Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Persimpangan baru
Hubungan Keisha dan Rama perlahan menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Meski mereka belum mengumumkan secara terbuka bahwa mereka resmi berpacaran, orang-orang di sekitar mulai menyadari perubahan pada keduanya. Keisha sering terlihat menghabiskan waktu bersama Rama, bahkan di luar jam sekolah. Namun, kebahagiaan itu perlahan mulai terusik oleh tekanan dari berbagai sisi.
~
Pagi itu, di kantin sekolah, Keisha duduk bersama Nadya dan beberapa teman sekelas lainnya. Obrolan mereka ringan seperti biasa, hingga Nadya tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat Keisha sedikit terkejut.
“Keish, gue dengar lo deket sama Rama sekarang?” Nadya memiringkan kepala dengan senyum penuh arti.
Keisha merasa wajahnya memanas. Ia menatap Nadya dengan tatapan bingung. “Kok lo tahu?”
Nadya tertawa kecil. “Semua orang bisa lihat, Keish. Lo dan Rama makin sering bareng. Bahkan, lo lebih jarang latihan debat sama Davin belakangan ini.”
Keisha tersenyum canggung, mencoba mengalihkan perhatian. “Kita cuma temenan kok, Nad. Jangan dibesar-besarin.”
Namun, Nadya mengangkat alis dengan tatapan skeptis. “Temenan? Gue rasa nggak cuma itu. Tapi kalau lo bilang temenan, ya gue percaya aja.”
Keisha mencoba tertawa untuk menyembunyikan rasa gugupnya, tetapi di dalam hati, ia tahu bahwa Nadya benar. Hubungannya dengan Rama memang lebih dari sekadar teman. Namun, ia masih belum siap untuk membicarakan hal itu secara terbuka.
~
Di sisi lain, Rama juga menghadapi situasi yang serupa. Beberapa teman sekelasnya mulai menggoda dengan halus setiap kali mereka melihatnya bersama Keisha.
“Eh, Ram, lo sekarang sering jalan sama Keisha, ya?” tanya Dani dengan nada bercanda.
Rama hanya tersenyum kecil tanpa memberi jawaban. Ia tidak ingin membahas hubungannya dengan Keisha di depan orang lain, tetapi ia juga tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.
Namun, tidak semua orang mendukung hubungan mereka. Beberapa siswa yang iri pada Keisha mulai menyebarkan gosip tidak menyenangkan. Salah satunya adalah Vina, seorang siswi yang pernah menyukai Rama diam-diam.
“Keisha tuh sok banget, deh,” kata Vina kepada teman-temannya di lorong sekolah. “Dia pikir dia siapa, bisa ngedeketin Rama kayak gitu?”
Ucapan itu mulai menyebar, dan meski Keisha tidak langsung mendengarnya, ia mulai merasakan perubahan sikap dari beberapa teman sekolahnya. Ada tatapan sinis dan bisikan di belakangnya setiap kali ia lewat di koridor.
~
Pada suatu sore, saat Keisha dan Rama sedang duduk di bangku taman belakang, Keisha akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan kekhawatirannya.
“Rama, kamu ngerasa nggak kalau banyak yang mulai ngomongin kita?” tanyanya sambil menatap daun-daun yang berguguran di tanah.
Rama mengangguk pelan. “Aku tahu. Tapi aku nggak peduli, Keish. Yang penting, aku sama kamu.”
Keisha tersenyum mendengar jawabannya, tetapi hatinya tetap merasa berat. “Aku juga nggak peduli, Ram. Tapi aku nggak mau kita jadi bahan gosip. Aku nggak mau kamu jadi terbebani karena aku.”
Rama menatapnya dengan serius. “Keisha, aku nggak pernah merasa kamu beban. Malah, kamu yang bikin aku jadi lebih kuat. Kalau mereka ngomongin kita, biarin aja. Kita nggak bisa ngontrol apa yang orang lain pikirkan.”
Kata-kata Rama membuat hati Keisha sedikit tenang. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa masalah ini tidak akan selesai begitu saja.
~
Sementara itu, Davin merasa semakin terpinggirkan. Keisha, yang dulu sering bersamanya untuk latihan debat, kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan Rama. Meski ia mencoba menerima keadaan, ia tidak bisa menghilangkan perasaan kecewa.
Pada suatu hari, saat Keisha sedang berjalan menuju perpustakaan, Davin menghampirinya.
“Keish, aku boleh ngomong sebentar?” tanya Davin.
Keisha mengangguk. “Tentu. Ada apa?”
Mereka berjalan ke lorong yang sepi, dan Davin langsung berbicara tanpa basa-basi. “Aku tahu kamu sekarang lebih banyak waktu sama Rama, dan aku ngerti. Tapi, aku cuma mau bilang kalau aku kangen sama Keisha yang dulu.”
Keisha terdiam, merasa bersalah. “Davin, aku nggak bermaksud ninggalin kamu. Aku cuma... aku cuma lagi bingung dengan semua yang terjadi.”
Davin menatapnya dengan tatapan tajam. “Aku nggak nyalahin kamu, Keish. Tapi aku cuma pengen tahu satu hal—apa aku udah nggak penting buat kamu?”
Pertanyaan itu menusuk hati Keisha. Ia merasa terjebak di antara dua dunia—antara mempertahankan persahabatan dengan Davin atau menjaga hubungannya dengan Rama.
“Davin, kamu tetap penting buat aku. Kamu teman yang selalu aku hargai,” jawab Keisha pelan.
Davin tersenyum tipis, meski ada kesedihan di matanya. “Kalau gitu, aku harap kita masih bisa jadi teman. Tapi aku butuh waktu, Keish. Aku nggak bisa pura-pura nggak peduli sama apa yang aku rasain.”
Keisha mengangguk, menghormati kejujuran Davin. “Aku ngerti, Davin. Aku cuma harap, suatu hari nanti, kita bisa balik kayak dulu.”
~
Hari-hari berlalu, dan gosip tentang Keisha dan Rama semakin meluas. Hingga suatu ketika, sebuah kabar mengejutkan muncul. Seorang siswa dari kelas lain mengaku bahwa ia mendengar Rama mengungkapkan bahwa ia hanya mendekati Keisha karena taruhan.
Kabar itu menyebar seperti api, dan Keisha langsung menjadi sasaran komentar pedas dari beberapa siswa.
“Kasian banget Keisha, ditipu sama Rama.”
“Tuh kan, aku bilang juga apa. Rama tuh nggak serius sama dia.”
Keisha mendengar kabar itu dari Nadya, yang langsung memberitahunya dengan nada khawatir.
“Keish, lo udah dengar gosip itu?” tanya Nadya.
Keisha mengangguk, tetapi wajahnya tetap tenang. “Aku nggak percaya. Rama nggak mungkin kayak gitu.”
Namun, meski ia mencoba terlihat kuat, hatinya tetap diliputi keraguan. Ia memutuskan untuk menemui Rama setelah sekolah dan meminta penjelasan langsung darinya.
~
Sore itu, di taman belakang sekolah, Keisha berdiri di depan Rama dengan wajah penuh kebingungan.
“Rama, aku cuma mau tanya satu hal. Apa gosip itu benar?”
Rama menatapnya dengan tatapan bingung. “Gosip apa, Keish?”
“Katanya, kamu cuma deketin aku karena taruhan,” ucap Keisha, suaranya hampir bergetar.
Mata Rama membelalak. “Apa? Siapa yang bilang begitu?”
“Aku dengar dari orang-orang,” jawab Keisha. “Tapi aku cuma mau dengar dari kamu. Apa itu benar?”
Rama menghela napas panjang, lalu mendekat ke Keisha. “Keisha, aku nggak pernah ngelakuin itu. Aku nggak tahu siapa yang mulai gosip ini, tapi aku nggak akan pernah main-main sama perasaan kamu.”
Keisha menatap mata Rama, mencari kejujuran di sana. Dan saat ia melihat ketulusan di tatapannya, ia merasa lega.
“Aku percaya kamu, Rama,” kata Keisha akhirnya.
Namun, mereka tahu bahwa gosip itu tidak akan hilang begitu saja. Mereka harus bersiap menghadapi badai yang lebih besar, dan hanya ketulusan yang bisa menjaga mereka tetap bertahan.