Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan menuju Roma
Sementara Nabil masih saja bersama Beni yang mengajaknya jalan." Kamu capek nggak.?" Tanya Beni prihatin.
"HM. lumayan.. Oh ya kira-kira mereka ada di mana ya. Aku takut nanti bunda cari." Lirihnya. Ia belum juga dapat sinyal.
Melihat Gadis yang bersamanya sibuk mencari sinyal. "Sini handphone kamu. Pakai wifi di sini saja." Beni pun mengiyakan Atik Handphonenya Nabil dan benar saja banyak sekali pesan masuk saat telah aktif.
"Maaf. Aku mau lihat dulu." Seketika Nabil langsung menelpon bundanya. " Assalamualaikum. Bunda di mana. Aku ke sana ya.." Celoteh Nabil heboh.
Beni memperhatikan nya saja dengan diam. Rasanya ia belum puas bercerita dengan gadis tersebut.
"Oh Ya Bang. Tahu nggak pondok gaul di sini. Bunda ku di sana.?" Tanya Nabil.
Beni mengangguk pasrah. Ia berharap ada keajaiban ia akan bertemu gadis lagi.
Beni pun mengantarnya." Kamu nggak jadi mau dengar cerita ku. Kan bisa jadi referensi buat Novel kamu. Biar saat aku di kapal kalau santai aku bisa bacanya. Aku penasaran bagaimana hasil versi kamu tentang cerita ku hidup aku ini Sampai kerja di sana." Ujar Beni antusias, ia hanya beralasan agar bisa bersama gadis tersebut.
Nabil menoleh." Boleh juga.. tapi aku mau ketemu Bunda dulu. Takutnya ia cemas. Aku kan kali ini ikut Bunda acara seperti ini. Tapi kalau sama keluarga sih sering. Ini acara sekolah Bunda dengan temannya." Nabil terus saja berjalan di samping Beni yang memandunya.
"Ooh. Kalau aku sih.. Jika libur sering ikut ayah. Kadang gantian sama ayah baaa biasanya. Aku sudah minta ayah untuk tidak bawa bus lagi. Tapi Ayah.. Bawa mobil itu enak apalagi ketemu orang yang se frekuensi jadi bisa bertukar pikiran gitu. Katanya." Beni terus saja bercerita hingga mereka sampai di tempat tujuan.
"Halo Kep. Kapan datang. Kok nggak di kabarin.." Sapa seorang gadis yang berjualan di sana.
"Oh. Ini baru semalam pulang... Nih baru saja ikut ayah." Jawabnya singkat.
Beni pun menunjuk di mana tempat yang di cari Nabil. Nabil pun melihat Adik dan Bundanya bersama sopir yang tak lain adalah Ayahnya laki-laki yang berjalan bersamanya dari tadi.
"Bunda. Maaf nggak kasih kabar.." Nabil memeluk Bundanya.
Beni duduk di sebelah Ayahnya yang sedang minum kopi ke sukaan Ayahnya kalau datang ke sini
"Nggak apa-apa. Kakak sudah makan.?" Tanya Bunda khawatir.
"Sudah Bund, di sana ada jual Nasi.Jadi kakak makan aja langsung. Udah lapar. Maaf ya Bund. Eh adek makan apa tuh.. Minta kakak satu dong.." Nabil tidak memperdulikan sekelilingnya yang dari tadi di perhatikan Beni dan Ayahnya Ayahnya.
"Jangan ganggu adek Kak. Beli sana gih.. Bunda malas jalan.. Nanti adek mu rewel.." Mei selalu kesal jika Nabil ganggu adiknya.
"Cuman satu aja kok Bund. Pelit amat sih sama anak sendiri seraya anak tiri aja." Sungut Nabil.
Ada tawa di meja seberang.." Ha..ha.. lucu ya. beli kan tuh sama donatnya.." Ternyata tawa Pak Andre. Sedangkan Beni tersenyum melihat tingkah Nabil yang menggemaskan.
"Aduh. anak.. kapan sih dewasanya.. Teman Bunda aja anaknya pada udah nikah, Ini mana mau laki kalau masih aja manja kayak gitu. Sama Bundanya." Omel Mei yang heran dengan sikap anaknya. Ia malu dengan Pak Andre yang duduk bersamanya.
"Biar ajalah Bund. Aku kan manja sama Bunda aja.." Nabil mengedipkan matanya pada Bundanya yang sudah kesal.
Mei hanya mampu menarik nafas dalam. Ia tidak habis fikir dengan anaknya yang tidak ada jaga image sama sekali dengan laki-laki.
Beni datang membawa sekotak Donat, dan meletakkan ke depan Nabil yang masih mencolek donat adeknya.
Nabil melongo." Ini siapa yang pesan donat.?" Ujarnya bingung.
"Nggak ada yang pesan. Tapi tadi ada yang minta, bahkan masih saja ganggu adeknya." Jawab santai Beni.
Mei memperhatikan interaksi anaknya dengan pemuda yang kata Pak Andre anaknya sendiri.
"Kita tukaran ya dek.. Ini banyak.. Mau ya.." Nabil malah mengambil punya adeknya yang hanya tingga setengah.
Nia tentu saja senang." makasih kakak cantik." Nia tertawa ada coklat di giginya dan terlihat lucu bagi Nabil. Ia tertawa melihatnya.
"He..ha.. Eh dek.. Itu giginya sampai hitam kena coklat. Sini kakak bersihkan dulu. Dasar bocah.." Nabil mengambil tisu dan membersihkan gigi Nia yang belepotan coklat.
Sepasang Ayah dan Anak itu hanya menonton interaksi kakak adek tersebut. Ada rasa bahagia di hati Beni.
"Gadis yang unik..dan penyayang." Lirihnya. Ayahnya yang duduk di sebelahnya menoleh sekilas.
"Kamu suka." Bisik Pak Andre pada anaknya.
Pak Andre bisa lihat sendiri, bagaimana sikap anaknya menatap gadis yang di depannya.
Beni mengangguk pelan. "Apa bisa yah.?" Tanyanya pelan.Pak Andre membuat huruf Dnegan jarinya dan itu bisa di mengerti Beni maksudnya apa.
"Oh ya Buk..Kalau boleh tahu.. Apakah sekolah tersebut milik Ibuk atau gimana.?" Tanya Pak Andre hati-hati.
"HM!. Ya Pak. cuman sekolah kecil aja. dulu sih sempat dua kelas sih anak PAUD nya. Tapi akhir-akhir ini sedikit. Tapi kita kan tetap semangat walau anaknya sedikit."
"He.he. Nggak apalah buk. Mungkin rejekinya cuman segitu sekarang. Jadi ibuk tinggal di lingkungan sekolah. Apa nama PAUD ibuk.?" Tanya Pak Andre antusias. Sedangkan Beni pura-pura melihat handphonenya. padahal ia merekamnya.
Itu kebiasaan Beni kalau ia sedang liburan. Untuk ia lihat nanti jikalau ia kangen keluarga nya, saat sedang melaut.
"Ya Pak. kebetulan.. Tanahnya milik kita. Jadi kita bangun. Awalnya bagus banget. tapi setelah Corona. kan aktivitas di luar di kurangi. Jadi semenjak itulah berkurang." Cerita Mei. Nabil asyik makan donat kentang milik adeknya. Begitu juga dengan
"Oh ya Buk.sepertinya nomor ibuk belum di save. Maan tahu ibuk nanti pakai mobil kami untuk bawa anak PAUD nya atau keluarganya." Ujar Pak Andre tersenyum.
"Oh.. Ya boleh pak.Mei pun menyebutkan nomornya.. Yang juga di catat Beni.
Beni merasa ada jalan untuk menuju Roma. Dan ia berharap gadis yang ia temui hari ini bisa menjadi istrinya kelak. Karena ia suka dengan kepribadian Nabil yang apa adanya tanpa di buat-buat, seperti gadis kebanyakan yang menghidangkan selama ini.