Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Kamu tuh cuma modus mau gandengan tangan sama aku kan? Makannya nyuruh aku pakai sandal hak tinggi kaya gini." Syarin melipat kedua tangannya didada.
"Siapa juga yang modus, kalau gak mau ya udah, pake lagi aja tuh sepatu kamu yang udah buluk itu, paling nanti kamu sendiri yang dipandang aneh sama orang lain, atasnya cantik tapi bawahnya buluk." Rama melemparkan wedges itu dan berlalu begitu saja.
Syarin kini terlihat bimbang saat harus memilih pakai sepatu nyaman tapi dianggap aneh atau pakai wedges yang tak nyaman tapi terlihat cantik.
Dengan terpaksa ia meraih wedges yang diberikan Rama tadi, karena ia tak ingin terus membuat malu Rama, meski ia harus berjalan dengan tertatih-tatih.
Bibir Rama mengukir senyum saat melihat Syarin menyusul dibelakangnya dengan berjalan sempoyongan, ia memperlambat langkahnya agar Syarin bisa segera menyusulnya.
Saat melihat Syarin yang hampir terjatuh disampingnya dengan sigap ia meraih pinggang Syarin, kini keduanya saling tatap bak adegan difilm-film.
"Kan aku bilang juga apa, ngeyel sih." Rama menarik tubuh Syarin agar kembali berdiri tegak.
"Aku juga ngelakuin ini semua juga buat kebaikan kamu, aku gak mau kamu dipandang remeh sama orang lain." Rama kembali berkata seraya mengalungkan lengan Syarin kelengannya.
Keduanya kini melangkah dengan bergandengan tangan menuju ke salah satu restoran, saat tiba diambang pintu banyak mata yang menatap ke arah mereka.
Rama dan Syarin memang nampak serasi saat itu, bahkan sampai ada beberapa yang terdengar berbisik membicarakan mereka.
"Mereka serasi banget ya, mirip pasangan kekasih di drama korea" ucap salah satu remaja berbisik pada temannya.
"Iya ya, beruntung banget ceweknya bisa dapet cowok setampan itu, keliatan kaya orang kaya lagi, liat aja yang dipakainya hampir semua barang mahal." wanita disebelahnya menjawab sambil sesekali melirik kearah Rama.
"Ah andai aku yang jadi ceweknya." wanita itu berkhayal menatap langit-langit.
Syarin kini merasa kagum dengan pria yang berada dihadapannya ini, ia terlihat biasa saja meski banyak mata menatap kearahnya.
Ternyata benar apa yang dikatakannya, kalau memang banyak wanita yang mengantri untuknya, ia cukup merasa insecure sekarang.
"Kenapa cemberut gitu, cemburu ya aku ditatap banyak cewek?" Rama bertanya disela makannya.
"Dih siapa juga yang cemburu, aku cuma cape aja dari tadi ditarik sana-sini." Syarin menghentakan sendoknya kepiring beberapa kali.
"Tapi hasilnya memuaskan kan?" Rama menaikan kedua alisnya.
"Sebentar lagi kamu akan jadi seorang pengantin, kamu harus tampak bersinar di sana, karena mungkin saja Suamimu setelah aku gak bakal mampu mengadakan pesta pernikahan dengan meriah."
Entah kenapa hati Syarin justru terasa sakit saat mendapat perhatian dari Rama, kenapa ia harus sepeduli ini terhadapnya kalau pada akhirnya ia akan tetap meninggalkannya.
"Oh aku salah bicara ya? Maaf, aku gak bermaksud menghina calon Suamimu nanti. Aku doain deh semoga nanti kamu dapet Suami yang kaya juga." Rama merasa bersalah karena melihat ekspresi Syarin semakin muram.
Syarin hanya menjawab dengan senyum getir tanpa bicara sama sekali.
Setelah selesai makan keduanya kini melangkah menuju pintu keluar karena sudah merasa cukup lelah.
Namun saat dijalan Rama melihat sebuah kalung yang terpajang disebuah etalase, ia merasa Syarin akan cocok jika memakainya karena lehernya masih terlihat polos.
Rama berbelok ka arah toko itu tanpa disadari oleh Syarin yang sudah lebih dulu berjalan didepannya.
"Ayo dong cepetan jalannya, ini udah malem loh, kasian Bapak seharian sendiri dirumah." Syarin berkata sambil melihat kearah belakang karena Rama belum kunjung menyamai langkahnya.
Syarin mengedarkan pandangannya saat tak menemukan keberadaan Rama disana.
Setelah beberapa saat menatap sekeliling Syarin memencingkan matanya saat melihat sosok pria yang tak asing berlari kecil arahnya.
"Kamu dari mana aja sih? Kenapa pergi gak bilang? Aku pikir kamu mau buang aku disini." Syarin mengerucutkan bibirnya seraya melipat kedua tangannya didada.
"Aku tadi liat ini, kayanya bakal cocok kalau di pake sama kamu, jadi aku langsung beli tadi." Rama menyodorkan sebuah kotak pada Syarin.
"Ya ampun Rama, kamu udah cukup banyak menghabiskan uang buat aku hari ini. Aku gak mau terus merasa hutangku sama kamu semakin banyak." Syarin menghembuskan napas kasar.
"Gak papa, uangku masih banyak kok, kalau cuma segini masih belum ada apa-apanya, aku pakein sekarang ya?" Rama membuka kotak itu.
Terlihat sebuah kalung yang dihiasi dengan berlian yang hampir membentuk hurup V.
Rama memindahkan posisinya kebelakang Syarin, menyibak rambut panjangnya kearah samping, aliran darahnya seakan berdesir lebih cepat saat melihat punggung Syarin yang putih mulus.
Begitu juga dengan Syarin, jantungnya berdegup kencang saat jemari Rama melintas dilehernya diiringi dengan deru napas yang terdengar lembut ditelingannya, membuat pipi Syarin seketika bersemu merah.
Rama kembali menarik rambut Syarin ke belakang, lalu memutar tubuh Syarin menghadapnya.
Syarin menundukan wajahnya karena tak ingin Rama melihat wajahnya yang kini terasa sangat panas.
Rama mengangkat dagu Syarin karena tak dapat melihat kalung yang dipakainya.
Syarin kini memalingkan wajahnya karena benar-benar tak ingin bertatap muka dengan Rama.
"Tuh kan cocok banget sama penampilan kamu hari ini." Rama mengukir senyum saat melihat kalung yang dipakai Syarin nampak cocok dengan lekukan dilehernya.
Syarin hanya bisa tersipu malu, perlakuan manis Rama sukses membuat jatungnya berpacu lebih cepat.
Rama terlihat menarik sudut bibirnya karena ia berhasil wanita sebar-bar Syarin kini menunduk malu dihadapannya.
"Ayo kita pulang, kasian Bapakmu dirumah sendirian." Rama meraih tangan Syarin lalu melangkahkan kakinya dengan terus mengembangkan senyum.
Itulah hobi buruk Rama, ia senang membuat wanita seolah manekin hidup untuknya yang bisa ia atur dan di dandani sesuka hati.
Mobil Rama kini sudah terparkir dihalaman rumah, mendengar suara deru mobil didepan rumah Pak Burhan segera bangkit dari duduknya untuk menyambut kedatangan anak satu-satunya itu.
Saat Rama dan Syarin sudah tiba diambang pintu Pak Burhan sudah lebih dulu membuka pintu, ia menatap Syarin dari atas sampai bawah.
"Siapa dia?" Pak Burhan mengira Rama membawa wanita lain kerumah itu.
Rama tertawa kecil saat mendengar pertanyaan Pak Burhan, sedangkan Syarin mendengus kesal.
Ayahnya sendiri saja sampai tak mengenalinya setelah Rama merombak penampilannya habis-habisan.
"Aku anakmu Pak anakmu." Syarin berkata sambil menepuk dadanya.
"Kamu Syarin? Anak gadisku yang bar-bar itu?" Pak Burhan membolak-balikan tubuh Syarin.
"Ternyata kamu bisa secantik ini?" Pak Burhan kembali berkata dengan terus membolak-balikan tubuh Syarin.
"Dari dulu juga udah cantik kali Pak." Syarin mendelik malas.
"Iya sih, tapi sekarang lebih cantik." Pak Burhan mengacungkan kedua jempolnya.
"Ya sudah kalau gitu saya pamit ya Pak, besok akan ada mobil yang menjemput kalian ke tempat resepsi, persiapkan diri kalian untuk acara pernikahan besok." Rama mengulas senyum lalu beranjak pergi setelah mencium takzim tangan Pak Burhan.
*************
*************
oy thor,sedikit masukan maaf ya sebelumnya,ketika dr.mengajak bapak dan rama sebaiknya jangan pakai kata kalian,karena terdengar kurang sopan,bisa dengan kalimat bapak,pak rama bisa ikut saya sebentar..hehe mf kalo salah