Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Misterius
Hampir seminggu sudah Zena berada dirumah sakit, hari ini dia sudah diperbolehkan pulang. Athala bahkan rela cuti demi menjaga istrinya.
Alana berlari menghampiri kakaknya "Kak pulang hari ini?" tanya Alana "Iya, pulang sekarang!" Jawab Athala.
"Kak Zena banyak istirahat dirumah yah, nanti 3 hari lagi kakak ada operasi. Pokoknya makan yang banyak. Suruh suami kakak aja yang masak!" Celetuk Alana
"Iya adikku yang bawel. Kakak pulang yah, kamu juga jangan lupa makan!" Kata Zena dengan lembut. "Udah sana ganggu aja, makanya cari pacar." Gerutu Athala
PLAK
"Aarrrghhh Al, sakittt ih nyebelin!" Athala mengusap ngusap tangannya yang di geplak adiknya. "Enggak sadar apa sendirinya hah!" Tak lupa Alana menginjak kaki Athala sebelum pergi dari sana.
"Wleeeee!"
Zena tersenyum hangat mendengar keharmonisan kakak adik itu. Meskipun dia belum bisa melihat namun dia bisa merasakan kasih sayang adik ipar dan suaminya. "Ayo sayang, mamih udah masak banyak buat menyambut menantu kesayangannya!"
"Mas ih malu."
"Hahaha kenapa? Loh emang iya, dari kamu kecil mamih udah sayang banget sama kamu. Sekarang, gantian aku yang sayangin kamu. Aku yang ada buat kamu."
CUP
Athala mencium lagi bibir istrinya yang membuatnya candu. "Hmmmp...mas udah...mmmph." Zena melepaskan ciumannya. Athala tersenyum hangat melihat istrinya, keduanya pun pulang kerumah.
-
-
-
Ketika akan masuk mobil Athala bertubrukan dengan wanita paruh baya, yang tempo hari mengintip kamar Zena.
BRUK
"Aduh ...maaf bu saya enggak sengaja! Ibu enggak apa-apa kan? Ada yang luka bu?" Tanya Athala sembari memeriksa keadaan ibu itu. Untung saja Zena sudah ada di dalam mobil.
"Ibu baik-baik saja nak. Kalian sangat serasi, tolong jaga dia nak, karena akan ada orang yang berusaha mencari dia." Ucap ibu itu dengan hati-hati dan sendu.
"Maksud ibu?"
Wanita itu bergegas pergi dari sana dan masuk mobil. Athala yang keheranan juga tak mau ambil pusing. Dia segera masuk mobil dan pergi dari sana.
-
-
Sampai dirumah orang tua Athala, keduanya pun makan siang bersama. Hubungan Zena dan Athala semakin membaik. Athala juga susah tak memikirkan Luna lagi.
Selesai makan keduanya pergi ke kamar, Atha merebahkan istrinya di kasur dia pun ikut tiduran bersama istrinya. "Masih pusing enggak sayang?" Tanya Athala dengan lembut.
"Enggak terlalu mas."
"Eum masih sakit enggak itunya?" Tanya Athala sembari memberi kode ke area bawah. "Hmm enggak juga, kemarin udah diperiksa lagi udah sembuh kata dokter!" Jawab Zena.
"Mas mau? Maafin aku mas yang belum memberikan kewajiban untuk mas. Harusnya dari awal kita menikah, aku udah menyerahkan diriku sepenuhnya."
Athala mengelus pipi merah istrinya itu "Tapi aku yang merusaknya, betul kan?"
"Aku milikmu mas Atha."
Tangan Atha membelai lembut wajah cantik istrinya dia mulai menciumi setiap inchi wajah istrinya. Atha juga membuka hijab dan membuka perlahan gamis yang dikenakan Zena. "Aku siap mas, tapi_"
"Tapi apa?"
"Pelan pelan yah, jangan kayak waktu itu." ucap Zena yang menyebikan bibir mungilnya
"Hehehe iya sayang, waktu itu aku khilaf, salahin aja setannya!" Jawab Athala sembari cekikikan.
Kali ini Athala melakukannya dengan penuh kelembutan tak ada lagi aksi bru tal seperti malam kelam itu. Zena juga menikmatinya meskipun dia tak bisa melihat ekspresi wajah suaminya. Entah berapa kali Zena melakukan pelepasan. Suaminya ini benar-benar ahli dalam me muas kan istrinya.
"Ahhh mas...!" Mata Zena kuasa menahan hasratnya.
Keringat membasahi keduanya sore itu. Mereka larut dalam deburan cinta yang dalam. "Oh shit...kamu nikmat sayang. Ahhhh....sini sayang diatas!" Athala memindahkan posisi istrinya menjadi diatas.
"Ayo gerak."
"Enggak bisa mas, malu." Zena menutup mukanya sungguh ia benar benar malu diposisi seperti ini. Akhirnya Atha juga yang mendominasi permainan. "Aaarghhhh!" Athala menyemburkan cairan cintanya ke dalam rahim sang istri.
Hampir 2 jam mereka melakukannya dengan nikmat. Athala memeluk istrinya yang sudah penuh keringat. "Capek sayang?" Tanya Athala dengan meledek istrinya.
"Menurut mas? Lagian mas kuat banget lama." Zena sedikit menggerutu "Hahaha tapi kamu suka kan sayang? Kamu juga tadi minta tambah."
Zena mencubit perut suaminya "Ih mas malu, udah ah aku mau mandi." Ketika Zena mau bangun, Atha menahannya dia bangun dan menggendong istrinya dalam keadaan polos ke kamar mandi. "Kita mandi bareng."
-
-
-
"Ini boss, namanya Kamila dan_"
"Kenapa?"
"Boss bisa cek." Ray memberikan semua data tentang wanita misterius yang pernah mengintip kamar Zena. Papih Al membaca dengan teliti. "Rahasiakan! Cari bukti yang lebih valid, kamu bisa menghubungi Bastian, dia punya banyak anak buah yang bisa kamu andalkan!" ucap papih Al dengan tegas.
Ray mengangguk patuh dia pun keluar dan akan menemui Bastian sesuai titah bossnya. Papih Al terdiam dan menopang dagunya.
"Setelah kamu menelantarkan Zena, sekarang kamu kembali. Ck...jangan harap bisa mengambil Zena." papih Al menyeringai.
-
-
Selesai shalat berjamaah magrib itu, pengantin baru ini turun ke bawah untuk makan malam. Atha menggenggam erat tangan sang istri.
"Pegangan mulu mau nyebrang?" Sindir Atharya
"Sirik aja, dosa tau!" Celetuk Athala "Sini sayang duduk." Athala membantu Zena duduk. Dan sikap Athala membuat semua yang ada disana merasa geli.
"Mau diambilin yang mana sayang?"
"Ambilin kain pel aja sayang hahaha!" Anna juga ikut menimpali "Sudah sudah, Zena belum makan kalian ini." mamih Aleesya hanya bisa pasrah jika anak anaknya sudah mode jahil seperti ini.
"Gimana Zen, kamu udah siap untuk operasi?" Tanya papih Al.
"Insya Allah siap pih." jawab Zena dengan lembut. "Bagus! Papih sudah carikan dokter terbaik yang akan mengoprasi mata kamu, dan nanti juga Erlando akan ikut mengoperasi." Lanjut papih Al.
"Dia kan cuma pendonor pih, ngapain pakai ikut segala?" ketus Alana. "Erlando dokter spesialis mata, dia punya reputasi yang sangat baik. Dia juga akan ikut mendampingi dokter Lee yang akan mengoperasi Zena!"
DEG
Alana sedikit terkejut ternyata selain pengusaha Erlando juga sama dengannya yaitu dokter. "Kamu kenapa Al?" Tanya mamih Aleesya.
"Enggak kok mih!"
-
-
Flashback di rumah sakit
BRUK
"Awww lihat lihat donk kalau jalan." Gerutu Alana. Ketika tatapan mereka bertemu ternyata Erlando yang tak sengaja menabrak Alana.
"Maaf nona, saya enggak sengaja. Ada yang luka?" Tanya Erlando dengan lembut.
"Enggak kok!" Jawab Alana dengan ketus dia juga merapihkan pakaiannya. Ketika Alana akan pergi, ternyata ada seorang pria yang menghampiri Alana. Erlando hanya menyaksikan mereka berdua.
"Alana, kenapa kamu menghindar terus!" ucap seorang pria bernama Asraf. Namun Alana malah berlindung dibelakang Erlando.
Erlando bingung dengan sikap Alana "Aku udah bilang, jauh-jauh kak, lebih baik kakak pergi jangan ganggu aku lagi. Aku...aku udah tunangan sama mas Erlan? Iya kan mas?" Alana dengan tatapan memohon sembari memegang lengan Erlando.
Tangan Erlando refleks memeluk pinggang Alana dan mencium kening Alana didepan Asraf. Betapa terkejutnya Alana dengan perlakuan Erlando. Ingin rasanya dia menendang pria tuir ini. Kalau bukan karena Asraf, Alana sudah pasti membogem Erlando.
"Al kamu...?"
"Lebih baik anda pergi, jangan ganggu tunangan saya!" Ucap Erlando dengan tegas, dia pun menggenggam erat tangan Alana dan pergi dari sana.
-
-
Sesampainya diruangan Alana, dia menghempaskan tangan Erlando. "Om jangan macam-macam yah! Tadi kan cuma pura-pura!" gerutu Alana.
"Hahaha kamu sendiri yang mulai nona. Oke...karena kamu bilang tadi kita tunangan, gimana kalau kita tunangan beneran." ucap Erlando dengan tatapan mautnya. Alana mundur hingga terpojok.
"Aku teriak nih, sana enggak?!"
"Oke, aku akan pergi. Kita ketemu 3 hari lagi nona."
"Maksudnya?"
Erlando pamit dari sana sembari tersenyun manis dan membelai wajah Alana.