NovelToon NovelToon
The CEO’S Saturday Obsession

The CEO’S Saturday Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Kekasih misterius
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Diaz, CEO yang menjual bunga dan coklat setiap hari Sabtu. Dia mencari wanita yang cocok dengan sepatu kaca biru milik ibunya. Apa sebenarnya tujuan mencari wanita itu? Memangnya tidak ada wanita lain? Bukankah bagi seorang CEO sangat mudah mencari wanita mana pun yang diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahagia Terusik Masalah Kantor

Bab 35

Pagi ini, Diaz datang ke kediaman Tuan Asher seperti biasa untuk menjemput Lili. Namun, sebelum gadis itu keluar, Diaz disambut oleh Tuan rumah yang memintanya berbincang sebentar di ruang tamu.

"Nak Diaz, sebelum kau pergi dengan Lili, aku ingin membahas sesuatu," ujar Tuan Asher sambil menuangkan teh untuk mereka berdua.

Diaz mengangguk, "Tentu, Tuan Asher. Tentang apa itu?"

Tuan Asher meletakkan cangkirnya dengan tenang. "Aku ingin mengadakan pesta perkenalan untuk Lili. Semua orang harus tahu bahwa dia adalah putriku. Ini penting, terutama untuk keluarga dan relasi bisnis. Bagaimana menurutmu?"

Diaz merenung sejenak. Bukankah ini bisa jadi momen yang tepat untuk membuat Lili lebih percaya diri dengan identitas barunya? Lagipula, jika semakin banyak orang yang tahu bahwa Lili adalah putri Tuan Asher, maka tidak akan mudah bagi siapa pun untuk mengusiknya.

"Aku setuju, Tuan Asher. Tapi menurutku, lebih baik pesta ini diadakan minggu depan, tepat di hari ulang tahun Lili," saran Diaz.

Tuan Asher mengernyit. "Dari mana kau tahu kapan ulang tahunnya?"

Diaz terdiam. Seharusnya, tidak mungkin dia tahu tanggal ulang tahun Lili—setidaknya jika dia hanya mengenalnya sebagai rekan kerja. Tapi dia tahu karena Lili adalah Leri, teman kecilnya.

Dia harus berpikir cepat. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya? Atau lebih baik dia menghindari pembicaraan ini?

Namun, sebelum Diaz sempat menjawab, suara langkah kaki terdengar dari tangga.

Lili sudah siap dengan setelan kantornya, tampak elegan seperti biasa. Di sampingnya, Mami Meralda menampilkan senyumnya yang hangat.

"Lili, kau sudah mau berangkat?" tanya Tuan Asher dengan nada lembut.

Lili mengangguk sopan. "Ya, Papi. Apa aku mengganggu perbincangan kalian?"

Tuan Asher tersenyum, lalu dengan penuh kasih mencium kening putrinya. "Tidak-tidak. Berangkatlah, hati-hati di jalan, ya. Jika ada sesuatu, langsung hubungi Papi."

Begitu pun dengan Mami Meralda, yang membelai pipi Lili sebelum melepaskannya.

Diaz yang menyaksikan itu semua hanya bisa tersenyum kecil. Lili benar-benar diperlakukan seperti putri kandung mereka. Tapi, apakah gadis itu sudah benar-benar menerima posisinya sekarang?

Dia tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti—pesta minggu depan akan menjadi momen penting untuk wanita pujaannya.

Diaz bergegas membukakan pintu mobil untuk Lili, memperlakukannya dengan penuh hormat, seolah gadis itu adalah seorang ratu. Lili sempat meliriknya sekilas, dan berkata;

"Tuan Diaz, aku bukan putri raja. Kamu terlalu berlebihan memperlakukanku."

"Justru kau yang terlalu berlebihan menyikapinya, Lili. Yang kulakukan adalah wajar untuk wanita spesial dalam hidupku."

Lili tersenyum, tapi dalam hatinya. Dia masih malu menunjukan sukacitanya. Perasaan yang terjadi seka memang bukan sebatas pertemanan anak kecil. Benih-benih cinta yang berbeda.

Begitu keduanya duduk, Diaz langsung menyalakan mesin dan melirik Lili.

"Kita sarapan dulu sebelum ke kantor?" tanyanya dengan nada santai.

Lili menghela napas. "Sepertinya aku tidak punya pilihan, ya?"

Diaz tertawa kecil. "Sudah tahu kenapa masih bertanya?"

Lili tersenyum tipis, lalu mengangguk setuju. Diaz segera membawa mobilnya ke sebuah restoran kecil yang nyaman.

###

Di Restoran

Saat makanan mereka sudah tersaji, Diaz menatap Lili yang tengah menikmati sarapannya. Ada sesuatu yang sejak tadi mengganjal di benaknya.

"Lili," panggilnya pelan.

"Hm?" Lili meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada makanannya.

"Kau tidak rindu pada ayahmu?"

Gerakan tangan Lili seketika terhenti. Matanya menatap kosong ke arah piringnya.

"Tidak mungkin aku tidak rindu," jawabnya lirih. "Justru, keinginanku adalah ayah menjadi orang pertama yang tahu bahwa aku adalah Leri. Tapi..."

Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Matanya tampak berkabut, penuh keraguan.

Melihat itu, Diaz tanpa ragu menyentuh tangan Lili, mencoba menenangkannya.

"Bagaimana kalau kita menemui ayahmu hari ini?" tawarnya lembut.

Lili menatap Diaz dengan mata berbinar. "Boleh?"

"Tentu saja," jawab Diaz mantap.

Namun, seketika ekspresi Lili berubah. Ada keraguan yang muncul di wajahnya.

"Tapi aku belum ingin identitasku diketahui," ujarnya pelan.

Diaz mengernyit. "Kenapa?"

Lili tidak langsung menjawab. Dia hanya menunduk, tampak berpikir keras.

"Tuan Diaz, tolong jangan paksa aku menjelaskan alasannya sekarang," ucapnya lirih. "Aku hanya... belum siap."

Melihat ekspresi Lili yang begitu serius, Diaz akhirnya mengangguk. "Baiklah. Aku tidak akan memaksamu."

Lili tersenyum kecil, lega karena Diaz mau mengerti.

Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada dua pasang mata yang mengamati mereka dari kejauhan.

Di salah satu sudut restoran, Eriva duduk bersama Kakek Guru. Mata Eriva menatap tajam ke arah Diaz yang memperlakukan Lili begitu lembut.

"Kakek, lihat Diaz!" bisiknya dengan nada penuh kekesalan. "Dia memperlakukan wanita itu seperti seorang putri! Aku tak pernah melihatnya tersenyum saat bicara denganku. Sepertinya kita sudah terlambat."

Kakek Guru tetap tenang, meski matanya juga menyorotkan ketajaman. Dia meletakkan cangkir tehnya perlahan, lalu menatap cucunya.

"Jangan terburu emosi, Eriva. Ini belum terlambat," ujarnya tenang.

"Tapi—"

Kakek Guru mengangkat tangan, menghentikan protes cucunya. Lalu, dengan gerakan santai, dia mengambil ponselnya dan menekan sebuah nomor.

Saat telepon terhubung, dia berbicara dengan suara dingin.

"Aku tidak mau menunggu terlalu lama," katanya pelan namun penuh ancaman. "Lakukan rencana itu sekarang juga."

Eriva menatap kakeknya dengan mata berbinar. Apapun rencana itu, dia yakin akan membawa Diaz kembali kepadanya.

Kakek Guru menatap Eriva yang masih terlihat kesal. Dengan nada tenang, ia berkata, "Eriva, kendalikan emosimu. Jangan bertindak gegabah. Jika kita ingin Diaz tetap percaya pada kita, jangan membuatnya merasa terancam."

Eriva menggigit bibirnya, lalu mengangguk pelan.

"Kita harus bermain cerdas," lanjut Kakek Guru. "Jangan gunakan cara kasar untuk mencapai tujuan kita. Lebih baik kita mendekatinya dengan cara yang lebih elegan."

Eriva menarik napas panjang. Dia tahu kakeknya selalu memiliki strategi, dan meskipun hatinya panas melihat Diaz bersama wanita lain, dia memilih menurut.

Akhirnya, mereka berdua bangkit dari kursi dan berjalan menuju meja Diaz dan Lili.

"Diaz! Tidak disangka kita bertemu di sini," sapa Kakek Guru dengan senyum ramah.

Diaz yang sedang berbicara dengan Lili menoleh. Sekilas, ada ketidaksenangan di matanya, tetapi ia tetap menjaga sopan santunnya.

"Kakek Guru, Eriva," balasnya dengan anggukan ringan. "Kebetulan yang cukup menarik."

"Memang," timpal Eriva dengan senyum manis yang dibuat-buat. "Rasanya sudah lama kita tidak berbincang. Aku harap kau baik-baik saja."

Lili hanya diam, memilih untuk mengamati interaksi mereka. Ada sesuatu dalam sikap Eriva yang terasa tidak tulus, tapi dia tidak ingin terburu-buru menilai.

Namun, sebelum percakapan mereka berlangsung lebih lama, ponsel Diaz bergetar di atas meja. Dengan cepat, ia melihat layar dan melihat nama Samir terpampang di sana.

Diaz segera menjawab telepon itu. "Samir, ada apa?"

Suara panik dari seberang terdengar jelas.

Bersambung...

1
Zainab Ddi
semoga rencana kakek guru gagal
Zainab Ddi
iya author istirahat dulu biar sehat selalu biar bisa update lg esok
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
kyky lili punya misi untuk ayahnya
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya
Zainab Ddi
semoga rencana katek guru gagal
Zainab Ddi
wow licik sekali kakek2
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya selalu 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
wah lansung beraksi sikakek2
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
kakek2 licik hati2 lili diaz
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
terima lili biar Monica dan enriva tambah panas
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻🙏🏻😍
Zainab Ddi
jangan2 Monica yg menelepon
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
ayo lili mengaku aja
reza indrayana
makin penasaran nichh. 🫰🏻🫰🏻😘😘😘
reza indrayana
Manarik nich..., mampir Thor...💙💛💙🫰🏻🫰🏻😘😘😘
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!