Saat sedang menata hati karena pengkhianatan Harsa Mahendra -- kekasihnya dengan Citra -- adik tirinya. Dara Larasati dihadapi dengan kenyataan kalau Bunda akan menikah dengan Papa Harsa, artinya mereka akan menjadi saudara dan mengingat perselingkuhan Harsa dan Citra setiap bertemu dengan mereka. Kini, Dara harus berurusan dengan Pandu Aji, putra kedua keluarga Mahendra.
Perjuangan Dara karena bukan hanya kehidupannya yang direnggut oleh Citra, bahkan cintanya pun harus rela ia lepas. Namun, untuk yang satu ini ia tidak akan menyerah.
“Cinta tak harus kamu.” Dara Larasati
“Pernyataan itu hanya untuk Harsa. Bagiku cinta itu ya … kamu.” Pandu Aji Mahendra.
=====
Follow Ig : dtyas_dtyas
Saran : jangan menempuk bab untuk baca y 😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CTHK 10 ~ Tragis
Sabar Dara, percuma meladeni orang yang tidak waras. Yang ada ikutan gil4.
Dara pun mengabaikan Citra, tapi perempuan itu tidak terima bahkan menarik tangan Dara.
“Jangan sampai aku berbuat kasar lalu kamu akan playing victim dengan mengatakan aku yang bersalah. Aku menghormati Bunda dan Om Surya karena hari bahagia mereka,” ungkap Dara.
Entah dari mana asalnya, Harsa sudah berada diantara mereka, kalau boleh jujur kehadirannya sudah seperti jelangkung. Citra pun melepaskan tangan Dara.
“Dara, tidak akan ada pria yang bisa menggantikan aku di hati kamu. Apalagi yang lebih hebat, nyatanya kamu malah merayu Pandu.”
Tuduhan Harsa ini cukup membuat Dara naik darah. Baru kemarin ada niat konyol menghabisi lawan bicaranya, sekarang ada lagi. Apa ia harus berikan tonjokan pula di wajah Harsa dan jambak rambut Citra, karena mereka pasangan serasi. Sama-sama menjengkelkan.
“Kalian ini, enyahlah dari pandanganku.” Dara tidak ingin memperpanjang masalah, apalagi ia melihat Kemala dan Surya yang sudah berganti pakaian diikuti oleh asistennya berjalan ke arah mereka.
“Ada apa ini?” tanya Surya lalu menatap bergantian Dara, Harsa dan Citra.
“Tidak ada apa-apa Pah,” jawab Citra manja lalu memeluk lengan pria itu. “Tadinya kamu sedang merencanakan kejutan, tapi gagal deh. Selamat menikmati honeymoon kalian ya.”
“Dara, Citra, jangan buat masalah. Papa Surya sudah siapkan kamar untuk kalian di kediamannya,” ungkap Kemala dan hanya Citra yang sepertinya sangat antusias.
“Besok aku shift pagi, sementara masih tinggal di kosan. Mungkin nanti ….”
“Segera urus kepindahan mu, jangan sampai Opa tahu kalau kamu masih tinggal di rumah kost.”
“Hm.”
“Bye, hati-hati di jalan,” ujar Citra lagi. “Mas, kalau kita menikah nanti aku mau honeymoon ke maldives ya,” rengek Citra sambil memeluk lengan Harsa yang hanya direspon dengan decakan. “Jangan sampai kalian macam-macam di belakangku,” ancam Citra pada Harsa dan Dara.
“Aku macam-macam sama dia?” Dara menunjuk Harsa, memastikan tuduhan adik tirinya. Macam-macam yang dimaksud Citra, mungkin kembali bersama. Sepertinya otak Citra sudah bergeser, bagaimana mungkin ia harus kembali dengan Harsa. Bahkan dikasih gratis pun akan ditolak mentah-mentah.
“Untukmu saja, aku bersyukur menyaksikan kebenaran meskipun pahit. Tidak bisa aku bayangkan kalau ternyata kami berjodoh, lalu ….”
“Diamlah Dara, jangan munafik dan sok suci.” Harsa menatap sinis dengan senyum mengejek. “Aku lihat sendiri kamu memohon-mohon pada Pandu.”
“Ya … ya … ya, terserah kalian saja.” Dara meninggalkan Harsa dan Citra, meskipun kakinya sudah gatal hendak menendang sel4ngkangan Harsa.
Sedangkan di tempat berbeda, Pandu sudah kembali ke kamar 2807. Melempar jasnya ke sofa dan menghempaskan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamar. Sama halnya dengan Dara ia pun terkejut mereka bisa bertemu lagi dan menjadi kerabat.
Meskipun sudah mendengar kalau Surya akan menikah dengan wanita yang memiliki dua orang anak perempuan, tapi ia tidak tahu kalau ternyata salah satunya adalah Dara.
“Ck, mana aku janji akan tinggal di rumah papi,” gumam Pandu lalu beranjak duduk dan mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang.
“Pak David, ada hal yang ingin aku bicarakan. Bisa kita bertemu?”
***
Setengah enam pagi, Dara sudah tiba di hotel. Berganti seragam, sedangkan wajah dan rambut sudah rapi sejak keluar dari kamar kostnya. Kabar ia berurusan dengan tamu tamu VVIP bahkan member aktif, sudah santer di divisi housekeeper.
“Mbak Dara, kita turut prihatin,” ujar salah satu petugas housekeeping.
“Iya, Mbak. Dengan kemampuan dan kecerdasan mbak Dara, pasti mudah cari kerja lagi.” Kali ini petugas laundry yang bicara.
Brak.
Dara menutup lokernya dengan keras, lalu menatap kedua petugas di sampingnya.
“Maksud kalian apa? Kalian senang kalau aku dipecat? Memang kalian siapa, cenayang atau apa? Pak Leo saja belum ada bicara apapun, lagi pula kalian tidak tahu masalahnya jadi tutup mulut kalian.”
Kedua petugas itu langsung pergi, karena takut Dara lebih marah lagi.
“Pagi-pagi sudah cari gara-gara.”
“Lo, yang cari gara-gara,” ujar Vio sudah bersandar pada salah satu loker. “Mereka bener lagi, kalau lo dipecat gimana?”
“Nggak gimana-gimana, mungkin aku bisa jadi benalu di keluarga bapak tiri aku. Kebetulan mereka kaya raya,” sahut Dara.
“Memang siap dan yakin lo bakal bae-bae aja, bertemu Harsa tiap hari dan mungkin dia akan jadi ipar lo?”
“Kisah percintaan aku kayaknya menarik jadi film ya, adik tiri adalah maut atau kita ubah adik tiri koplak dan pacar lakn4t.”
Vio hanya menggelengkan kepalanya. “Tugas gue pagi ini, membersihkan kamar 2807 setelah penghuninya keluar untuk sarapan.”
“Dia masih di sini?”
“Menurut lo?”
“Apa aku temui lagi ya, terus minta maaf. Kali ini lebih tulus dan ….”
“Jangan macam-macam Ra.”
“Nggak mungkin dia nggak maafin dong, sekarang ‘kan dia sudah jadi … Om aku.” Obrolan mereka terhenti, karena ponsel Dara berdering. Sebelum menjawab, gadis itu sempat berdeham.
“Selamat Pagi, Pak Leo. Ada yang bisa saya bantu?”
“Gimana bisa bantu saya kalau kamu buat masalah dan tidak bisa bantu diri sendiri.”
Dara sampai menjauhkan ponsel dari telinganya, karena suara berteriak di ujung sana. Cukup lama Leo berteriak dan memaki.
“PAk David memanggilku termasuk juga kamu. Awas saja kalau aku sampai kena imbas dari ulahmu.”
“Hah, Pak David? Halo, Pak Leo.” Ternyata panggilan berakhir. “Ck, gimana ini. Vio temani ke kamar 2807 ya, please!”
“Ogah, gue nggak mau ikutan kena masalah.” Vio berlalu dari hadapan Dara.
“Nasibmu Dara, tragis,” gumam gadis itu sambil menepuk dahinya.
bener 2 meresahkanb dara fdan pandu
terbucin bucinlah kamu..
pegalan katacdisetiap kalimatmya teratur dan ini udah penulis profeaional banget , aku suka npvel seperti ini simple yo the point dan tak bertele tele..aku suka🥰🥰💪