No time for love.
Tidak ada cinta dalam hidupnya. Itu yang ditetapkan oleh Karen selama ini. Ia tidak ingin jatuh cinta untuk kedua kalinya, cukup ia merasakan sakitnya jatuh cinta sekali saja dalam hidupnya. Karen tidak ingin kembali merasakan perasaan yang sudah susah payah ia kubur dalam-dalam.
Namun, semuanya berjalan tidak sesuai keinginannya. Ketika Eros yang awalnya tidak pernah meliriknya sama sekali menjadi agresif selalu mengganggu hari-harinya yang tenang. Cowok itu datang dengan sejuta rahasia yang membuat Karen merasa ini bukan pertanda baik. Eros mengatakan jika cowok itu menyukainya, memaksanya untuk menjadi kekasih cowok itu. Tetapi, karena prinsip Karen yang tidak ingin jatuh cinta lagi. Karen dengan keras menolaknya, bahkan tidak segan untuk mengucapkan kata-kata hinaan untuk Eros.
Eros tidal nyerah juga, cowok itu tetap memaksa Karen untuk menjadi pacarnya. Apakah Karen menerima Eros? Atau justru terus-menerus menolak Eros? Lalu, apa yang terjadi pada masa lalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dezzweet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 021 PACARAN?
Eros terdiam mematung. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya, rahangnya mengeras. Ucapan omong kosong apa yang keluar dari bibir manis gadisnya.
"Gue rasa lo ngerti maksud gue, kan?" lanjut Karen yang melihat Eros terdiam.
Namun, Karen mernyengit bingung saat melihat Eros justru tertawa sinis.
"Lo pikir gue percaya?" Eros maju selangkah, membuat Karen tersentak. Kali ini Karen yang mematung, jarak di antara mereka hanya sejengkal saja.
"Lo milik gue, Karen. Berhenti berbicara omong kosong!" ujar Eros dengan nada begitu dingin.
Karen merinding mendengarnya.
"Gue bukan milik lo! Dan gue gak berbicara omong kosong," bantah Karen menantang.
Eros menarik pelan dagu Karen.
"Sayangnya, gue gak percaya. Meskipun ucapan lo itu nyata, sekarang gue minta lo buat putusin dia di depan gue," perintah Eros seraya tersenyum miring. Melihat wajah Karen penuh amarah. Karen pikir, dirinya akan berhenti begitu saja mendengar gadis itu berbohong mengatakan jika mempunyai seorang pacar.
"Lo gilak? Lo gak ada hak buat ngatur gue, anjing! Mau gue punya pacar atau enggak. Lo gak berhak nyuruh gue mutusin dia!" bentak Karen penuh amarah.
Eros justru terkekeh. Terlihat sekali jika Karen mengatakan sebuah kebohongan, demi membuat dirinya mundur. Sayangnya Eros bukan orang yang gampang menyerah. Apa yang sudah ditakdirkan untuknya, tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Ia akan terus maju untuk mendapatkan apa yang sudah menjadi haknya.
"Pilihanya cuma dua. Jadi pacar gue, atau jadi milik gue?" Eros semakin mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu, sehingga nafas hangat Eros yang berbau rokok menerpa wajah cantik Karen.
Karen meremas tangannya sendiri. Ingin sekali dirinya mendorong tubuh cowok anjing itu, namun seolah ada tangan tak kasat mata yang menahan kedua tangannya untuk mendorong Eros. Jarak keduanya sangat dekat, ia takut jika ada yang melihat dan berpikir yang tidak-tidak padanya. Apalagi yang melihatnya Abangnya Daren, sudah pasti cowok itu salah paham dan berakhir semakin marah padanya. Ia masih ingat bagaimana semalam Kakaknya membentaknya itu.
Gadis itu mundur dengan perlahan, tapi tangan Eros sudah lebih dahulu menahan dengan melingkar di pinggangnya. Karen tersentak kaget, tubuhnya seketika menegang kaku. Manik coklat terang miliknya mendongak menatap mata setajam elang milik Eros yang menatapnya tak berkedip. Karen merasakan perasaan asing yang sudah lama tidak ia rasakan. Ingatannya berputar pada kenangan yang sudah lama ia kubur dalam-dalam, kenangan yang hanya menyisakan sebuah luka yang sampai saat ini masih menganga perih. Mungkin, tidak ada yang bisa menyembuhkannya.
Dari kejauhan Sean dan Daniel tersenyum miring. Daniel memberi kode pada Gibran untuk segera memotret mereka dari kejauhan, seperti yang diperintahkan oleh Eros. Mereka sudah diperintahkan oleh Eros untuk membantu cowok itu melancarkan rencanya untuk mendapatkan Karen. Mereka nurut saja, tidak ada alasan untuk menolak perintah Eros.
"Takut, hm?" Nafas hangat Eros kembali menerpa wajahnya, membuat Karen tersadar posisinya saat ini. Matanya melebar saat melihat CCTV di ujung tembok. Pasti kamera itu merekam dirinya dan Eros, ia takut jika pihak sekolah melihat itu dan melaporkan pada Papinya.
"Lepasin," ucap Karen yang terdengar seperti bisikan. Entah apa yang terjadi pada Karen saat ini, ia dapat merasakan tubuh gadis itu menegang saat tangannya mulai melingkar di pinggang Karen.
"Gue gak bakal lepas, sebelum lo jawab pertanyaan gue tadi." Eros menghirup rakus aroma tubuh Karen, yang mulai saat ini menjadi candu untuknya.
"Gue gak mau." Karen mencoba melepaskan diri dari Eros. Namun, cowok itu mengangkat tangan satunya untuk ikut melingkar di pinggang ramping Karen, sehingga posisinya seperti berpelukan. Dan itu digunakan oleh Gibran untuk mengambil banyak jepretan.
"Mau gak mau lo harus mau!" paksa Eros menatap manik Karen dengan lekat.
Gadis itu tetap menggeleng. Ia tidak mau menuruti keinginan gila cowok di hadapannya ini. Ia menolak memiliki hubungan dengan siapapun. Ia tidak mau diperdaya oleh setan bernama cinta untuk kedua kalinya.
"Okey, sekarang lo milik gue," kata Eros yang ingin mencuri kecupan pada pipi Karen. Sebelum akhirnya gadis itu memalingkan wajahnya, membuat Eros mendesah kesal karena gagal mengecup pipi Karen.
"Gue gak sudi!" Karen masih bersikeras. Gadis itu dapat merasakan jantung Eros yang berdebar kencang, dalam jarak sedekat ini.
"Gue gak terima penolakan, cantik." Seringai yang ditunjukan Eros kembali membuat Karen takut. "Mulai sekarang lo milik gue!" Eros mengusap pelan pinggang ramping gadisnya, senyumnya tersungging saat ia berhasil memiliki Karen. Gadis pujaan hatinya selama ini.
Karen menggertak giginya penuh amarah. "Dasar cowok anjing! Lo gak punya akal. Lo budeg atau gimana? Gue bilang gue gak mau. Gue gak sudi jadi milik lo."
Karen begitu mengebu-gebu. Tangannya mencoba mendorong Eros untuk melepaskannya, meskipun sangat sulit karena tubuhnya terkunci oleh Eros. Tapi, tenaganya tidak seberapa dengan Eros.
Mata Eros berkilat marah. Tatapan hangat yang tadi terpancar di kedua bola mata Eros, kini terganti dengan tatapan penuh amarah.
"Lo cuma nurut buat jadi milik gue. Sebagai gantinya gue bakal nurutin semua keinginan lo selain lepas dari gue," bisik Eros penuh intimidasi.
Karen meneguk kasar salivanya. Gadis itu tidak berani membalas tatapan Eros, tatapan mematikan yang mampu membuat dirinya tak berkutik. Karen menggigit bibir bawahnya pelan, ia berharap ada seseorang yang menyelamatkan dirinya dari Eros. Tapi, mustahil karena koridor ini jarang sekali dilalui oleh murid ataupun guru. Koridor ini sebagai penghubung jalan antara kantin dan laboratorium yang sudah tidak digunakan lagi. Letaknya berada paling ujung di lantai satu.
Eros yang melihat Karen menggigit bibir bahwanya mendadak gemas sendiri.
"Lo mau apa? Gue bakal turutin semua keinginan lo." Eros menatap lekat setiap inci wajah Karen yang tidak ada cacat sedikitpun.
"Gue gak butuh apapun," jawab Karen tegas.
"Yakin?" tanya Eros memastikan. Gadis itu mengangguk tanpa ragu.
"Bukannya lo benci banget sama cewek kelas sepuluh yang suka nyari gara-gara sama lo selama ini? Gue bisa bantuin lo buat hancurin dia kalo lo nurutin keinginan gue." Eros tersenyum miring melihat reaksi Karen yang terkejut.
"Hanum maksud lo?" tanya Karen memastikan.
Giliran Eros yang mengangguk kali ini.
"Bukan hal sulit buat gue hancurin tikus kecil kaya dia." Eros tersenyum miring menatap Karen.
Karen balas tersenyum miring pada Eros. Emosi yang tadi sempat menggergoti dirinya, kini lenyap terganti perasaan bahagia membayangkan kehancuran musuhnya. Gadis cantik itu mengangguk, ia pikir tidak masalah jika menjadi kekasih Eros dan sebagai gantinya cowok itu akan membantunya untuk menghancurkan cewek yang sangat dibencinya itu. Karen bisa memanfaatkan cowok di depannya ini untuk menghancurkan Hanum sehancur-hancurnya. Setelah melihat kehancuran sang rival, detik itu juga Karen akan memutuskan Eros. Sudut bibir Karen tertarik semakin lebar, kala rencana diotaknya begitu cantik dan rapi. Sekarang ia hanya perlu berpura-pura menerima Eros.
"Okey, gue terima tawaran lo." Senyum Eros merekah dengan sempurna, seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya saat ini. Perasaan senang yang tidak bisa ia jelaskan ini membuat Eros ingin berteriak saat ini juga.
"Sekarang lo bisa lepasin gue?" lanjut Karen yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi kesalnya lagi.
"Of course my lady!"
mampir juga ya ke novel pertamaku, mari kita saling mendukung sesama penulis baru🤗🌷