Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.
Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Kasihan sekali Argha harus menunggu Nathya yang langsung kabur ke kamarnya untuk bersiap dan berdandan rapi. Si Manis Adiwililaga itu mengucap syukur karena membawa peralatan riasnya, meski tidak lengkap. Setidaknya riasan yang ada masih mampu menutupi dosa- dosa di wajahnya.
"Kenapa tidak bilang sih, kalau mau datang?" gerutu Nathya sembari menepuk- nepuk wajahnya dengan spons chusion andalannya.
Nathya benar merasa kesal. Bisa- bisanya tuan Argha yang terhormat ini datang tampa memberi info. Tolong ya pak, tolong. Nathya sangat malu ketika anda melihatnya dengan piyama bermotif frozen. Mana warnanya pink lagi, bukan biru. Image gelap dan misteriusnya sekarang jadi hancur.
Tapi mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal di tambahkan ayam suwir, telur puyuh, disiram kaldu, kecap dan sedikit cabe agar lebih sedap rasanya.
Satu jam telah berlalu, namun Nathya belum kunjung turun dari kamarnya. Biarkan saja, pikirnya. Salah siapa datang dadakan. Pokoknya semua yang terjadi pada diri Nathya belakangan ini, itu semua karena pak Argha. Titik.
Terhitung satu jam lima belas menit, Argha menunggu. Barulah si manis Adiwilaga itu turun ke bawah menemui Argha. Ayah dan Bundanya pun, memilih undur diri membiarkan Nathya dan Argha berdua. Sepertinya ada hal yang perlu mereka bahas, tampa hadirnya orang tua.
Baiklah, mari menjadi orang tua yang peka untuk sesaat. Namun, tidak benar- benar pergi meninggalkan yang belum sah itu berdua saja. Pasangan suami istri itu menguping pembicaraan anaknya dan calon menantu tak jadi, dari balik dinding.
"Terima kasih telah menghubungi saya semalam, Thya," ucap Argha memulai percakapan. Pria itu langsung to do point pada pokok pembicaraan, tampa berbasa basi sedikit pun. Benar- benar definisi sudah tidak sabar ingin menikah. Ya meski pernikahan ini terjadi karena adanya sogokkan yang luar biasa.
Nathya hanya memaksakan senyumannya lalu mengangguk, sebagai respon dari ucapan Argha. Tampa ba bi bu, Boni si sekretaris yang sebelum ini sudah di kode oleh Argha, langsung mengeluarkan kotak akrilik berwarna silver yang tampak cantik dengan hiasan bunga dari dalam saku jasnya, lalu meletakkannya diatas meja.
"Thya, untuk yang kedua kalinya saya meminta kamu untuk menikah dengan saya."
"Saya bersedia, pak. Terima kasih atas lamarannya."
Terlampau sederhana dan kasual sekali jawaban dan ekpresi Nathya untuk peristiwa sebesar lamaran. Tidak bisakah si manis ini sedikit terkejut, speechless, dan tidak berekpresi datar dan lempeng seperti itu? Harusnya Nathya meminta pesta lamaran besar- besaran seperti orang- orang. Tanda aktingnya baru saja di mulai.
Entah hanya Argha yang merasa senang atas hal ini sehingga menampilkan senyuman manisnya yang tampak tulus, saat menyematkan cincin ke jari Nathya. Sedangkan yang menjadi pemeran utamanya hanya berekpresi biasa saja.
Ruangan tersebut seketika menjadi hening, setelah prosesi penyematan cincin yang hanya dilakukan Argha dan disaksikan Boni. Namun faktanya, prosesi itu juga disaksikan oleh kedua orang tua Nathya. Hal itu tentu membuat Ayah Nathya merasa tak dianggap. Bisa- bisanya Argha memasangkan cincin tidak didepan dirinya.
"Bisa di ceritakan kronologinya, saudara berdua?" tanya sang Ayah, yang keluar dari tempat persembunyiannya.
Bapak 2 anak itu benar tidak bisa menahan rasa penasarannya, setelah melihat adegan barusan. Beberapa hari yang lalu, sang anak menolak lamaran Argha secara terang- terangan, bahkan tampa memikirkannya terlebih dahulu. Tapi yang terjadi saat ini, malah kebalikannya. Sang anak langsung saja menerima lamaran Argha tampa pikir- pikir lagi.
"Yah, kami akan menikah. Kakak akan menjadi pasangan sah mas Argha," jawab si sulung ini dengan santai seolah tidak ada beban.
Mas? Tolong di highlight. Mas? Sejak kapan Nathya seakrab itu dengan Argha?
Tidakkah Nathya menyadari bagaimana ekpresi semua penduduk dirumah itu, saat dirinya mengatakan, akan menikah dengan mas Argha? Bundanya seperti mendapat serangan jantung kecil, sang ayah tampak membelalakkan matanya. Sedangkan Narayu adiknya, jangan tanya bagaimana ekspresi kagetnya. Ia yang baru saja turun ke bawah langsung mendengar pernyataan sang kakak yang akan menikah, tentu kaget bukan main. Ia yang terbiasa berjalan tegap, karena bercita- cita menjadi Kowad, langsung terduduk merosot di anak tangga.
"Kami memutuskan untuk mencoba menerima satu sama lain di bawah janji pernikahan. Saya Milano Arghani Baskara berjanji, akan membahagiakan Nathya putri om Adi dan tante Seruni sepanjang hidup saya. Melindunginya, mencintainya dan memberinya dukungan tampa batas."
Atmosfer yang sebelumnya penuh akan kebingungan dan rasa heran itu, kini berubah sentimental yang mengharukan. Emosi itu timbul karena janji indah yang diucapkan anak sulung keluarga Baskara ini. Sungguh membuat Adi dan istrinya tak mampu berkata- kata. Begitupun dengan adik Nathya.
Ayah dan Bunda Nathya, tentu tidak bisa menahan perasaan bahagia yang membuncah dalam hati mereka. Si sulung yang cengeng ini, akhirnya menerima pinangan Argha. Sosok laki- laki dominan cemerlang, baik hati, menjunjung tinggi etika yang mereka kenal sejak bayi.
Sebetulnya, ada rasa penasaran di hati Seruni mengenai Nathya yang tiba- tiba berubah pikiran, yang awalnya menolak keras lantaran perbedaan latar belakang dan jarak umur yang cukup jauh. Namun apapun itu, dua insan ini akhirnya mau bersatu dalam ikatan pernikahan. Meski ada sedikit rasa sedih juga di hati Seruni, anak sulungnya akan dibawa pergi dari lingkaran perlindungan dan tanggung jawab keluarga Adiwilaga.
Berbeda dengan kedua orang tuanya yang tampak bahagia tak terkira. Narayu malah kebalikannya. Memandang sang kakak dengan tatapan sedih. Kakak satu- satunya yang sering ia rundung, kini benar- benar akan keluar dari rumah itu bahkan akan keluar dari Kartu Keluarga Adiwilaga. Sepertinya Narayu belum siap untuk itu, hingga matanya ikut berkaca- kaca.
"Jika nanti Milan tidak lekas bisa mencintai Nathya, tolong kembalikan Nathya pada kami dengan baik. Jangan membuangnya tampa tanggung jawab."
Nathya tidak mampu menahan laju air matanya, ketika mendengar ucapan sang ayah. Selama 23 tahun hidupnya, ayahnya merupakan sosok yang unik dan perkataannya sering membuat Nathya sakit kepala. Namun, pria tua itu sangatlah dicintai Nathya melebihi dirinya sendiri. Dan kini, ayahnya mampu dengan tegas menekan sosok tuan Argha untuk memberi bukti tanggung jawab, ketika meminta Nathya untuk di nikahi.
"Saya bersumpah, om."
Miris. Sangat miris. Argha terlalu banyak mengumbar janji. Padahal pernikahan mereka ini hanya akan bertahan satu tahun. Pernikahan dengan dasar sebuah kontrak, layaknya antara Nathya dengan The Westen. Apa yang mau diharapkan?
Nathya sungguh merasa berdosa besar pada sang ayah dan bunda, karena sudah menipu keduanya. Bahkan menipu orang tua Argha juga. Perasaan bersalah muncul diakhir tiba- tiba. Namun, sudah terlambat untuk mundur dari pilihan ini. Memang harus ada yang dikorbankan untuk setiap mimpi besar.
Argha yang sempat memberitahu orang tuanya, mengenai rencana pernikahan kontrak untuk mengikat Nathya, tentu tidak memberitahu orang tua Nathya mengenai hal ini. Yang Adi dan Seruni tahu adalah, Nathya benar menerima lamaran Argha atas kemauan sendiri, tampa ada paksaan dari pihak manapun.
Argha yang baru tersadar mengenai hal itu, tentu harus melindungi harga diri Nathya dari siapapun, termasuk orang tua Nathya. Meski tanda tangan belum dibubuhkan Nathya diatas kertas perjanjian, namun si sulung Adiwilaga itu sudah mulai bersandiwara, sesuai permintaan Argha. Sudah sepatutnya juga ia menjaga nama baik Nathya.
Sejauh ini semuanya tampak lancar dan meyakinkan, bahkan Bunda Seruni sampai memeluk Argha dan mengatakan betapa bahagianya wanita itu karena anak sulung tercintanya jatuh di tangan Argha, orang yang dirasa Bunda Seruni adalah yang paling tepat untuk Nathya.
Sedih sekali bukan? Kedua orang tua Nathya mempercayai Argha dan Nathya. Padahal, pernikahan mereka hanya untuk mengejar keuntungan pribadi.
Selepas itu, Argha mengajak Nathya untuk breakfast berdua di sebuah restoran eksklusif di sekitar daerah tempat tinggal Nathya. Nathya pun mengiyakan karena tahu, mereka harus membicarakan perjanjian pernikahan tampa diketahui oleh siapa pun, termasuk Boni si sekretaris. Breakfast yang mereka lakukan betul- betul pribadi, di dalam sebuah ruangan tertutup yang hanya terdiri dari satu meja dan dua kursi.
Duduk berdua dengan suasana canggung yang masih kental, Nathya tetap tidak bisa mengimbangi aura mahal yang mengelilingi Argha. Bibirnya seakan terkatub rapat, bahkan sampai pada tahap Nathya tidak berani menjawab pertanyaan sepele yang ditanyakan Argha, mengenai menu apa yang ingin Nathya makan.
"Terserah pak Argha saja."
Entah apa sebabnya, Nathya kehilangan kepercayaan diri dan keberaniannya saat berhadapan dengan Argha berdua saja. Berbeda saat tadi di rumah. Dengan percaya diri mengatakan pada sang ayah, ia akan menikah dengan Argha. Entah kemana perginya Nathya yang tadi.
Tapi, mata Nathya terfokus hanya pada pria didepannya ini. Tiada henti memperhatikan setiap gestur yang Argha keluarkan yang begitu menghargai siapa pun yang datang melayaninya. Suara penuh atensi pria ini dan senyuman yang membuat siapa saja jadi salah tingkah pun, tidak luntur dari paras nan nyaris sempurna itu.
"Boleh saya menambahkan satu poin, sebelum menanda tangani kontrak tersebut, pak?" tanya Nathya setelah memastikan pelayan yang melayani mereka tadi keluar dari ruangan tersebut.
Sorot mata Argha yang tadinya begitu tulus menatap Nathya, tiba- tiba menyorot tajam. Atau lebih tepatnya, Argha seperti memberi kode bahwasanya ia tidak setuju dengan permintaan Nathya ini. Ia sudah terlalu percaya diri menganggap isi dari kontrak tersebut, akan sepenuhnya di setujui Nathya. Karena memang tidak ada 1 poin pun yang merugikan pihak Nathya. Akan tetapi, Argha tidak ingin di cap egois. Seenaknya, semaunya.
"Kamu perlu apa?" tanya Argha dengan intonasinya yang berbeda dan raut wajah yang datar.
Nathya merasa deg- deg ser saat ditanya Argha seperti itu. Namun, ia harus memperjuangkan satu hal yang dianggap sepele, namun berefek besar untuk dirinya sebagai manusia yang memiliki perasaan.
"Saya ingin pak Argha juga menghargai saya dan menerima masukan saya, ketika status sah sudah pak Argha dapatkan."
Argha tersenyum tipis. Mungkin merasa lucu akan permintaan Nathya. Namun Nathya tidak peduli dengan ekpresi yang seakan menyepelehkan itu. Meski hanya pernikahan kontrak, Argha harus tetap menghargai dan mempertimbangkan pendapatnya, seperti Nathya yang akan selalu menghargai dan mengikuti apa yang Argha mau.
"Tentu," jawab Argha tampa pikir panjang. "Saya akan merivisi isi perjanjian ini. Tapi, bisakah kamu langsung ikut saya ke Jakarta hari ini juga?"
"Tentu saja, Pak. Dan saya akan menanda tangani kontrak perjanjian ini, begitu selesai bapak revisi."
nunggu loh ini
ayo thya, kekep truss. jngan ksih celah buat mantan alias sidugong.
smngat thor, up trus.... hehe
sehat sllu. 💖💖💖💖💖
dri kmrin kutunggu up
double dong thor!?
pling kutunggu upnya
smoga kk othornya khilap up lg. hehehhe.
smngat kaka
sehat selalu 😍😍😍😍😍😍😍😍
hehehe up