NovelToon NovelToon
Menjadi Mata Untuk Suamiku

Menjadi Mata Untuk Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Angst
Popularitas:6.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.

Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.

Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Airi mengambil sebuah topi berwarna putih dari dalam almari lalu mengenakannya dikepala White. "Perfect," ujarnya yakin.

"Apanya yang perfect?" tanya White.

"Penampilan Abang." Airi memperhatikan out fit yang dikenakan White pagi ini. Kaos hitam, celana putih selutut dan sepatu sport warna putih. Ditambah topi putih dan kaca mata hitam, White terlihat begitu sempurna. Airi sangat puas dengan out fit pilihanya. "Astaga, aku lupa sesuatu," dia menepuk pelan keningnya.

"Apa?" White mengerutkan kening.

Airi mengambil sesuatu diatas meja riasnya. "Taraaa..ini dia, sunscreen." Dia membuka topi dan kacamata White lalu mengoles sunscreen diwajah tampan sang suami.

"Harus gitu?" tanya White saat merasakan sesuatu yang dingin dan sedikit lengket diwajahnya. Tapi dia hanya pasrah, sama sekali tak beniat menolak.

"Harus dong, biar gak gosong. Gak lucukan, namanya White, tapi item." White langsung tergelak mendengar itu. Dulu, dia suka merawat wajah, tapi sejak buta, semua itu sudah dia lupakan. "Kapan-kapan kita pergi perawatan ya Bang. Muka Abang sedikit bruntusan."

"Apa itu penting? Siapa juga yang akan memperhatikan pria buta sepertiku?"

"Aku yang memperhatikan. Bahkan aku bisa tahu saat ada 1 jerawat kecil saja dimuka Abang."

Selesai meratakan sunscreen diwajah White, Airi mengembalikan benda itu kemeja rias dan ganti mengambil lotion. Dia menarik lengan White menuju sisi ranjang dan menyuruhnya duduk.

"Apalagi?" tanya White.

"Body lotionnya belum." Airi membalur lotion keseluruh kulit White yang tidak tertutup baju. Setelah semua selesai, kembali dia mamakaikan topi dan kacamata pada pria itu.

Diam-diam, Airi mengambil ponsel lalu memfoto White. Entah nantinya mereka bisa terus bersama atau tidak, dia ingin punya banyak foto White untuk kenangan. Diponselnya, sudah tidak ada foto Ryu sama sekali. Sengaja dia menghapus semua agar bisa move on lebih cepat. Sosial media dan apapun tentang Ryu, sudah dia block. Terkesan jahat, tapi sudahlah, tekadnya sudah bulat untuk belajar mencintai White. Menjadi istri yang seutuhnya meski dia tak yakin jika White akan bisa mencintainya. Baginya, pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Ikrar yang diucapkan White sampai kelangit dan disaksikan Tuhan dan malaikat, mana mungkin hal seperti itu dia buat main-main. Sejak hari itu, hati dan tubuhnya adalah milik White.

"Ayo kita berangkat." Airi memegang lengan White, membantunya berdiri. Setelah itu, menggenggam tangannya yang terasa dingin. "Jangan takut Bang. Ai bakal selalu pegang tangan Abang. Ai akan jadi mata buat Abang."

White mengangguk meski hatinya masih belum terlalu yakin. Hari ini untuk pertama kalinya, dia keluar jalan-jalan dengan Airi.

Saat mendengar suara deru kendaraan dijalan, White mulai gemetar. Dia hanya bisa mendengar tanpa melihat, menimbulakan kekhawatiran bagaimana jika dia malah menabrak salah satu kendaraan tersebut.

"Gak usah takut Bang." Airi paham apa yang dirasakan White saat pria itu mempererat genggamaan tangan mereka. "Kita hanya melewati jalalanan komplek, bukan jalan raya yang besar. Rumah kita gak jauh dari pos satpam. Nanti aku kenalin sama satpam yang jaga. Mereka baik-baik." White hanya mengangguki ucapan Airi. Tinggal disini hampir 2 bulan, sudah membuat Airi yang supel kenal dengan banyak orang.

Seperti yang dikatakan Airi, sesampainya di pos satpam, Airi langsung menyapa mereka.

"Pagi Pak."

"Pagi Mbak Airi. Ini Mas White ya, suami Mbak Airi?" tanya Pak Ilham yang memang selama ini belum pernah melihat White, hanya pernah mendengar namanya yang menurut dia unik.

"Iya dong Pak, masa suami orang," sahut Airi sambil menunjukkan genggaman tangan mereka. "Gantengkan Pak suami saya?"

"Gak ada duanya dah, paling cakep sekomplek."

Tanpa sadar, White menyunggingkan senyum. Dia tak menyangka jika sambutan orang lain padanya tak seburuk perkiraannya. Dan Airi, dia senang melihat senyum itu. Dan genggaman tangan White juga sudah mulai longgar, tak sekuat tadi. Menandakan jika pria itu sudah mulai sedikit nyaman.

"Ngomong-ngomong, mau kemana nih?" tanya Pak Saleh.

"Jalan-jalan ke taman Pak, nyari angin. Sama lagi pengen cilok."

"Wahhh bau bau ngidam ini. Lagi isi ya Mbak?"

"Hahaha, isi nasi Pak," seloroh Airi sambil tertawa ringan.

"Jangan hanya cilok, kue pukis disana juga enak banget, wajib dicoba," Pak Ilham merekomendasikan.

"Wah, jadi pengan. Ya udah kita kesana dulu ya Pak," pamitnya.

"Iya Mbak, Mas, hati-hati."

Airi dan White lalu melanjutkan jalan menuju taman. Sepanjang jalan, Airi tersenyum pada orang-orang yang tak sengaja berpapasan. Dia juga mengatakan pada White apa saja yang mereka lewati. Masjid, gereja, toko, dan apapun yang meraka lewati dijelaskan oleh Airi.

"Sebentar lagi kita lewat minimarket, Abang mau mampir? Beli minum mungkin?"

"Bukannya kamu tadi bilang mau bawa minum dari rumah ya?"

"Hehehe, ketinggalan. Terlalu semangat sih, mau ngajak Pak Su jalan-jalan. Ya udah kita mampir dulu ya."

"Terserah."

Airi membawa White masuk kemini market. White sama sekali tak terlihat seperti orang buta karena dandanannya yang keren serta tak pakai tongkat.

"Abang mau minuman apa?" Airi membaca satu persatu merek minuman yang ada dishowcase, sampai-sampai White tergelak.

"Apa mulutmu tak lelah. Ish, mirip sekali dengan sales minuman," ejek White.

"Masak sih?" Airi terkekeh pelan. "Aku bisa cosplay jadi apapun. Seles minuman, makanan, bahkan obat nyamuk." Sebenarnya Airi hanya White merasa bisa melihat semua yang ada dihadapannya.

"Aku mau minuman isotonik saja." White menyebutkan salah satu merek minuman. Setelah mengambil dua botol minuman, Airi langsung membawanya ke kasir dan membayarnya.

Airi meletakkan tangan White dilengannya saat dia sedang butuh menggukan kedua tangan. Seperti saat ini contohnya, dia sedang membuka tutup botol. Dia benar-benar menepati janji untuk tidak melepaskan White meski hanya sebentar.

Sesampainya di taman, White bisa mendengar suara keramaian. Meski tak bisa melihat, dia yakin jika saat ini, ada banyak orang disekitarnya.

"Wah, beneran kayak yang dibilang Bu RT, banyak banget pedangan kaki lima disini." Airi menyebutkan satu persatu makanan yang ada disekitar sana. Tak hanya makanan, dia juga mengatakan ada apa saja disekitar mereka. "Lucu sekali anak didepan kita. Dia berada dalam gendongan papanya. Cantik banget...Dia menatap Abang sambil senyum. Ish, bikin aku cemburu aja." White tergelak mendengar itu. Ada ada saja memang istrinya itu.

Airi membawa White menuju penjual cilok, setelah itu, lanjut ke pedagang pukis. Aroma pukis yang lezat langsung tercium diindra penciuman keduanya. Saat banyak orang seperti ini, Airi akan berbisik saat memberi tahu White. Dia tak mau orang-orang tahu keadaan White. Bukan karena dia malu, hanya untuk menjaga White agar tak dilihat aneh atau menyedihkan oleh orang lain.

"Penjualnya pakai baju biru, umur sekitar 40an. Penampilannya bersih, begitupun dengan gerobaknya," bisik Airi.

"Mau 3 bungkus ya Pak." Ujar Airi pada penjual tersebut. "Abang mau yang toping apa? Coklat, kacang, atau keju?"

"Coklat sama keju."

"Yang 2 bungkus campur, yang 1 coklat sama keju aja."

"Banyak sekali kamu beli?" tanya White.

"Mau aku kasih ke Pak satpam."

Setelah mendapatkan makanan yang mereka inginkan, Airi mengajak White duduk disebuah bangku panjang yang ada dibawah pohon.

Dari sini, terdengar suara riuh anak anak yang sedang riuh bermain.

"Disebelah kanan Abang, ada playground. Bisa dengerkan, suara anak-anak yang sedang main?"

"Bukan hanya anak-anak, tapi juga emak-emak yang meneriaki anaknya agar hati-hati," sahut White sambil tersenyum. Ternyata diluar tak semenakutkan perkiraannya. Bahkan dia tak mendengar seorangpun bicara sumbang padanya.

"Ak," Airi hendak menyuapi White pukis, tapi pria itu menolak.

"Aku makan sendiri saja. Akan terlihat aneh jika pria dewasa disuapi."

Benar juga, batin Airi. Dia menaruh pukis ditangan kanan White dan membiarkannya makan sendiri. Sementara dia, makan cilok dan memperhatikan White, membersihkan bibir dan pipinya dengan tisu saat ada coklat yang tercecer disana.

1
Cucu Nurjanah
bagus ini
Fida
Luar biasa
Lina Suwanti
Semoga Airi n White tetap kuat mempertahankan pernikahan,,betul kata Airi ga usah pedulikan omongan orang
almeera
bg Ryu mau nggak SM anak gadis ku, tp nunggu 10thn lg y bg🤭
Neti Herawati
Luar biasa
mujari lamongan jatim
wah. menjiwai tunanetra rupanya ya. hehehe.
Susanti Susanti
Luar biasa
Shee
bikin melow
/Whimper//Whimper/
Shee
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
ai semoga selalu di beru kuatan
semangat ai
Shee
Lumayan
Eni Sunarheni
nyesek/Sob/
Darmaliah
bagus ceritanya lanjut tor
Anonymous
keren
Ema Jason Ema
alhamdulillah akhir cerita yg bahagia🥰
Ema Jason Ema
huh hampir lemas aku kirain Airi donorin matanya
Momy Demi Moor: saya juga brpikir sperti itu mbak..
dn lemas juga 🤣
total 1 replies
Ema Jason Ema
waduh ko jd tegang gini ya jangan Airi yg donorkan mata nya
Ema Jason Ema
terharu banget salut sama airi
milkymilkjh
😭😭awww aku pas baca nama nya White jadi keingat lagu ini, lagu favoy banget ternyata emng dari sini yaaaa inspirasi namanya heheh lucu bangett
Dg Singara
Luar biasa
Tiur Lina
jadi baper😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!