella memang tak pantas untuk diperlakukan dengan baik.
Shella tersenyum sinis. "Wah wah ternyata lo pinter juga, gak salah kalau gue ngincer lo dari dulu." Tukas Shella dengan penuh percaya diri.
Ya, memang kemarin ia hanya sandiwara meminta maaf kepada Elina. Memang awalnya ia merasa bersalah pada Elina, tapi mengingat kalau siapapun berhak mencintai dan memperjuangkan perasaannya. Shella menjadi hilang rasa bersalahnya.
Ia berpikir, Elina sedang sial saja karena bertemu dirinya di dunia ini. Karena yang diinginkannya adalah Morgan, dan Elina salah sendiri kenapa harus ada hubungan dengan pria incarannya itu.
Selama ini pun, persahabatan mereka bagi Shella hanya sebuah permainan sandiwara. Shella hanya ingin melihat dan mengetahui celah Elina untuk melumpuhkan lawannya. Pemikiran picik yang terbukti licik.
Dan kini tak ada alasan lagi untuk menjauhi Morgan atau berpura-pura menjauhi Morgan. Karena sandiwaranya kemarin sepertinya juga tak diterima baik oleh Elina dan Bianca. Karena dirinya tetap tak bisa masuk dalam persahabatan mereka lagi.
Lagi pula sejujurnya Shella membenci ketiga wanita itu. Ada keinginan besar untuk menghancurkan kebahagiaan dan hidup ketiganya. Tenang saja, sekarang baru Elina. Tunggu saja tanggal mainnya. Karena dia juga kebetulan menjadi terobsesi untuk memiliki Morgan, jadi biarlah kini ia fokus pada Morgan dan kehancuran Elina dulu.
Membuat Morgan memutar bola matanya malas. "Gue gak ada urusan sama lo" ujar Morgan kemudian pergi meninggalkan Shella.
"Morgan Morgan, bukannya lebih baik lo sama gue. Dibandingkan ngarepin cewek amnesia itu?" tukas Shella masih mempertahankan senyuman sinisnya.
Morgan terhenti, dadanya bergemuruh mendengar perkataan Shella yang begitu lancang terhadap Elina. Morgan melangkahkan kakinya mendekati wanita itu.
Tangannya terulur mencengkeram pundak Shella dengan erat. "Denger baik-baik, sampai mulut lo berani bilang perkataan gak bermutu kayak tadi. Jangan salahin gue, hidup lo bakal tamat." Tegas Morgan dengan nada dinginnya, menatap tajam Shella yang terlihat ketakutan.
Morgan kemudian berlalu untuk menyusul Elina dan yang lain menuju pulang. Tanpa menghiraukan Shella yang masih memanggil namanya terus-menerus.
***
Elina sudah dibaringkan di ranjang kamarnya dengan nyaman. Viola dan Bianca memilih keluar dari kamar meninggalkan Elina supaya bisa beristirahat dengan nyenyak.
"Gue gak nyangka, pengaruh Morgan sedahsyat itu" gumam Viola.
Bianca mengangguk pelan, hingga sebuah pemikiran terlintas dalam benaknya. "Vi, jangan bilang kalau lo yang udah undang Morgan buat dateng?" tanya Bianca dengan anda menuduhnya.
Viola menghembuskan nafasnya, mengangguk pelan.
"Astaga, Vi!" teriak Bianca kelepasan, saking terkejutnya.
"Lo gila ya, Vi? Maksud lo apa coba undang Morgan kayak gitu. Akhirnya malah bikin El pingsan." Omel Bianca dengan kekesalan yang menguasainya.
"Gue gak bermaksud, Bi. Gue cuma mau bantu Morgan terlebih El. Lo inget gak kalau El sadar kemaren karena kehadiran Morgan. Gue rasa El juga akan gampang inget kalau berhubungan sama Morgan." Jelas Viola dengan pemikiran logisnya.
Bianca menepuk keningnya. "Gue tau niat lo baik, tapi ngeliat El yang kuat ketemu sama Morgan. Apa lo tega, Vi?" tanya Bianca.
"Gue gak tau kalau, El bakal seperti sekarang responnya. Ternyata emang El sepertinya belum siap ketemu Morgan dulu." Jelas Viola.
"Itu bener, kita akan ajak El ngomong pelan-pelan buat bahas Morgan. Tapi enggak sekarang dulu oke" ujar Bianca yang diangguki oleh Viola.
***
Rupanya Shella mengikuti Morgan di belakangnya. Sesampainya di rumah Elina, Shella tampak mengikuti Morgan yang terlihat menuju pintu utama.
Shella mendekati Morgan perlahan, sampai pintu terbuka lebar, Shella langsung menempelkan tubuhnya pada tubuh Morgan.
"Lo berdua ngapain di sini?" tanya Bianca terkejut dengan kedatangan mereka. Ditambah posisi Morgan dan Shella yang tampak begitu intim.
Viola menatap keduanya dengan tatapan sulit diartikan. "Lo beneran jadi sama dia?" tanya Viola sarkas pada Morgan sembari melirik Shella.
Morgan segera menjauh dari Shella. "Gue gak tau dia di sini" ujar Morgan dengan tegas.
"Sorry, Vi, Bi, gue memang mau jengukin El lagi. Jadi gue bareng Morgan tadi kesini." Jelas Shella dengan kebohongan.
Morgan menatap Shella dengan tajam. "Lo gak usah ngomong sembarang" ketus Morgan menatap tajam. "Gue gak bareng dia" tegas Morgan lagi.
Bianca dan Viola yang muak dengan perdebatan itu memilih untuk menutup pintu kembali. Namun dicegah Morgan.
"Gue mau tau kondisi, El" pintanya dengan penuh harap.
Viola menghembuskan nafas pelan. "El lagi istirahat, lo juga tau dia gak bisa ngeliat lo. Jadi please dalam waktu dekat ini jangan temui El dulu, Gan. Atau gue gak segan bilang ke Om Agam sama Tante Reta. Gue juga gak akan bantuin lo." Ancam Viola yang rupanya mempan untuk seorang Morgan.
Ya, tentu saja Morgan langsung mengalah diancam seperti. Apalagi menyangkut orangtua Elina, pasti akan semakin sulit menemui Elina kalau orangtuanya mengetahui keinginannya yang masih terus berusaha menemui Elina.
"Ya udah, Gan kita pulang aja dulu." Ucap Shella seolah mereka begitu dekat.
Sontak hal itu mengundang tatapan tajam Morgan dan tatapan sinis Bianca.
"Gue pikir lo beneran ngerasa salah karena udah minta maaf ke El. Tapi ngeliat lo masih sama Morgan, gue rasa lo emang busuk." Ujar Bianca dengan kesal.
"Udah, Bi. Masuk ke dalem yuk" ajak Viola segera menutup pintu kembali.
Meninggalkan Morgan dengan tatapan tajamnya untuk Shella. "Lo mau cari mati?!" tekan Morgan menatap tajam Shella.
Shella menunduk, tak ingin menatap tatapan tajam Morgan. Hingga Morgan yang muak berlalu pergi meninggalkan Shella dan rumah Elina.
Next .......