Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Malam berubah pagi, bulan sudah lengser dari singgasananya tergantikan oleh matahari. Nindya sudah bersiap dan tinggal berangkat kerja saja.
"Nak kamu mau berangkat kerja sendiri?" tanya Jajak.
"Iya ayah memang mau sama siapa lagi?"
"Memang enggak sama Kaivan lagi?"
"Enggak ayah."
"Ya sudah kalau begitu ayo ayah antarkan kamu ke kantor."
"Ayah beneran mau nganterin aku ke kantor? Memang ayah enggak berangkat ke toko pagi ini?"
"Nanti saja setelah nganterin kamu selamat sampai kantor, ayo kita segera berangkat."
Nindya pun mengikuti ayahnya masuk ke dalam mobil. Tidak lama berkendara akhirnya mobil Jajak sudah sampai di depan kantor Nindya. Sebelum keluar dari mobil Nindya pamit dan menyalimi ayahnya terlebih dahulu.
"Ayah Nindya pamit berangkat kerja ya."
"Iya, hati-hati kalau kerja jangan mengangkat berkas yang berat kalau tidak kuat."
"Iya ayah tenang aja" Nindya segera keluar dari mobil dan melambaikan tangannya kearah ayahnya hingga mobil Jajak tidak terlihat.
Setelah itu Nindya masuk kedalam kantor dan menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Baru saat sampai mejanya dan duduk, Kaivan juga baru saja sampai dengan menenteng tas bekal ditangannya.
"Pagi pak" sapa Nindya dengan menampilkan senyum karirnya.
"Pagi, ini bekal buat kamu dari ibu saya" Kaivan meletakkan tas bekal diatas meja kerja Nindya.
"Terima kasih ya pak."
"Ngapain bilang terima kasih sama saya? Bilang terima kasih sama ibu saya karena ibu saya yang menyiapkan bekal ini untuk kamu."
"Ya sudah kalau begitu sampai ucapan terima kasih saya kepada ibu anda ya pak."
"Iya nanti akan saya sampaikan kepada ibu saya, Nindya tolong kamu berikan rekapan jadwal saya seminggu kedepan."
"Baik pak nanti akan saya antar ke ruangan anda" Kaivan menjawab dengan deheman saja lalu masuk ke dalam ruangannya.
Nindya segera mencari map yang berisi jadwal Kaivan seminggu kedepan. Saat sudah menemukan map-nya, Nindya segera masuk ke dalam ruangan bosnya.
"Ini pak rekapan jadwal yang anda minta tadi" Nindya memberikan map itu dan langsung diterima oleh Kaivan.
"Iya terima kasih" Kaivan melihat dan membuka rekapan jadwalnya dengan serius.
"Kalau boleh tahu ada apa ya pak anda meminta jadwal seminggu kedepan?"
"Saya harus dengan cepat menyelesaikan jadwal saya karena kamu tahu sendiri kan kalau pernikahan kita akan terjadi seminggu kedepan, nah sebelum acara pernikahan itu terjadi saya akan menyelesaikan semuanya."
"Jadi anda tidak keberatan kalau kita melaksanakan pernikahan?"
"Mau bagaimana lagi walaupun kita menolak pasti tidak akan bisa karena kan bukti pemeriksaan itu sudah jelas menyatakan bahwa kamu hamil, ternyata rencana yang kamu persiapkan itu gagal total tidak bisa menghentikan pernikahan kita."
"Aku juga enggak tahu pak bagaimana mungkin laporan pemeriksaanku pada waktu menyatakan bahwa aku hamil, sungguh rasanya aku pusing memikirkan ini semua" Nindya memijit keningnya pelan.
"Kita sudah tidak bisa menggagalkan ini semua karena orang tua kita sudah mulai menyiapkan semua yang diperlukan dalam pernikahan kita."
"Jadi kita akan tetap menikah pak?"
"Ya mau bagaimana lagi? Mau tidak mau kita harus menjalaninya."
"Tapi saya tidak mau pernikahan yang serba mendadak seperti ini."
"Ya gimana lagi posisinya sudah seperti ini, sekarang kamu bisa kembali lagi ke meja kerjamu karena saya mau kembali lagi bekerja."
"Ya sudah pak saya permisi" Nindya keluar dari ruangan Kaivan dan menutup pintu perlahan agar tidak menimbulkan suara.
Sampai di mejanya, Nindya menghempaskan tubuhnya ke kursi. "Aku tidak menyangka akan menikah dengan bosku dan serba mendadak seperti ini" gumam Nindya.
"Kenapa laporan pemeriksaanku waktu itu harus tertukar dengan orang lain sih, coba kalau tidak mungkin saat ini aku masih single dan tidak menjadi calon istri dari bosku yang pemarah itu tapi untungnya beberapa hari ini dia tidak marah sama sekali jadi aku bisa sedikit lebih tenang."
Nindya pun mulai mengambil pekerjaannya yang sudah ada di meja lalu masuk kembali ke ruangan Kaivan untuk meminta tanda tangan persetujuan pada berkas yang ada. Hari ini Nindya sangat sibuk sekali apalagi Kaivan memajukan beberapa pertemuan agar cepat selesai.
Nindya baru bisa sedikit bisa bernafas saat waktu istirahat. Sebelum istirahat Nindya menyiapkan makan siang untuk bosnya terlebih dulu baru sesudah itu Nindya bisa makan bekal dari Eni dengan nyaman.
"Emm...sungguh enak sekali masakan bu Eni, rasanya enak banget seperti masakan bintang lima memang kalau masak dari bahan premium itu tidak membohongi rasa."
Nindya begitu menikmati makan siangnya hari ini. Bekal yang dibawakan oleh Eni adalah beef teriyaki, capcay dipadukan dengan nasi merah. Makan siangnya kali ini menurut Nindya sangat amat sepesial karena buatan langsung dari nyonya bos besar.
Sesudah makan Nindya mencuci wadah bekal di pantry kantor. Setelah itu Nindya masukkan kembali wadah bekal ke tas bekal lagi dengan rapi dan berniat mengembalikan ke Kaivan saat waktu pulang nanti.
"Alhamdulillah sekarang aku sudah kenyang, jadi sekarang lanjut kerja lebih semangat lagi."
Nindya menghadap komputernya melihat banyak angka yang membuat banyak orang yang melihatnya pasti akan pusing. Nindya pun yang sudah terbiasa pun tidak terlalu pusing.
"Nindya keruangan saya saat ini" ucap Kaivan dari interkom.
Dengan segera Nindya masuk ke dalam ruangan Kaivan. Hati Nindya deg-degan karena tadi suara Kaivan saat diinterkom terdengar dingin dan ada sedikit amarah.
"Permisi pak, ada apa ya anda memanggil ada kemari?"
"Bagaimana kamu ini! baru sehari saja saya tidak memarahi kamu tapi pekerjaanmu tidak becus seperti ini!" ucap Kaivan sarat akan amarah.
"Ada apa ya pak?"
"Lihatlah apa yang kamu kerjakan bisa membuat perusahaanku bisa rugi ratusan juta!"
"Apa yang membuat rugi pak?" Nindya masih bingung karena dia merasa tidak melakukan tindakan yang membuat perusahaan merugi.
"Ini apa maksudnya? kamu meminta kerjasama dari perusahaan Jabasa yang saat ini citranya tidak baik dimata pengusaha dan investor lain!"
"Maaf pak saya tidak tahu, saya kira perusahaan Jabasa itu perusahaan yang besar dan memiliki citra yang bagus."
"Makanya kalau mau meminta kerja sama itu kamu harus mengecek perusahaan sampai dalam-dalamnya bukan hanya lihat sekilas saja! Sekarang saya minta kamu untuk membatalkan kerja sama ini, saya tidak mau tahu besok kerjasamanya harus batal!" ucap Kaivan tanpa mau dibantah.
"Baik pak, saya akan membatalkan kerja samanya hari ini juga."
"Bagus, karena semakin cepat kamu membatalkan kerja samanya maka akan semakin baik."
"Iya pak" ucap Nindya sambil menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah cepat kamu selesaikan semuanya, sudah sekarang kamu boleh pergi ke mejamu."