Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PLUS MINUS BERWAJAH CANTIK
"Selamat pagi, Mbak. Saya mau bertemu dengan Ibu Raline , kepala hrd di sini," Marissa saat ini sudah berada di depan meja resepsionis perusahaan Dimi, sahabatnya.
"Maaf dengan siapa? Apakah sudah ada janji sebelumnya?" Resepsionis itu bertanya dengan ramah.
"Nama saya, Marissa. Saya sudah ditelepon oleh beliau kemarin sore," balas Marissa.
"Baik, silahkan tunggu di sana, Nona Marissa, saya akan menyampaikan pada operator hrd nya lebih dulu," ujar resepsionis cantik itu seraya menunjuk sebuah sofa yang berada tak jauh dari meja resepsionis itu.
Marissa berjalan lalu mendudukkan bokongnya di atas sofa merah nan empuk. Pagi ini ia tidak begitu semangat memulai hari pertamanya bekerja sebab Giorgio memperlakukannya dengan sangat datar dan dingin walau tetap menyapa dan menciumnya, namun tetap itu tidak cukup. Ia merasa perubahan sikap pada Giorgio setelah pembicaraan terakhir mereka kemarin malam.
Marissa paham jika Giorgio saat ini pasti sedang kecewa padanya, tapi ia sendiri pun tidak bisa tinggal dan berdiam terus di mansion pria itu walaupun sebenarnya tanpa dia bekerja pun semua kebutuhan sudah difasilitasi olehnya, bahkan black card pun sudah diberikan Giorgio padanya.
"Nona Marissa," panggil Resepsionis tadi.
Marissa beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju sumber suara.
"Ya!" seru wanita itu tersenyum cantik.
"Silahkan, Nona naik ke atas lantai 10. Ibu Raline sudah menunggu Anda di sana," balas resepsionis cantik itu dengan tersenyum ramah.
Wanita itu lalu berjalan dan menuju lift yang akan membawanya naik ke lantai sepuluh setelah mengucapkan terima kasih pada resepsionis itu.
Bisik-bisik terdengar dari beberapa orang yang kebetulan berada di lobby. Beberapa terdengar kata pujian dan beberapa pula terdengar sumbang saat melihat penampilan sempurnanya pagi.
Hei, siapa wanita itu?
Apa dia karyawan baru?
Kulitnya putih dan bening banget!
Alah, paling suntik putih!
Iya, bener cantik banget!
Wow cantiknya!
Biasa aja. Cantik aku ke mana-mana!
Sumpah aku kira dia manekin hidup loh!
Marissa yang sudah terbiasa dengan pujian atau hujatan orang-orang pun tidak ambil pusing atau besar kepala dengan omongan sekelompok wanita ada di belakangnya itu. Bahkan wanita itu terlihat biasa saja dengan pujian yang orang- orang lontarkan padanya. Bahkan terkadang caci makian orang-orang yang iri padanya pun tidak luput menyerang wanita cantik itu.
Kesempurnaan yang nyaris dimilikinya membuat Marissa sering kali menjadi pusat perhatian para pria di luar sana, terbukti dengan banyaknya pelanggannya saat bekerja di klub malam kala itu. Dan tentu saja membuat para wanita di luaran sana begitu iri dan terkadang mengumpat wanita cantik itu saat kekasih atau suami mereka melirik padanya.
Fisik Marissa yang tinggi semampai dengan wajah cantik serta iris mata yang berwarna biru membuat orang-orang yang melihat sampai berdecak kagum akan kecantikannya.
Dengan memadu padankan puff-sleeve blouse sebagai atasan dan high waist skirt yang digunakan sebagai bawahan semakin memperlihatkan bentuk tubuh ramping wanita itu, terlebih dengan heels 5 centi yang dia kenakan semakin mempertegas kaki jenjangnya. Dan sling bag hitam bermerek dengan harga fantastis tidak hanya sebagai pemanis dari penampilan wanita itu namun juga menjadi penyempurna penampilannya.
"Tuh 'kan benar.. dia karyawan baru. Kira-kira dia ditempatkan di bagian mana ya?" bisik salah satu dari sekelompok wanita di dalam lift saat melihat Marissa lift yang berhenti di lantai sepuluh kantor hrd.
*
*
"Huufftt!" Wanita itu menghela napas saat sudah sampai di lantai sepuluh gedung ini.
Lagi-lagi semua mata mengarah pada seorang wanita cantik yang berjalan menuju cubicle salah satu karyawan.
"Permisi, Pak. Kalau boleh tahu ruangan kepala hrd ada di sebelah mana ya?!" tanya Marissa dengan ramah pada salah seorang pekerja disana.
"Mbak karyawan baru?!" tanya pria berkacamata itu.
Marissa tersenyum lalu mengangguk pelan.
"Biar aku yang antar, Ken. Sekalian nyerahin laporan ini ke ruangan, bu Raline!" seru pria berwajah oriental itu.
Akhirnya Ken yang mengantar Marissa menuju ruangan Raline, kepala hrd.
"Kau benar-benar pengganggu, Riz," ucap pelan Ken saat pria itu melewati cubicle nya.
Rizzy yang mendengarnya pun hanya menepuk punggung belakang temannya itu seraya tertawa kecil. Sedang Marissa hanya tersenyum sekilas mendengar perdebatan para pria itu.
TOK TOK TOK
"Masuk!" terdengar sahutan dari dalam ruangan.
"Permisi, Bu. Ini laporan yang Ibu minta tadi," kata Riz menyimpan laporan di atas meja Raline .
"Saya, Marissa," ujar wanita cantik itu saat melihat arah pandangan Raline ke arahnya.
"Oh, kamu sudah datang. Baiklah, silahkan duduk Nona Marissa," balas Raline mempersilahkan.
"Baiklah, silahkan baca kontrak kerja ini terlebih dahulu setelah itu silahkan Anda tanda tangani di sini dan di sini." Raline menunjuk dibagian mana saja yang harus ditandatangani oleh Marissa.
Rizzy masih setia berdiri di sisi lain wanita itu. Matanya masih tertuju pada wajah cantik Marissa yang sedang terlibat obrolan dengan atasannya.
"Riz.. Rizzy?" panggil Raline saat menyadari karyawannya masih berada di dalam kantornya.
"Eh, iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Pria itu gelagapan menjawab pertanyaan sang atasan. Takut ketahuan dan berakhir kena teguran nantinya.
"Apa masih ada lagi yang mau kamu serahkan?" tanyanya dengan alis terangkat ke atas.
"T-tidak, Bu," jawab Riz dengan memperlihatkan gigi putihnya lalu berlalu meninggalkan Marissa bersama sang bos.
CEKLEK
"Apa yang kalian lakukan di sini!" seru Rizzy saat melihat beberapa pria termasuk Ken berdiri dibalik pintu ruangan ibu Raline.
"Apa kamu tahu dia ditempatkan di bagian apa?" tanya Ken pria berkacamata.
"Nggak tahu! Sana sana pergi, bubar-bubar sebelum ibu Raline pecat kalian semua!" seru Rizzy yang mendapat sorakan dari teman sejawatnya.
HUUUHHH!
TRING TRING TRING
"Permisi, saya angkat telepon ini dulu," ucap Raline dan mendapatkan anggukan dari Marissa.
"Dengan Raline di sini," sahut Raline .
"Baiklah, aku akan mengurusnya," sambung Raline seraya menutup telepon.
"Maaf, Nona Marissa. Sepertinya ada perubahan penempatan section Anda nanti," kata Raline .
"Maksud, Ibu Raline ?" tanya Marissa dengan kening berkerut.
"Begini.. sebenarnya Anda akan saya tempatkan di bagian marketing karena mengingat pengalaman serta basic akademis Anda. Namun tadi sekretaris dari tuan Dimi mengabari saya dan mengatakan jika dia akan izin lebih awal karena akan menjalani operasi caesar.
"Jadi maksud, Ibu Raline saya akan menggantikan tugas dari sekretaris Dimi!" seru Marissa .
"Dimi?" kata Raline mengernyitkan dahinya
"Maksud saya, pak Dimi," ralat wanita itu tersenyum kecil.
"Benar sekali, Nona Marissa. Namun itu tak akan berlangsung lama karena beliau akan segera kembali setelah cuti melahirkannya selesai," tukas Raline kepala hrd dari Robert Group.
"Hem, baiklah, saya akan mencobanya walau bukan bagian dari basic saya," balas Marissa dengan tenang.
"Tenang saja, pekerjaanmu tidak akan terlalu jauh dengan basic Anda karena jadwal beliau sendiri memang akan lebih banyak bertemu dengan beberapa investor yang tentunya keahlian Anda di bidang marketing akan sangat membantu untuk menarik minat investor agar mau menginvestasikan dananya pada perusahaan kita," jelas Raline panjang lebar.
"Huft.. semoga dia bisa profesional," batin Marissa .
Karena mengingat kebiasaan Dimi dulu yang tak bisa menyembunyikan perhatian pria itu jika sedang bersama. Bahkan terkadang orang- orang menganggap mereka sebagai sepasang kekasih.
"Oke, administrasi semuanya sudah selesai. Anda bisa mulai bekerja hari ini," tukas Raline setelah memeriksa ulang lembaran kontrak Marissa.
"Baik, terima Ibu Raline." Marissa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan disambut oleh bos hrd itu.
"Selamat bergabung di perusahaan kami, Nona Marissa."
"Panggil Marissa saja, Bu Raline. Seperti yang lainnya."
"Oh begitu, baiklah Marissa. Selamat bekerja. Nanti Ken yang akan mengantar ke ruangan mu."
"Terima kasih. Saya permisi."
*
*
Setelah menyelesaikan perihal kontrak kerjanya. Akhirnya Marissa menuju ruangannya yang berada di lantai dua puluh.
"Aku kira, Nona Marissa akan di tempatkan di hrd, ternyata harus menggantikan tugas dari Ibu Liliana karena cuti melahirkannya," tukas Ken yang diminta mengantar Marissa menuju ruangan Ceo.
"Terima kasih, Pak Ken atas bantuannya," ucap wanita itu saat sudah berada di lantai dua puluh.
"With pleasure. Dan jika kamu membutuhkan bantuan, jangan segan segan menghubungiku, okay!
"Saya pria yang sangat bisa diandalkan," sahut pria berkacamata itu dengan mengerlingkan mata.
"Terima kasih lagi," setelah mengucapkan terima kasih, Marissa menuju ruangan Ceo untuk menghadap. Sedang pria itu kembali ke ruangannya di lantai sepuluh.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼