Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Mulai berjarak.
Trisya dan Devan yang semakin dipenuhi dengan kesibukan mereka. Trisya yang sudah menjadi CEO menerapkan beberapa pekerjaan dan peraturan baru. Devan juga semakin banyak proyek dari Haryanto. Kesibukan suami istri itu justru membuat hubungan mereka berdua sedikit berjarak dan tidak ada komunikasi yang seperti biasa. Mereka akan menyempatkan diri untuk mengobrol.
"Bagaimana mau mengobrol. Jika Devan dan Trisya saja sekarang sudah tidak pernah lagi 1 mobil. Pergi secara terpisah dan pulang juga secara terpisah dan kembali lagi semua ini di pengaruhi dengan kesibukan mereka masing-masing.
Devan baru saja sampai rumah dengan mobilnya yang terparkir dan belum memasuki rumah mobil Trisya akhirnya tiba juga yang membuat Devan menoleh ke belakang dan menunggu istrinya keluar dari mobil.
"Kamu baru tiba juga?" tanya Trisya menghampiri Devan.
"Iya. Tadi ada meeting dengan klien," jawab Devan.
"Bukankah kamu bilang akan pulang besok," sahut Devan.
"Pekerjaan agak cepat selesai. Jadi ada penerbangan. So aku langsung saja pulang. Karena hanya membuang-buang waktu saja di Palembang," jawab Trisya.
Dia memang sudah 2 hari tidak di rumah. Banyaknya pekerjaan yang membuat Trisya memang sering keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis.
"Seharusnya katakan kepadaku. Agar aku menjemput kamu di Bandara," ucap Devan.
"Kamu saja sedang melaksanakan meeting dengan klien dan percuma juga aku mengatakan kepada kamu. Memang kamu akan bisa menjemput ku?" tanya Trisya yang tidak yakin.
"Paling tidak kamu mengatakan nya dan aku pasti akan berusaha untuk mencari waktu. Tapi kalau tidak di beritahu, mana mungkin aku bisa mengatur waktu," sahut Devan.
"Baiklah! Lain kali aku akan melakukannya," sahut Trisya tersenyum.
"Kamu sendiri bagaimana? Apa pekerjaan berjalan dengan lancar?" tanya Trisya penasaran.
"Semua pekerjaan lancar!" jawab Devan.
"Pasti melelehkan akhir-akhir ini bukan?" tanya Trisya.
"Hal ini sudah biasa dan ini pasti yang justru lebih melelahkan untuk kamu. Bulannya, kamu baru berada di dunia seperti ini," ucap Devan.
"Lumayanlah. Tapi semakin lama, aku semakin bisa menyesuaikan diri," sahut Trisya.
"Ya, semoga saja semuanya lancar. Sekarang ayo kita masuk!" ajak Devan. Trisya menganggukkan kepala dan Devan merangkul Trisya sembari memasuki rumah.
Sepertinya Devan merindukan Trisya yang belakangan ini sangat sibuk. Mungkin Trisya juga pasti sangat merindukan suaminya itu.
Pasangan suami istri itu masuk kedalam kamar dengan Devan yang melonggarkan dasinya dan sembari menoleh ke arah Trisya yang terlihat bersih-bersih.
"Apa pekerjaan begitu banyak Trisya?" tanya Devan.
"Sangat banyak. Aku harus mengecek semua kembali proyek-proyek yang sebelumnya di kerjakan," jawab Trisya yang berjalan langsung menuju kamar mandi.
Devan hanya melihat kepergian Trisya dengan wajahnya yang dingin. Sepertinya Devan masih ingin berbicara banyak pada istrinya itu yang mana mereka berdua jarang mengobrol. Tetapi sudah di tinggal begitu saja. Trisya yang juga merasa gerah dan ingin buru-buru bersih-bersih. Jadi kurang peka dengan basa-basi suaminya yang ingin membangun komunikasi dengannya.
Setelah Trisya yang selesai bersih-bersih. Devan menyusul bersih-bersih yang sekarang keluar dari kamar mandi yang menggunakan bathrobe putih. Devan tidak perlu waktu banyak untuk mandi.
Devan melihat Trisya yang sudah memakai dress piyama yang menutup gorden jendela.
Devan tersenyum dan menghampiri Trisya. Trisya cukup kaget yang tiba-tiba dipeluk oleh Deva dari belakang dengan begitu erat.
Pipi Devan juga menempel pada pipi istrinya itu yang kelihatan memang sangat merindukan Trisya yang memberikan pelukan hangat.
"Devan....." lirih Trisya yang merasa kegelian dengan lehernya yang di kecup. Devan seperti manusia penuh nafsu yang memejamkan
Mata Devan terpejam menggeser-geserkan hidungnya pada leher sang istri.
"Aku sangat merindukanmu Trisya!" ucap Devan dengan suara beratnya yang mampu membuat bulu kuduk Trisya merinding.
Tetapi sepertinya Trisya kurang nyaman mendapatkan perlakuan seperti itu yang membuat dirinya risih dan bahkan menghindar dari Devan. Devan yang tidak menyadari hal itu terus saja menciumnya leher sang istri yang akhirnya membuat Trisya membalikkan tubuh dengan menahan suaminya itu yang memegang kedua lengan Devan yang masih berada di pinggangnya.
"Aku juga merindukan kamu dan ingin mengobrol banyak dengan kamu. Tetapi aku masih harus menyelesaikan itu," ucap Trisya dengan mata yang menoleh ke arah meja dan ternyata Trisya sedang bekerja dengan tumpukan dokumen dan laptop yang terbuka.
"Ini sudah jam 11. Kamu juga baru pulang dan kamu masih mau bekerja?" tanya Devan memastikan dengan alis terangkat.
"Tanggung sedikit lagi," jawabnya dengan menunjukkan gerak matanya. Dia sangat hati-hati berbicara.
"Apa aku boleh melanjutkan pekerjaan ini?" tanya Trisya meminta izin yang pasti takut suaminya marah.
Karena ekspresi Devan sudah begitu dingin yang pasti kecewa dengan Trisya.
Devan menghela nafas perlahan kedepan, "ya sudah kamu lanjutkan pekerjaan kamu. Tapi jangan tidur malam-malam," ucap Devan yang akhirnya mengalah.
"Makasih!" sahut Trisya tersenyum yang merasa lega.
"Kalau begitu lanjutkan lah!" ucap Devan. Trisya menganggukkan kepala.
"Kamu tidak akan menemaniku bekerja?" tanya Trisya.
"Aku tidak ingin mengganggumu. Tapi aku akan menunggu kamu agar kita bisa tidur bersama dan siapa tahu masih bisa mengobrol. Banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan kamu,"jawab Devan.
"Baiklah! kalau kamu lelah, kamu boleh tidur dan jangan menunggu ku. Aku tahu, kamu juga pasti lelah dengan banyaknya pekerjaan. Jadi kalau mau istirahat terlebih dahulu. Maka tidak apa-apa," ucap Trisya dengan tersenyum.
"Iya," sahut Devan yang mencium lembut kening Trisya dan Devan langsung berlalu dari hadapan istrinya menuju tempat tidur. Trisya dan juga kembali duduk di sofa menyelesaikan pekerjaannya. Devan hanya mengawasi istrinya dari tempat tidur.
Trisya yang sangat fokus bekerja dan tidak melihat sama sekali ke arah Devan yang sejak tadi melihat dirinya. Mata Devan semakin sayu semakin saya yang tidak bisa menahan kantuk yang sangat berlebihan yang memang jarum jam terus saja berputar.
"Apa pekerjaan Trisya masih banyak?" batin Devan yang menunggu-nunggu sang istri.
Trisya mungkin tidak ingat waktu dan asyik bekerja tanpa melihat jarum jam dan akhirnya Devan menyerah yang tertidur juga. Tanpa di sadari Trisya jika suaminya sudah terlelap dan mungkin saja Trisya berpikiran. Jika sejak tadi Devan sudah tidur.
"Akhirnya selesai!" ucap Trisya dengan merenggangkan ke atas kedua tangannya yang menggerak-gerakkan tubuhnya melakukan olahraga kecil agar tidak pegal-pegal.
Mata Trisya melihat ke arah jarum jammu menggantung di dinding yang menunjukkan pukul 01.00 malam.
"Astaga aku benar-benar bekerja kebablasan sampai tidak ingat apa-apa. Tapi tidak apa-apa, jadi besok pekerjaanku tidak banyak dan bisa pulang cepat. Ini yang di namakan, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian," gumam Trisya dengan menghela nafas yang tersenyum lebar.
Trisya yang melihat ke arah tempat tidur yang sudah melihat suaminya yang tertidur. Trisya berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri tempat tidur. Trisya menarik selimut yang menyelimuti Devan. Tidak lupa Trisya juga mencium lembut kening Devan.
"Kamu belakangan ini pasti di sulitkan oleh kakek dengan banyak pekerjaan. Kamu pasti sangat lelah dan memaksakan diri masih menungguku. Maafkan aku. Kamu istirahatlah. Aku tidak ingin mengganggu kamu," ucap Trisya yang tersenyum dan tidak lama menyusul untuk tertidur di samping suaminya.
Bersambung.....
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi