Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembicaraan Tentang Seleksi.
Saat ini, aku dan Ayah duduk berhadap-hadapan di ruang kerja pribadinya. Ruangan itu dipenuhi aroma kayu tua dan rempah-rempah yang menenangkan, dikelilingi oleh rak-rak penuh buku kuno. Sebuah meja kayu besar dengan ukiran detail tentang sejarah keluarga Nightshade menjadi penghalang di antara kami. Cahaya redup dari lilin-lilin antik menambah suasana mistis yang selalu kurasakan di sekitar Ayah.
"Bagaimana? Apa yang kau lihat di sana tadi?" Ayah memulai percakapan dengan nada lugas, menatapku tajam seperti seorang hakim yang sedang mengadili.
"Mahkota ungu," jawabku singkat, sambil mengingat kembali pemandangan di dalam gua yang terasa begitu nyata dan mistis.
"Hmm..." Ayah menyandarkan tubuhnya ke kursi, tangannya perlahan menyentuh dagunya. Mata hitamnya yang selalu tenang kini menunjukkan tanda-tanda berpikir keras. "Lalu, apa yang terjadi dengan mahkota itu?"
"Mahkota itu... masuk ke dalam jantungku," kataku, sambil menyentuh dadaku. Tidak ada rasa sakit, tapi aku bisa merasakan sesuatu yang berubah dalam diriku, seolah energi asing kini mengalir bersama darahku. "Kenapa Ayah menanyakan hal itu?"
Ayah menatapku dalam-dalam, tatapannya penuh dengan pertimbangan yang berat. "Kau seharusnya tahu, untuk menjadi Tuan Besar keluarga, kau harus mengikuti seleksi itu," jawabnya tegas, dan aku mengangguk. "Tapi, asal kau tahu, Ronan, aku belum pernah mendengar tentang mahkota seperti yang kau ceritakan," suaranya kini lebih serius, lebih berat, seakan dia menyimpan sesuatu yang lebih besar.
Aku mengernyit, merasa heran. "Mungkinkah itu perbedaan untuk setiap orang? Bukankah Night Forest sendiri selalu penuh dengan ketidakpastian?" tanyaku, mencoba menganalisis apa yang baru saja kualami.
Ayah mengangguk pelan, matanya tetap mengawasiku. "Kau benar. Bahkan hanya untuk masuk dan keluar dari hutan itu, banyak yang harus kehilangan kesadaran terlebih dahulu."
"Mungkin itu yang membuat Night Forest begitu sulit dipahami," tambahku. "Hutan itu seolah hidup dan memilih siapa yang bisa keluar dengan selamat."
Ayah menghela napas pelan, lalu bersandar lebih dalam ke kursi besar kulitnya. "Night Forest memang seperti nenek moyang keluarga Nightshade sendiri. Hutan itu selalu ada untuk menguji dan menemani setiap generasi keluarga kita. Tapi, Ronan, dari semua Tuan Besar sebelumnya, baru kali ini aku mendengar ada yang melihat sebuah mahkota." Kata-katanya semakin menambah rasa misteri yang melingkupi pikiranku.
Ruangan terasa semakin sunyi, hanya terdengar suara lembut retakan kayu dari api yang membara di perapian. Udara di antara kami terasa berat, seperti dipenuhi rahasia yang menunggu diungkap.
"Apa maksudnya?" tanyaku, mencoba menggali lebih dalam.
"Aku akan bertanya lebih dulu," kata Ayah, pandangannya semakin serius. "Bagaimana caramu keluar dari hutan itu?"
Aku menjawab dengan jujur, "Aku masuk melalui air terjun. Di balik air terjun itu, aku menemukan mahkota ungu. Setelah itu, aku keluar dari gua melalui air terjun yang sama. Begitu aku kembali, aku melihatmu dan para petinggi sudah menungguku."
Ayahku terdiam, menundukkan kepala sambil merapatkan tangannya di meja, seolah sedang merenungkan sesuatu yang sangat penting. Wajahnya mulai menunjukkan kekhawatiran yang samar, sesuatu yang jarang kulihat darinya.
"Apakah ada yang aneh?" tanyaku lagi, tidak bisa menahan rasa penasaran yang semakin menumpuk.
Akhirnya, Ayah membuka mulutnya lagi. "Ronan, dengarkan baik-baik. Dari semua Tuan Besar Nightshade terdahulu, tidak ada satupun yang pernah melihat mahkota seperti yang kau sebutkan," katanya dengan penuh tekanan, membuat jantungku berdebar lebih cepat.
Aku merasa sesuatu mulai berubah. "Lalu, apa yang Ayah lihat waktu itu?" tanyaku, mencoba mendapatkan petunjuk lebih banyak.
"Tidak ada," jawabnya singkat, matanya menatap lurus ke depan. "Setelah aku mengalahkan seluruh lawanku, hutan itu memanduku keluar dengan sendirinya. Tidak ada mahkota, tidak ada benda misterius."
Aku terdiam sejenak, mencoba memahami apa artinya ini. "Lalu, apa sebenarnya mahkota itu?" Aku berbicara pada diriku sendiri, merenung dengan bingung.
Ayah memandangku lagi, kali ini lebih lembut. "Aku sendiri tidak tahu pasti, tapi apakah mahkota itu membuatmu merasa tidak nyaman?" tanyanya, nadanya lebih khawatir.
Aku menggoyangkan tubuhku, menguji apakah ada yang aneh dengan fisikku. "Tidak juga, malah aku merasa lebih baik. Aku merasa... lebih kuat," jawabku sambil merentangkan tangan, merasakan kekuatan baru yang mengalir di dalam diriku.
Ayah mengangguk pelan, tersenyum samar. "Kalau begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika mahkota itu tidak menimbulkan efek negatif, biarkan saja."
Dia bangkit dari kursinya, melangkah menuju jendela besar di ruangan itu. Dari sana, pemandangan malam di luar kediaman Nightshade terlihat indah, namun dingin dan misterius, seperti keluargaku sendiri. "Yah, kupikir itu cukup untuk hari ini," katanya, suaranya lebih rileks sekarang. "Aku harus mengakui, aku tidak menyangka kau akan menyelesaikan seleksi itu dalam waktu semalam. Bahkan fajar belum terbit."
Aku mengernyitkan dahi. "Apakah itu cepat?" tanyaku, merasa bahwa mungkin aku telah melakukan sesuatu yang luar biasa tanpa sadar.
Ayah tertawa kecil, sebuah suara yang jarang kudengar darinya. "Tentu saja cepat. Rekor tercepat sebelumnya adalah tiga hari, dan itu pun hanya dicapai oleh Tuan Besar terkuat."
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup