NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti?

Sebatas Ibu Pengganti?

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pengganti / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.

Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.

Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.

"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Kesedihan Tatiana II

Tatiana berlari tergopoh-gopoh melintasi koridor untuk menemukan ruang UGD. Menurut Bi Ita, tetangga ibunya yang menemukan dan membawa sang ibu ke rumah sakit, ia menemukan sang ibu sudah tergelak di ruang tamu. Pada saat itu Bi Ita ingin mengantarkan kue yang baru saja dibuatnya. Sontak saja Bi Ita panik dan segera mencari pertolongan untuk membawa ibu Tatiana ke rumah sakit. Apalagi wajah ibu Tatiana sudah begitu pucat. Tubuhnya pun sudah terasa dingin membuat Bi Ita khawatir setengah mati. Barulah setiba di rumah sakit, Bi Ita mencoba menghubungi Tatiana. Beruntung ia menyimpan kontak Tatiana sehingga ia pun bisa segera menghubungi Tatiana.

"Tiana, hati-hati!" pekik Raya saat melihat Tatiana berlari dengan tergesa. Bahkan ia sampai menabrak beberapa orang yang melintas di koridor rumah sakit saking paniknya ia.

Tapi Tatiana tidak menggubris. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah keadaan sang ibu. Saat melihat keberadaan Bi Ita yang mondar-mandir di depan ruang UGD, Tatiana pun mempercepat langkahnya.

"Bi ... " seru Tatiana membuat Bi Ita pun menoleh.

"Tiana," lirih Bi Ita yang langsung menyambut Tatiana dengan sebuah pelukan.

"Bagaimana keadaan ibu, Bi? Ibu nggak apa-apa, kan?" cecar Tatiana dengan wajah yang sudah bersimbah air mata.

Bi Ita menggeleng, "bibi juga belum tahu. Sejak masuk UGD, belum ada dokter yang keluar," ujar Bi Ita lirih. Ia pun sudah meneteskan air mata sejak tadi. Bi Ita dan ibu Tatiana sudah bertetangga cukup lama. Ia sangat tahu bagaimana perjalanan hidup ibu Tatiana semenjak ditinggal suaminya yang lebih memilih perempuan lain. Hingga beberapa tahun kemudian, terdengar kabar kalau mantan suami dan istri barunya mengalami kecelakaan lalu meninggal di tempat.

Mendengar kabar itu, Tatiana terisak-isak. Tubuhnya luruh ke lantai karena terlalu syok dengan apa yang ia dengar.

"Sebenarnya Mbak Mala lebih dari Minggu ini sakit-sakitan. Bibi mau kasi tau kami, tapi mbak Mala larang. Mbak Mala nggak mau bebani pikiran kamu, katanya. Beberapa hari tadi emang mbak Mala keliatan sudah lebih baik, tapi nggak tau kenapa siang ini pas bibi ke rumah, ternyata mbak Mala pingsan. Untung aja pak RT ada mobil terus mau bantu anterin ke sini. Kalau nggak, ya Allah, bibi bingung mau gimana."

Tangis Tatiana kian pecah. Hanya ibunya lah satu-satunya keluarganya saat ini. Ia memang memiliki keluarga dari sang suami, tapi tetap saja rasanya berbeda.

Sepasang lengan terulur memeluk Tatiana. Dia adalah Raya. Tak ada kata yang terucap sebab kata sabar tak semudah itu dilakukan terlebih orang yang mengalami sebuah kejadian. Daripada kata sabar, lebih baik memberikan sebuah pelukan menguatkan. Dengan begitu, orang yang mengalami sebuah kesedihan atau kemalangan merasa tidak sendiri.

"Kau sudah mencoba menghubungi suamimu?" tanya Raya saat perasaan Tatiana sudah sedikit membaik.

Tatiana menggeleng, ia pun segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi Samudera. Tapi setelah melakukan beberapa panggilan, panggilannya tak kunjung diangkat. Tatiana menghela nafas panjang. Di saat seperti inipun, suaminya tidak bisa diandalkan sedikit pun.

Tatiana lantas mencoba menghubungi sang ibu mertua. Di saat bersamaan, seorang dokter keluar dengan raut wajah sendu.

"Maaf, nyonya Nurmala tidak berhasil kami selamatkan. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi Tuhan berkata lain," ucap dokter tersebut bagaikan sambaran petir di siang hari.

"Pengumuman kematian, Minggu, 15 Oktober 2023. Pukul 12.23 WIB." Seorang perawat mengumumkan kematian sang ibu.

Hancur lebur hari Tatiana. Padahal baru beberapa hari yang lalu ia menemui sang ibu. Tatiana tidak menyangka kalau itu merupakan hari terakhir ia bisa berbicara dengan sang ibu. Bahkan saat ia mengadukan keadaan rumah tangganya, ibu Tatiana sempat memberikan nasihat.

"Dalam rumah tangga itu memang ada pasang surutnya. Tak melulu bahagia. Bahkan pasangan yang menikah atas dasar saling mencintai pun pasti akan merasakannya. Tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Selagi masih dapat ditoleransi, bertahanlah. Berjuanglah. Berdoa pada yang maha kuasa agar rumah tanggamu dijaga, dikuatkan. Ingat, perceraian itu sesuatu yang halal namun dibenci Allah. Akan tetapi bukan berarti kita harus terus bertahan bila batin kita terus-menerus tersiksa. Bertahanlah untuk saat ini, Nduk. Bila kau benar-benar tak sanggup lagi, barulah menyerah. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Pesan ini di kala itu. Sungguh, Tatiana tidak menyangka, kini pelita hidupnya, bidadari surganya, telah pergi untuk selama-lamanya.

"Ibu ... "

Tatiana pun langsung menerobos pintu ruang UGD. Disibaknya kain putih yang menutupi wajah sang ibu. Dipandanginya wajah ayu sang ibu yang kini sudah memutih karena aliran darah yang sudah berhenti.

"Ibu, kenapa ibu tinggalin Tiana, Bu? Ibu, jangan pergi! Jangan tinggalin, Tiana! Bagaimana nasib Tiana bila ibu pergi? Dengan siapa lagi Tiana mengadu kalau ibu pergi tinggalin Tiana? Ibu, Tiana mohon, jangan pergi! Ibu ... "

"Tiana ... " lirih Raya yang ikut bersimbah air mata. Ia pun tak kuasa menahan kesedihan saat melihat sahabat tercintanya merasa hancur lebur karena ditinggal sang ibu tercinta.

"Ray, ibu, Ray, ibu nggak pergi kan, Ray? Ibu cuma tidur kan? Ibu ... Ibu nggak sungguh-sungguh ninggalin aku, kan?"

"Ikhlas, Na, ikhlas. Ibu sudah tenang di atas sana. Na, jangan begini! Ibu pasti sedih liat kamu hancur seperti ini. Aku mohon, Na, jangan begini. Aku tahu berat rasanya kehilangan ibu, tapi kamu harus ikhlas. Demi ibu," ujar Raya mencoba memberikan pengertian pada sang sahabat.

"Tapi kini aku sendiri, Ray. Ibu pergi ninggalin aku sendirian. Kenapa ibu nggak ajak aku? Aku ... Huhuhu ... "

Raya lantas memeluk tubuh Tatiana. Ditepuk-tepuknya punggung Tatiana berharap dengan begitu sahabatnya itu bisa lebih tenang dan mengikhlaskan kepergian sang ibu. Mengikhlaskan itu memang berat. Tak ada seorang pun yang bisa melepaskan dengan begitu mudah seseorang yang mereka cintai. Derai air mata pasti akan mengiringi setiap langkah kepergiannya. Namun sebagai seorang yang beriman, kita harus belajar mengikhlaskan. Sebab dengan begitu, akan memberikan keringanan dan kelapangan baginya di alam sana.

...***...

Tatiana terduduk lesu di kursi sambil menunggu proses pemulangan jenazah sang ibu. Sejak tadi air mata terus mengalir meskipun ia sudah tak bersuara lagi. Raya pun dengan setia mendampingi. Tiba-tiba ponsel Tatiana yang ada ditangannya berdering. Raya pun segera mengangkat saat melihat nama yang tertera adalah Mama.

"Halo, assalamu'alaikum," ucap Raya.

"Wa'alaikumussalam. Tiana, Nak, ini kamu?" cecar Sakinah, ibu mertua Tatiana.

"Maaf, Bu, saya Raya, sahabat Tiana."

"Tiana nya mana?"

Raya melirik Tatiana, "Tiana ada, Bu, tapi ... " Raya bingung memilih kata yang pas untuk menjelaskan keadaan Tatiana.

"Kalian dimana? Tadi Tiana telepon,.pas Tante angkat, Tante dengar ada yang bilang ibu Nurmala meninggal, apa itu benar?"

"Iya, itu benar, Tan. Ibu Nurmala meninggal beberapa saat yang lalu."

"Innalilahi wa ina'ilaihi raji'un. Jadi sekarang kalian berada di mana? Tante mau nyusul ke sana."

"Kami masih di rumah sakit, Tan. Lebih baik Tante langsung ke rumah Tiana aja soalnya sebentar lagi juga jenazah ibunya Tiana akan segera dipulangkan ke rumah," ujar Raya.

Setelah mengiyakan, ibu mertua Tatiana pun segera menutup panggilannya.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Sri Suhartati
Biasa
Sri Suhartati
Buruk
julitachiat
Luar biasa
julitachiat
Biasa
Nokhie
Preeettt.. Rindu pala lu pitak.. Orangnya ada lu cuekin pas udh pergi baru lu ngomong gt.. Laki kamprreet
Nokhie
Cinta sih cinta tp jgn bodoh.. Hadeehh udh berkali2 di kecewain msh aja nerima. Ogeb ogeb..
Nokhie
Bego bener nih si tiana. Ngapain bertahan sm laki2 modelan samudra. Kalo gue udh gue tinggalin laki modelan gt.. Hadeehh..
Restie Manies
Luar biasa
Restie Manies
Lumayan
Juniarsih Hariany
Luar biasa
Anonymous
wkwkkwkw bmkg dibawa2
Anonymous
ok
marti 123
Kecewa
marti 123
Buruk
Nur Aini
Luar biasa
Novie Achadini
betizen Jarinya lebih tajam dari siket thor
Ara Dhani
Terlambat sam
Larasati
Luar biasa
Larasati
Lumayan
Marwati Laissa
karma mama WITA wanita suka mnghina wanita penghianat yahh gitu dehhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!