When I Married With You

When I Married With You

bab 1

Namanya Alana, siswi sekolah SMA 1 jakarta. Usianya delapan belas tahun, duduk di bangku dua belas. Gadis dengan rambut yang selalu di ikat satu, bukan termasuk gadis populer tetapi sangat pintar.

"Kiw, Alana". Panggilan itu.

Alana sangat mengenalnya, mereka selalu menganggu nya ketika bertemu. Nopal, adian, reyno, agil, agung, rizal dan ihsan.Tujuh orang yang selalu menganggu nya dari kelas sepuluh.

"Al, reyno nih suka sama lo".

Mereka menganggu nya bukan karena suka, tetapi karena dia yang sulit berbaur. Berbeda dengan teman teman sekelasnya yang lain yang mudah akrab meski berbeda kelas.

"Sombong amat lo al"

"Iya, kayak yang cantik aja".

Alana tak tersinggung, mendengar suara mereka menertawakan nya. Dia juga mengakui dirinya tak secantik teman teman nya, tetapi dari pada harus meladeni nya lebih baik diam. Dia masih punya harga diri.

"San, cewek noh."

"Gue udah punya cewek, buat lo aja".

" gak dulu kek nya ".

Alana ingin menutupi telinganya, hanya lewat di depan mereka saja rasanya sudah pusing. Dua tahun bertahan jadi bahan ejekan, Alana tak ingin membuat hidup-Nya dalam masalah.

Setelah melewati kelas mereka, barulah Alana merasa tenang. Yeri, temannya menepuk punggungnya sambil tersenyum.

"Sabar al" senyum nya.

Alana menghela napas, tersenyum kemudian mengangguk. Tangannya memegang erat pesanan yang di bawanya. Mereka masuk ke dalam kelas, kemudian menyatukan dua bangku milik mereka dan makan bersama di sana.

"Ck, gue bingung banget tau gak?" curhat yeri.

"Bingung kenapa lagi? Perasaan tiap hari pusing terus". Ucap alana.

Yeri meremas pelan kepalanya, kemudian menggaruk garuk pelan pelipisnya. "Gue bingung banget, kesel juga. Lo tahu kan kak reza? Gue sama dia udah deket lama banget".

"Hm. Terus?"

"Dia tuh posesif banget cemburuan, tapi dia gak mau gue posesif in. Kemarin juga gue sama sepupu gue yang cowok jalan jalan berdua, dia terus nanyain gue aneh aneh. Giliran dia nongkrong sama temen teman nya, ada ceweknya gue tanyain doang malah sewot. Kita tuh hts san, tapi cuma gue yang nganggap". Curhat yeri dengan kesal menyentak nyentak sendok pada mangkuk baso nya.

“kamu tuntut status aja. Kalian udah deket, udah saling cemburu juga ngapain masih hts an.” saran Alana.

Yeri terdiam sebentar. “ tapi dia bilang gak mau pacaran dulu. Gue bingung harus gimana?” keluh nya.

“yaudah tinggalin aja sih apa susahnya? Dari pada terus ada di hubungan gak jelas kayak gitu. Aku tuh heran sama kamu deh, emang apa enaknya sih hts an? Gak ada status apapun gak ada hak apapun tiba tiba ikut campur urusan hidup. Ini salah yang itu di larang, apa sih enaknya?” heran Alana menggelengkan kepalanya. Ada ya orang yang mau berada dalam hubungan tak jelas.

“ya gak enak. Gue mau nya juga ninggalin dia, tapi gimana? Gue udah cinta sama dia”.

“Ck,” Alana berdecak sebal. Bisa gila memang menasehati orang yang goblok cinta. Otaknya di mana sih? Udah tahu sakit hati masih aja bertahan cuma karena embel embel cinta. Alana saja ingin muntah mendengar nya.

“Terserah kamu aja lah. Susah banget di bilangin”. Ini bukan pertama kali Alana menasehati gadis itu. Hampir setiap hari dia curhat masalah yang sama dan hampir setiap hari juga dia kasih saran. Tapi hasilnya nihil, malah dia yang merasa gila.

“Jangan gitu lah”. Ucap yeri.

“Eh ra, tadi ada pacar lo di deket kantin”. Beritahu yeri pada Avira yang baru lewat bersama empat temannya.

“Oh ya? Dia lagi ngapain?” tanya Avira.

“Dia lagi kumpul bareng temen temennya. Lagi nongkrong kalo gak salah” ujar yeri.

“deket kantin di sebelah mana?”

“Itu di sebelah kelas sepuluh, di dekat tangga kalo gak salah tadi. Gaya rambut nya baru ya? Sempet gak kenal tadi”.

“Hehe iya. Kemarin gue nemenin dia pangkas rambut, dan itu gaya yang gue pilih”.

Yeri membulatkan mulutnya. Avira mengangguk, “gue pergi dulu kalo gitu”. Pamitnya.

Yeri dan alana mengangguk secara bersamaan. “Iya”. Jawabnya.

Setelah itu mereka melanjutkan makan sembari membahas hal hal yang random. Mereka sudah bersahabat sejak kelas 10, awalnya alana berteman dengan tika dan terlalu dekat dengan yeri.

Tetapi tika sangat meng obsesi kan nilai, serta kejuaraan. Sangat berbanding terbalik dengannya yang tak terlalu mengacu pada hal itu, membuat nya berteman dengan yeri yang satu frekuensi.

Tak gila nilai, tak obsesi untuk jadi juara tetapi nikmati alurnya. Bahkan bisa di bilang keduanya tak peduli pada nilai, yang di cari keduanya adalah pemahaman. Paham pelajaran saja sudah cukup, gak perlu lagi harus cari muka pada guru guru sekolah.

Terpopuler

Comments

Apriyanti

Apriyanti

aku mampir Thor

2024-08-26

0

Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902

Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902

next thor

2024-08-21

0

Soraya

Soraya

oke thor dh mampir

2024-08-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!