Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 18
"Ata, kamu so sweet bgt si..." seru Cindy yang melihat adegan itu.
"Itu namanya lelaki sejati, pantang menyerah, untuk mendapatkan apa yang di inginkan, salut deh sama Ata..." imbuh Rere.
Semua orang yang melihat effort Ata ke Mika, berdecak kagum. Baru kali ini kantor di buat heboh. Namun yang namanya cinta, tak mengenal di mana dan dengan siapa. Semua terjadi begitu saja. Ata yang membopong Mika berjalan dengan gagahnya menuju parkiran di mana mobilnya terparkir. Karena ingin membantu Ata, Kevin Gilang dan juga Juna menyusul dari belakang.
"Hati hati Ta..." ucap Kevin yang membukakan pintu mobil Ata. Dengan pelan dan hati hati, Ata membungkuk dan menyenderkan Mika di jok depan.
"Makasi semuanya..." ucap Ata lalu segera masuk ke mobil.
"Juna Kevin Gilang, makasi ya...." seru Mika sambil melambaikan tangan. Ketiganya serempak menjawab, seiring melajunya mobil Ata berlalu dari hadapan mereka. Ketiganya lalu kembali ke kantin di mana Sania Rere dan juga Cindy menunggu mereka. Sementara itu, Ata melajukan mobilnya agak cepat. Ia tak mau membuat Mika merasakan kesakitan agak lama. Sesekali Ata menoleh ke arah Mika. Gadis itu sedikit menggigit bibirnya, menahan sakit. Karena kini pergelangan kakinya agak membengkak. Sesekali juga terdengar suara desisan dari bibir mungilnya yang menandakan ia tak baik baik saja.
"Tahan bentar ya....?" suara Ata yang terdengar sangat mengkhawatirkan gadis di sebelahnya. Mika mengangguk pelan. Tak lama kemudian setelah menerobos arus lalu lintas yang ramai dan juga cuaca yang sangat terik, sampailah mereka di rumah sakit. Dengan gesit Ata memarkirkan mobilnya. Lalu segera turun dan kembali membopong Mika. Dua orang suster segera menyambut mereka dengan membawa kursi roda. Ata dengan gesit mendudukan Mika dan suster itu segera membawanya ke UGD untuk segera mendapat perawatan.
Di ruang UGD, seorangdokter memeriksa Mika. Tentunya dokter yang ahli tulang dan juga fisioterapi. Dengan sangat teliti dan detail sekali, dokter itu memeriksa pergelangan kaki Mika. Ata yang sangat khawatir, ikut masuk juga ke ruang UGD. Sebenarnya tidak di perbolehkan, karena Ata memaksa dan akhirnya dokter memperbolehkannya setelah di pertimbangkan.
"Ini cidera ringan, cuma terkilir, kuat nahan sakit bentar...?" tanya sang dokter kepada Mika.
"Bisa dok..." jawab Mika pelan. Rasa sakit kian menjadi hingga membuatnya agak meringis menahanya.
"Memangnya mau di apain dok...?" tanya Ata antusias. Lalu melihat Mika yang masih berbaring. Disampingnya dokter sudah selesai memeriksanya.
"Mau di benerin engselnya, sakit dikit ga papa kan...?" ujar dokter lagi yang meletakkan stetoskopnya ke meja.
"Iya dok, saya bisa nahan kok..." jawab Mika pasti. Sang dokter kembali mendekati Mika.
"Silahkan bangun dengan posisi duduk." perintah sang dokter dan Mika menurut. Karena ingin mendampingi Mika, Ata mendekat dan berdiri di samping Mika. Kembali sang dokter mendekati Mika. Kali ini sang dokter berdiri di depan Mika yang masih duduk di ranjang periksa.
"Siap ya, lemes aja kakinya, jangan kaku, oke...?" perintah sang dokter. Mika mengangguk. Dokter mulai memegang pergelangan kaki Mika, mencari titik yang akan di benarkan. Perlahan memutar mutar pelan dan kemudian kreeekkkkk.
"Aaaahhhh...!!!!" seiring bunyi krek Mika menjerit dengan keras. Sakit luar biasa.
"Mika..." Ata memegang tangan Mika. Mika yang merasakan sakit yang luar biasa, memejamkan mata sebentar lalu kembali membukanya. Dokter hanya tersenyum.
"Coba, sekarang buat jalan..." kata dokter yang melepas sarung tanganya dan mencuci tangan di wastafel yang ada di ruangan itu menggunakan handwash cair. Ata membantu Mika turun dari ranjang dan Mika mulai berjalan pelan.
"Eh bener, udah bisa jalan.." ucap Mika dengan senang. Ata tersenyum bahagia.
"Gimana, benerkan, sakit bentar..." ujar dokter lagi.
"Terima kasih dok..." kata Mika yang sudah duduk di depan dokter.
"Iya sama sama.."
"ngomong ngomong ini di kasih obat ndak dok...?" tanya Mika lagi.
"Ndak usah, udah sembuh kok..." jawab dokter lagi yang duduk santai sambil bersender di kursinya.
"Kalau begitu kami permisi dok, mari...?" pamit Ata.
"Iya, silahkan.."
Setelah pamit, keduanya segera keluar dari ruang UGD. Wajah Mika berseri seri. Berjalan keluar dari ruang UGD bersama Ata menuju kasir untuk menyelesaikan administrasi.
"Ata, terima kasih banyak ya..." ucap Mika saat mereka menuju kasir.
"Sama sama Mika, udah kewajibanku..." jawab Ata.Mika mengerutkan dahi mendengar pernyataan Ata. Ata hanya senyum senyum melempar pandangan ke tempat lain.Setelah membayar administrasi, keduanya segera pergi menuju parkiran. Orangorang yang berpapasan dengan mereka menatap ke arah Mika. Pasalnya dia nggak pake sepatu alias nyeker.
"Ta, tau nggak mereka pada liatin aku..." bisik Mika lirih.
"Tau, karena kamu nggak pake sepatu,tapi ndak papa kok kaki kamu kan bagus..." jawab Ata sambil tersenyum.
"Hih, kamu..." seru Mika sambil mencubit kecil pinggang Ata.
"Aww, sakit Mika, tapi enak..." jawab Ata sambil berkelakar. Keduanya tersenyum. Sampai di parkiran, Ata membukakan pintu untuk Mika.
"Silahkan Mika cantik...." ujar Ata mempersilahkan pujaan hatinya.
"Ih apaan sih, lebay tau....?" sergah Mika yang masuk ke mobil dan duduk di jok depan. Setalah memastikan Mika duduk dengan benar dan memakai seatbelt, Ata segera duduk di jok supir.
"Kita langsung kembali ke kantor ya, soalnya aku mau makan di kantin dulu Ta..." perintah Mika..
"Iya yah, tadi kamu belum makan kan...?"
"Iya, kamu juga belum kan...?" jawab Mika balik.
Ata melajukan mobilnya. Selama dalam perjalanan, keduanya sesekali ngobrol ringan.
"Ta sekali lagi terima kasih ya, kamu udah bawa aku ke rumah sakit." ucap Mika. Ia menatap sosok yang duduk di sampingnya yang tengah fokus nyetir. Ata menoleh ke arah Mika sebentar, lalu kembali melihat ke depan.
"Udah ah jangan bilang makasih terus, jadi ge er gua nanti.." Lagi lagi Mika mencubit pinggang Ata, membuatnya mengaduh dan tubuhnya menggeliat ringan.
"Loh loh, ini bukan jalan ke kantor Ta, kamu salah arah..." ujar Mika panik. Sedangkan Ata tersenyum melihat ekspresi Mika.
"Kita mau ke resto dulu, oke...?"
"Tap... Tapi Ta....."
"Ssstttt, udah nurut aja..."
"Tapi aku ga pakai sepatu Ata...."
"Tenang, nanti aku temenin..."
"Jangan gila deh.." sungut Mika. Lagi lagi Ata tersenyum melihat tingkah. Namun apa daya, Mika hanya bisa menurut. Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah restoran yang cukup mewah. Parkirannya saja VIP. Ada basemennya. Mika melihat sekitarnya. Semua yang parkir di situ, semuanya mobil mewah dan tentunya dengan harga yang sangat fantastis.
"Kenapa bengong, ayo..." Ata menggandeng tangan Mika. Gadis itu sedikit menahan tarikan tangan Ata yang lembut.
"Mending kita pindah aja Ta, di sini pasti makanannya mahal mahal, mana cukup uangku untuk traktir kamu, ayok...?" ajak Mika yang berusah memutar balik badan Ata untuk kembali masuk ke mobil.
"Enggak kok, disini sama aja, kalau uang kamu nggak cukup, aku ada voucher makan gratis nih.." ujar Ata asal saja.
"Enggak, pokoknya aku nggak mau ke sini, ini tempatnya orang orang berduit..." Mika terus saja ngotot. Dengan susah payah akhirnya Ata bisa membujuk Mika untuk masuk. Dan akhirnya Mika menurut apa kata Ata.
Bersambung