Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu, Jumat & Minggu pukul 17.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_22]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
"Alhamdulillah kamu udah balik Ca"syukur Vira ketika Caca sudah duduk kembali di kursinya tadi sebelum pergi menemui Zainal.
"Kalian udah makan kan?"tanya Caca selidik
"Udah kok Ca, baru saja piringnya dikembalikan"jawab Dila yang diangguki oleh Vira. Caca pun menanggapinya dengan tersenyum senang. Akhirnya kedua orang didepannya ini telah makan siang.
"Kita masih ada jam gak sih?"tanya Vira melihat arloji di tangannya.
"Udah gak ada Vir. Gimana kalau kita pulang aja?"saran Caca.
"Yaudah, kita pulang aja. Tugasnya lanjutin di rumah masing masing karena tinggal nyusun ke power point. Oiya, Vir printnya nanti aja buat menyamakan antara power point dan makalahnya."instruksi Dila yang disetujui oleh kedua sahabatnya.
"Yuk balikin buku dulu Ila. Sudah cukup kok buat tugasnya"ajak Vira.
"Loh gw gimana?"tanya Caca menunjuk dirinya sendiri.
"Kamu duluan aja gak apa apa"jawab Dila.
"Serius? Kalian langsung pulang kan?"selidik Caca. Dirinya jadi paranoid dengan perkataan Zainal tadi. Jujur ada rasa resah di hatinya jika laki laki itu berbuat macam macam sama sahabatnya.
"Iya Caca. Kita langsung pulang kok sehabis dari perpus"jawab Vira menenangkan sepupu sekaligus sahabatnya ini.
"Okey..."singkat Caca lalu pamit untuk lebih dulu pulang.
Setelah Caca berjalan ke arah parkiran di kampus, Vira dan Dila melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dengan masing masing membawa buku pinjaman.
Perpustakaan kampus milik Universitas ini memiliki ukuran ruangan yang sangat luas sekali. Banyak buku, rak dan tempat nyaman membaca di dalam membuat mahasiswa mahasiswi betah berlama lama. Entah itu untuk membaca, mengerjakan tugas atau tidur. Yah, memang sampai senyaman itu.
Mereka berdua tidak sadar jika ada yang melihat dari jauh. Seseorang itu tersenyum ketika melihat keduanya memasuki perpustakaan tanpa hambatan. Kemudian pergi meninggalkan area perpustakaan untuk mengambil tas di ruangannya.
"Ila, kok aku pengen buang air kecil"ungkap Vira tidak nyaman dengan posisi tubuh yang sedang berjalan keluar ruangan setelah menyerahkan buku pinjamannya tadi.
"Kalau gitu, kamu langsung aja ke kamar mandi. Aku tunggu disini yaa"balas Dila yang melihat kursi panjang di dekat mereka.
"Duhh, iya deh. Kamu tunggu aku, jangan kemana mana yaa. Pliss udah gak tahan banget"oceh Vira yang berjalan cepat menuju kamar mandi khusus mahasiswa yang letaknya lumayan jauh dari perpustakaan.
Dila melihat punggung Vira sudah ditelan lorong sedikit terkekeh kecil akibat langkah kaki sahabatnya terlihat sedikit lucu dimatanya. Kalau sudah kebelet pasti semua orang akan melakukan hal yang sama seperti Vira.
Sunyi menghampirinya, Dila dirundung bosan setelah 5 menit Vira belum kunjung kembali. Ia mencoba menetralkan pusing dikepalanya yang tiba tiba muncul. Ketika memilih duduk pun rasanya tidak hilang hilang.
"Ya Allah, pusing banget. Tadi sepertinya tidak kerasa"monolog Dila memijat keningnya. Dirinya pun membuka ponsel untuk mengirim chat kepada Vira.
Dila
[Assalamualaikum Vir]
[Kamu masih lama? Aku pusing banget, mau minta obat ke unit kesehatan mahasiswa yaa]
Kolom chat miliknya bahkan terlihat buram karena intensitas pusingnya lebih kerasa. Ketika hendak berdiri, matanya pun menangkap benda di sekelilingnya berputar putar sampai tidak terlihat apapun lagi.
Bruk...
Tubuhnya ambruk di lantai bersama dengan ponselnya juga. Dila sungguh tidak bisa melawan rasa pusing itu hingga gelap merenggut kesadarannya. Tak lama, Zainal melewati lorong tersebut seraya memakai tasnya dan bersamaan dengan sebagian mahasiswa keluar dari perpustakaan melihat seseorang pingsan.
Langkah kaki Zainal berlalu dengan cepat menghampiri gadis yang disukainya. Dirinya tidak menyangka akan ada kesempatan mendekati Dila dengan keadaan seperti ini. Namun saat ini prioritasnya adalah keadaan dari gadis tersebut.
"Dila? Heii, buka matamu"panggil Zainal yang menepuk pipi Dila.
Setelah tidak ada respon apapun, segeralah Zainal mengangkat tubuh lemah dan berwajah pucat itu ke dalam gendongannya. Hatinya langsung berdebar saat tangan hangat gadis yang disukainya memegang kemejanya tanpa sengaja.
"Duhh tolong banget ya ini hati. Saat ini Dila sedang membutuhkan penanganan ahlinya."pikir Zainal yang mencoba menghilangkan rasa debaran itu dan melangkah menuju unit kesehatan mahasiswa yang letaknya bisa dikatakan jauh dari perpustakaan ini huff.
"Kak Zainal, Dila kenapa?"panik Vira yang melihat sahabatnya berada di gendongan laki laki dengan kondisi tidak sadarkan diri.
"Nanti saja bertanyanya, sekarang kita bawa Dila untuk diperiksa"interupsi Zainal yang berjalan cepat meninggalkan perpustakaan.
Vira mengikuti dari belakang memegang tas milik Dila. Ponsel yang terjatuh pun sudah berada di dalam tas tersebut. Dirinya langsung berlari setelah mendapat pesan dari Dila dan tidak menyangka kalau sampai seperti ini.
Banyak mata memandang mereka dengan tatapan berbagai variasi. Apalagi ketika wajah panik Zainal terlalu terlihat sekali bahwa gadis yang berada dalam gendongannya itu pasti ada hubungan sesuatu.
"Tumben kak Zainal sepanik itu menolong mahasiswi pingsan"ungkap Mahasiswi 1
"Entahlah, mungkin mahasiswi itu sangat spesial bagi beliau"jawab mahasiswa 1
"Ihh pengen digendong sama kak Zainal"harap mahasiswi 2
"Jangan kepedean, Kak Zainal milik aku"timpal Mahasiswi 3
Begitulah perkataan perkataan yang sampai di telinga Vira. Dirinya berharap peristiwa ini tidak memengaruhi Dila dikemudian hari. Mereka baru saja jadi mahasiswa di kampus masa udah ada masalah.
Sesampainya di ruangan unit kesehatan, Zainal meletakkan Dila perlahan di salah satu brankar yang ada didalamnya. Vira ikut masuk untuk menemani sahabatnya. Kebetulan ada salah satu dokter yang masih ada diruangan tersebut.
"Tolong periksa teman saya dok"ucap Vira yang melihat Dila berhasil berbaring di brankarnya.
Kemudian dokter tersebut memeriksa Dila dan menyuruh Zainal keluar ruangan. Mau tak mau laki laki itu menuruti perkataan dokter tersebut.
"Namanya Dila dari fakultas Ilmu Komunikasi dan Sejarah yaa Mbak?"ucap dokter tersebut.
"Betul Dok. Kenapa teman saya pingsan dok?"balas Vira serius melihat ke arah dokter tersebut.
"Temanmu mungkin terbentur sesuatu. Entah kemarin atau tadi, saya harap tidak terulang kembali. Soalnya dalam data pribadinya, Dila mencantumkan riwayat sakitnya yaitu vertigo dengan penyebabnya"jelas Dokter tersebut.
Vira terdiam dan mencerna. Sepertinya ada fakta yang sudah ia lupakan. Dulu Dila pernah bercerita dengannya bahwa saat waktu kecil mengalami benturan keras dikepalanya.
"Dulu pernah mengalami benturan di kepalanya dok. Namun katanya tidak meninggalkan efek berbahaya bagi kepalanya. Saya juga tidak menyangka jika vertigo langsung muncul sebab benturan terjadi kembali."ucap Vira yang diangguki dokter tersebut.
"Faktor lain juga bisa mempengaruhi vertigo muncul."timpal dokter tersebut yang kini mulai dicerna oleh Vira baik baik. Tak lama Dila pun terbangun saat Zainal masuk kedalam membawa teh hangat.
"Alhamdulillah kamu udah sadar Ila. Aku khawatir banget tadi."ungkap rasa syukur Vira. Ia merasa lega akibat Dila sadar dari pingsannya.
"Minumlah dulu"tawar Zainal yang diterima oleh Dila. Ia merasa sangat senang akibat gadis yang disukainya welcome terhadapnya.
"Aku tadi kenapa Vir?"tanya Dila yang linglung.
"Tadi kamu pingsan di depan perpustakaan terus kak Zainal yang nolongin kamu dan menggendongmu kemari"senyum Vira. Dila sedikit terkejut namun dirinya langsung berterimakasih kepada Zainal.
"Terimakasih kak sudah bersedia menolong saya"ucap Dila tersenyum menatap Zainal. Sedangkan Zainal, hatinya langsung meletup letup rasa bahagia.
"Baru kali ini ditatap olehnya sepenuhnya. Senyum itu kenapa terus membuatku berdebar sih. Padahal kalau dilihat tidak ada alasanku untuk tertarik padanya. Entah aura positifnya mungkin?"bathin Zainal berdehem sekilas.
"Sama sama. Oiya, jaga kesehatanmu dan jangan sungkan. Saya pamit dulu, Dila"Ucap Zainal yang ikut tersenyum lalu keluar dari ruangan tersebut.
Dila mengangguk setuju sedangkan Vira melihat telinga Zainal memerah hanya dengan ucapan terimakasih dari sahabatnya. Yang benar tuh Zainal suka sama Dila apa Caca sih?
"Kamu kenapa sampai vertigo gini?"tanya Vira kembali.
"Em.. Kemarin habis merapikan barang barang dan gak sengaja kebentur lemari. Trus aku mungkin kelelahan mempersiapkan semuanya. Maaf telah buat dirimu khawatir Vir"sesal Dila. Vira hanya menghela nafasnya saja.
"Pastikan kamu jangan sampai terbentur lagi. Beruntung hanya terbentur lemari saja. Luka lama yang ada di kepala masih berefek samping, jangan sampai kamu tumbang seperti tadi. Jaga dirimu, nanti saya resepkan obatnya"ucap Dokter yang menangani Dila.
"Makasih yaa dok, maaf merepotkan"timpal Dila.
"Tidak apa apa. Sebentar saya resepkan dulu"balas dokter itu yang menuliskan resep obat untuk Dila.
Setelah itu Dila dan Vira memilih pulang saat keadaan Dila sudah membaik. Dokter pun telah meresepkan obat untuk Dila membelinya di apotek. Karena di kampus ini tidak ada obat khusus untuk kasus vertigo ini.
"Nanti kamu ceritakan rahasiamu ke Caca. Kalau tidak, Caca marah jika hanya dia yang tidak tahu"ucap Vira yang berjalan beriringan menuju parkiran.
"Iya Vir. Nanti malam kalian berdua kerumahku, Caca juga mau ngomong sesuatu sama aku tapi entahlah. Kita akan mengetahuinya nanti"balas Dila. Vira pun mengangguk setuju.
Bersambung...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/