When I Married With You

Demam Alana turun sekitar dini hari, dan ihsan begitu rajin mengeceknya ketika terbangun. Setelah semalam ikut tidur di samping istrinya sampai melupakan makan malam.

Alana tak masuk sekolah satu hari, karena badannya masih belum fit akibat kehujanan. Tetapi sore harinya tubuh gadis itu membaik dan mulai beraktivitas kembali.

“Bunda, di depan ada apa? Kok rame banget yah?” Alana bertanya setelah mengintip jendela depan banyak ibu ibu yang tengah menggosip.

“Kamu gak tahu ya al, soal tantri?” bunda reni balik bertanya.

Alana menoleh, seraya menggeleng pelan. Dahinya mengerut karena penasaran. “Emang nya tantri kenapa bun?”

Tantri anak tetangga bunda reni yang terhalang satu rumah. Dia seumuran dengan alana tetapi beda sekolah. Alana juga sering menyapanya kalau bertemu, kata beberapa gosip yang dia dengar tantri anaknya liar banget.

“Itu loh nak, semalam dia di nikahkan sama pria yang beda enam belas tahun sama dia” bunda reni berbicara sambil memotong bawang.

“Lho, nikah? Di jodohin?” Alana bertanya kasusnya. Mengingat dia juga menikah diam diam karena perjodohan.

Bunda reni menggeleng tegas. “hamil, udah enam bulan. Baru kemarin ketahuan nya makanya di nikahkan semalam.” mulut wanita itu memicing julid.

Alana membulatkan mulutnya, ternyata hamil di luar nikah toh. Gadis itu kembali mendengarkan curhatan bunda nya.

“kamu tahu? Katanya sih suami nya udah duda dua kali. Uh, bunda juga tadi sempat lihat perut si tantri itu kan? Ternyata bener udah nonjol banget.” ucap bunda reni dengan julid.

Alana mengangguk saja mengerti. Tantri memang sering jadi omongan tetangga karena suka pulang malam dan sering terlihat bersama pria. Tetapi yang lebih menarik bagi Alana adalah ucapan warga yang mengatakan tantri anak di luar nikah. Karena dia lahir sebelum orang tuanya menikah, dan lagi katanya ibunya pelakor.

Tungturungtung!

Bakso bakso!

Bunda reni seketika menghentikan kupasannya begitu mendengar tukang bakso lewat. Sontak saja bunda reni berdiri dan mengambil mangkok.

“Nah, mumpung ada tukang bakso lewat. Bunda laper mau beli sekalian buat mastiin informasi yang menyebar” ujar bunda reni dengan mata yang berbinar. Tak memperdulikan kupasan bawang yang belum selesai.

“Ayok al, kita jajan ke depan” bunda reni menarik Alana.

“Tapi bun, ini belum selesai” seru Alana menatap sekelilingnya.

“Udah biarin aja, nanti di lanjut setelah makan bakso” ucap bunda reni dengan semangat.

Meski bingung Alana tetap mengikuti bunda nya. Tak lupa dia juga membawa mangkuk dan sendok untuk wadah bakso.

“Eh bu reni, beli bakso juga bu?” sambutan dari ibu ibu yang juga sedang mengantri bakso.

“Iya bu ita. Udah jarang ngebakso kita” bunda reni menyahuti dengan senyum yang aneh.

“Mang, seperti biasa ya? Gak usah pake sambel” bunda reni menyodorkan mangkok sambil memesan.

“Saya juga ya mang. Tapi gak usah pake mie dan toge, sayur boleh”

“Siap neng!”

“Bu reni, ayo duduk sini” lambaian tangan tiga ibu ibu yang tengah duduk di emperan rumah salah satu warga membuat mereka ikut duduk.

Entahlah, Alana merasakan feeling negatif!

“Eh bu reni, tahu gak kalau si tantri semalam di nikahin?” ibu ibu itu berbisik sambil memicing.

“Si tantri anak bu siti?” bunda reni menyahut dengan berbisik pula.

“Iya ibu”

“Ah yang bener?” bunda reni memasang wajah seolah tak percaya.

“Bener bu reni. Semalem dia di nikahin sama sudah beda enam belas tahun sama dia. Gara gara bunting duluan”

“Si tantri? Astaga gak nyangka saya”

“Iya bu, udah enam bulan katanya. Makanya langsung di nikahin keburu brojol duluan”

“Pantesan waktu itu belanja ke warung bu mega, pake sweater gede terus sebelah tangannya di masukin ke saku kayak dorong bajunya supaya keliatan gede. Ternyata emang udah bunting duluan” sahut ibu ibu yang lain.

“Anak anak jaman sekarang ngeri ngeri bu. Padahal kalau udah gak kuat nahan hasrat mah tinggal nikah, daripada ini hamil duluan”

“Iya bu bener. Ada ada aja anak jaman sekarang. Khawatir saya”

“Sama ibu kita ge khawatir. Untung si desi mah gak kitu”

“tapi wajar aja gak sih bu? Kan bu sitinya dulu juga pelakor.”

“iya ih, mana bu Retno dulu lagi hamil gede”

“Kasihan bu Retno lagi hamil harus lihat suaminya bawa perempuan lain.”

“Gimana ya kabar bu Retno sekarang?”

“Terakhir sih saya lihat dia udah punya suami dan anak dua. Keluarga mereka juga adem ayem”

Begitu lah obrolan empat ibu ibu yang duduk di teras sambil memakan bakso. Alana hanya diam saja menyimak sambil memakan bakso nya.

Bahkan setelah bakso mereka habis, bunda nya masih sibuk mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan, Alana tak terlalu mengerti.

Setelah seorang ibu ibu ingat jemuran nya baru lah mereka kembali ke rumah dan melanjutkan masak. Ada ada saja.

…

“astaga alana. Lo kemarin kemana? Gak ngabarin gue?” yeri dengan suara cempreng nya menyambut.

Alana sampai meringis mendengar suara keras gadis itu. “Aku gak enak badan kemarin. Gara gara keujanan pas mau pulang” jawab alana.

“Kirain. Kenapa bisa kehujanan sih? Lo kan bisa hubungi gue biar gue anterin lo balik” ucap yeri.

Alana menggeleng pelan. “Lupa aku. Lagian kemarin kamu buru buru pulangnya, kan ada keluarga besar kamu?”

“Iya sih. Tapi kalau buat lo gue gak papa izin bentar” yeri tersenyum.

Alana membalas senyumnya pelan. Atensi nya tertoleh saat pintu kelas terbuka. Di sana salah satu adik kelasnya tersenyum menatap sekeliling.

“Kenapa sal?” risma, gadis yang duduk paling dekat dengan pintu bertanya.

Gadis bernama salwa itu tersenyum lagi. “Itu kak. Kak alana di panggil sama bu liya” beritahu gadis itu.

Alana terkejut, tetapi langsung mengangguk sehingga adik kelasnya kembali. Sebelum bangkit alana menghela napas panjang, kepalanya tiba tiba berdenyut gara gara di panggil guru fisika.

“Gue temenin gak?” yeri menawarkan.

Alana mengibaskan tangannya kiri kanan. “Gak perlu. Aku sendiri aja” ucapnya.

Lalu keluar menuju ruangan sang guru. Cukup jauh karena kelas tiga berada di ujung dan di lantai atas. Alana harus melewati kantin dan lapangan.

Tanpa sengaja dia melihat anak anak kelas sebelah yang tengah memainkan bola basket. Di sana terdapat ihsan salah satunya.

Meski beberapa kali namanya di sebut oleh anak anak di sana, alamat tak menoleh sama sekali. Sebelum sebuah pekikan cukup kuat membuat Alana menoleh.

“Alana awas!”

Dug!

Tak sempat menghindar Alana terkena lemparan bola basket. Tubuh gadis itu terjatuh dan seketika tak sadarkan diri.

Tentu saja anak anak di sana panik. Mereka segera menghampiri gadis itu untuk membawanya ke UKS. Tetapi ihsan lebih dahulu menggendongnya dan meninggalkan lapangan.