Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ketahuan Berbohong.
Di rumahnya, Yoga membanting barang-barang dengan emosi. Dia merasa telah dipecundangi anaknya sendiri dan istrinya.
“Sial! Niat ingin mengakali Aruna, aku malah dibikin malu putraku sendiri!“
Mama Yoga yang mendengar keributan di kamar putranya masuk ke dalam kamar.
“Astaga! Kamu kenapa lagi sih, Ga?! Mata dan pipimu kenapa memar?“
“Aku dipermalukan si Aruna! Tadinya aku ingin pura-pura baik sama dia, aku ingin mencari celah untuk merayunya agar menjadi istri penurut lagi agar dia berhenti mengancam kita! Tapi aku malah mendapatkan pukulan dari wanita itu dan Nevan juga berani mengenci-ngi ku, Mah! Anak kurang a-jar!“
“Ck! Cerai aja! Terus, pulangkan Aruna ke kampung nya!“ perintah Mama Yoga.
Yoga melirik sang Mama, dia memang kesal pada istrinya tapi dia masih ingin menaklukan istrinya itu. Yoga menyesal tidak pernah meniduri Aruna selama setahun ini, karena dia tidak selera melihat penampilan kampungan Aruna.
“Lagipula, dia nggak hamil-hamil! Padahal dia beberapa kali Mama bawa ke kamar mu! Apa dia mandul?! Enggak guna juga dia jadi istrimu!“ Ucap Mama Yoga.
Yoga salah tingkah, bagaimana mungkin Aruna bisa hamil kalau dia tidak pernah menyentuh istrinya?
“Nanti Yoga pikiran deh, Mah. Yoga mau kembali ke perusahaan, tadi mendadak di telepon Aruna padahal banyak kerjaan. Mama nggak mau jenguk cucu Mama di rumah sakit?“ Yoga mulai memakai kemeja, dia juga mencari dasi dan jas baru.
“Kirim saja alamat rumah sakitnya, nanti Mama pergi bareng adikmu atau pergi sendiri. Ngomong-ngomong, apa Papa mu punya selingkuhan ya?“ Tiba-tiba Mama Yoga bicara tentang suaminya.
“Hah? Papa? Enggak mungkin lah, Mah. Emangnya kenapa?“
“Ck! Cuma aneh aja, kadang-kadang kalau malam Papa mu nggak ada di kamar dan pas Mama cari dia kayak lagi teleponan. Mama pernah tanya, katanya panggilan dari klien penting. Masa klien telepon malam-malam?“
“Bisa aja sih, Mah. Kadang Klien Yoga yang berada di luar negeri kan berbeda jam dengan Indonesia, jadi mereka telepon malam karena disana masih sore.“
Mama Yoga akhirnya bernafas lega mendengar penjelasan dari putranya.
“Ya, udah. Yoga berangkat dulu!“
“Emangnya kalian satu kamar, kamu tidur bareng Aruna di ranjang? Dia nggak mau balik lagi ke kamar pembantu?“
“Tau ah! Yoga pusing!“ pria itu pun pergi tak ingin menjelaskan.
Yoga memang tidur sekamar dengan istrinya, meski Yura sering mengusirnya dari kamar dia tetap bertahan dengan janji akan tidur di sofa dan tidak berbuat sesuatu pada Yura.
Tetapi tubuh mo-lek milik Aruna yang terbungkus gaun tidur tipis, membuat Yoga tersiksa karena tergugah has-raatnya. Itu lah kenapa Yoga ingin sekali menidu-ri istrinya sekali saja, setidaknya bisa terpuaskan rasa penasaran nya.
.
.
Mama Yoga di telepon Yura untuk membawa pakaian ganti untuk Nessa dan Nevan, tadinya wanita sosialita itu malas untuk pergi namun ancaman dari Yura membuatnya kembali menurut.
Sekitar sore hari, Mama Yoga diantar sopir pergi ke rumah sakit. Saat melewati restoran, dia mengenali mobil suaminya.
“Apa Mas Halim, ada meeting di restoran ini?“ gumamnya, namun dia tidak menyuruh sopir berhenti. Mama Yoga melanjutkan perjalanan karena Yura terus menelepon nya.
Sesampainya di kamar rawat cucunya, Mama Yoga menaruh paper bag berisi perlengkapan kedua cucunya. “Sudah, kan? Aku ada arisan jadi nggak bisa lama-lama disini!“
Yura mendengus, “Nenek macam apa, nggak ada perhatian nya sama cucu kandung sendiri. Anda bahkan nggak bertanya tentang keadaan Nevan? Ck! Pergi sana!“
“Kau mengusir ku?!“ geram Mama Yoga.
“Loh, Anda yang tadi bilang ingin pergi!“ Yura bertolak pinggang dengan wajah sangar.
Nyali Mama Yoga ciut, dia masih merasakan ngilu di tangannya yang pernah dipelintir.
“Kamu kan makan dan tidur gratis di rumah, apalagi sekarang kamu mulai minta uang banyak! Jadi sudah seharusnya kamu yang mengurus dan memperhatikan mereka! Itu sudah kewajiban mu! Jadi buat apa kami harus ikut merawat kedua anak ini!“ Ujar Mama Yoga.
“Heh, nenek berwajah plastik dan dempulan make up! Mikir dong...! Aku hanya diberi makan beberapa suap nasi ditambah satu potong tempe atau tahu, badanku sampe kurus kering gini! Setidaknya, dulu meski hidup di kampung... aku nggak pernah hidup kelaparan! Nggak habis pikir ya, uang kalian banyak tapi kenapa sama menantu dan istri pelit banget! Apa salahku pada kalian?! Dulu, kalian datang dan memintaku secara baik-baik pada orang tuaku! Tapi setelah aku kalian jadikan menantu di rumah kalian, aku diperlakukan semena-mena! Apa sebenarnya aku hanya dijadikan pelampiasan mu, karena kamu masih marah telah di tipu mantan menantumu itu! Kau lampiaskan kemarahan mu padaku, iya!“
Mama Yoga tersentak mundur, semua yang diungkapkan Yura memang benar. Dia masih sangat marah pada Vania, mantan menantunya. Jadi dia melampiaskan semuanya pada Aruna seolah kelakuan Aruna sama persis seperti Vania. Mama Yoga tak ingin kecolongan lagi, mendapatkan menantu seperti Vania jadi dia memilih wanita bodoh seperti Aruna dan terbukti selama ini Aruna tidak pernah melawan diperlakukan semenyakitkan apapun.
.
.
Malam harinya Yura pergi ke kantin untuk sekedar mencari makan malam, anak-anak sudah tertidur pulas dan Yura menitipkan pada perawat penjaga sebentar. Dari keluarga Yoga tak ada yang datang satu pun, bahkan Yoga pun tak datang kembali.
Yura baru saja kembali dari kantin, mengisi perutnya. Dia ingin berbelok ke ruangan ICU tapi takut kedua anaknya rewel mencarinya karena terbangun. Akhirnya Yura lebih mementingkan si kembar dan melewati lorong untuk kembali ke kamar VIP.
“Bisa kita bicara, Nyonya Aruna?“ ujar seseorang.
Yura menghentikan langkah, dia menatap pria yang berdiri sekitar dua langkah di depannya.
“Tuan Arogan?“
“Namaku, Alaric.“
Ternyata benar dugaan Yura, Pria yang sama.
“Apa benar, jika kamu yang mengurus tentang Yura di rumah sakit?“ to the point, Yura sedang tak bisa berbasa-basi.
“Benar! sekarang giliran saya bertanya, kenapa kamu berbohong dengan mengatakan kamu adalah teman kampus Yura... padahal bukan? Kamu bukan seorang mahasiswi, tapi kamu adalah seorang Ibu rumah tangga... istri dari Pak Yoga Andriguna dari perusahaan Xct. Ibu sambung dari dua anak yang bersama mu saat di pesta, dan... kamu bahkan tidak pernah kenal dengan Yura. Kenapa berbohong?“
Glek!
Alaric menatap tajam Yura, terlihat seperti seorang penyidik yang tengah menginterogasi seorang tahan-an.
___
Tetap dukung ya! Like, Komen positif. Update akan disesuaikan dengan waktu Othor bisa up ya.... makasih 🙌☺️
bodoh bangt tuh laki