Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Yulia pun gegas ke kamar untuk menaruh kitab-kitab nya.
"Yulia, ehh maksudnya Mbak Yulia mau kemana? Kok kelihatan buru-buru gitu." ucap Fifia
"Aku mau bantu Ustadzah Nurul bersih-bersih di ndalem."
"Aku ikut boleh nggak, Mbak?"
Yulia berpikir sejenak. "Boleh yaa, Mbak? Di sini aku bosen sendirian. Nayla lagi murojo'ah bareng Sherly di aula." rengek Fifia.
"Memangnya baju-baju kamu sudah kamu rapikan di lemari?"
"Itu nanti aja, Mbak. Boleh yaa Mbak?"
"Hmm yaa udah boleh. Tapi bantuin bersih-bersih yaa. Biar cepet kelar kerjaannya."
"Siap" Fifia pun lantas mengikuti Yulia.
Sedangkan di sisi lain, sosok lelaki tampan tengah membantu santri-santrinya membersihkan halaman pondok pesantren Ta'mirul Mukminin.
Ustadz Fari, sosok Ustadz yang di idolakan oleh para santriwati. Santriwati memandang sosok lelaki tampan tersebut dengan senyum yang merekah. bibirnya tak henti-hentinya mengatakan ungkapan kagum akan sosok lelaki tersebut.
"Ganteng banget."
"Idaman menantu yang sholeh."
"Cerdas, seorang hafidz Qur'an, pintar ajaran kitab kuning, seorang sarjana manajemen. Benar-benar idaman."
"Paket komplit untuk jadi imam aku."
Seperti itulah kira-kira para santriwati yang menganggumi sosok Ustadz Fari. Namun mereka tidak berani mengungkapkan perasaannya. Karena mereka tau, Ustadz Fari itu adalah sosok yang sangat tidak suka di kejar oleh kaum hawa. Ia akan berpaling dari gadis-gadis yang menyukainya.
"Hehh... Kalian ngapain ada di sini. Pergi, pergi jangan pandangi calon zauj ana." usir Mila
"Iyaa, betul. Cepetan pergi sebelum Mbak Mila banting kalian satu persatu." ucap Ulya
"Mau kalian aku patahin tulangnya? Nggak mau kan. Cepetan pergi." ucap Mila menyombongkan diri.
Mereka pun lantas pergi dari sana. Mila memang di takuti oleh para santri karena terkenal akan jago bela dirinya. Mila juga seorang santri yang mengikuti program Tahfidzul Qur'an. Ia sudah menghafal 5 jus.
"Huuu.... Sok-sokan mandangin calon zauj ana. Lawan dulu sini pawangnya." ucap Mila pada santri-santri yang membubarkan diri tersebut.
Mila memandangi sosok lelaki idamannya dengan mulut menganga lebar. "Ganteng banget calon zauj ana. Cium dikit boleh nggak sih?"
"Ho,oh. Aku juga pengen."
Sontak Mila membelalakkan matanya menatap tajam ke arah Ulya. "Enak aja kamu pengen cium calon zauj ana. Nggak boleh! Tutup mata kamu, hanya aku seorang yang boleh mandang Ustadz Fari."
"Iyaa iyaa Mbak." ucap Ulya dengan mengalihkan pandanganya. "Cium dikit aja nggak boleh. Dasar pelit." gerutu Ulya
"Kamu bilang apa tadi?" Mila melotot ke arah Ulya.
"Ehh, ehh bilang apa, Mbak? Aku nggak bilang apa-apa."
"Awas kamu yaa, kalau berani ngatain aku. Aku akan pecat kamu jadi teman dekat aku."
"Jangan gitu dong, Mbak. Aku nggak ngatain Mbak Mila kok. Suer." Ulya mengangkat dua jemarinya, jari telunjuk dan jari tengah. 'Bisa gawat kalau sampai di pecat jadi temannya, Mbak Mila. Aku jadi nggak bisa jajan yang enak-enak nanti.' ucap Ulya dalam hati.
"Hmmm.." sahut Mila. Ia pun kembali memandang sosok lelaki pujaan hatinya.
Netra Ulya tak sengaja melihat dua orang santriwati yang tengah berjalan berdampingan. Tangannya menabok-nabok lengan Mila. "Mbak, Mbak"
"Iiihhh.... Ada apa sih? Ganggu aja, lagi memandang pujaan hati aku juga."
"Itu Mbak. Lihat itu." Ulya menunjuk ke arah Fifia dan Yulia.
Mila mengikuti arah yang di tunjuk oleh Ulya. Senyum di bibirnya terangkat sedikit. "Sepertinya ada mainan baru di pagi hari." ucap Mila tersenyum tipis. "Ayoo kita hadang mereka."
Ulya pun mengikuti Mila dan menghadang Yulia serta Fifia. "Mau kemana kalian? Hadapi dulu aku kalau mau lewat." ucap Mila sombong.
"Mila, Ulya jangan halangi jalan kita. Kita lagi buru-buru ke ndalem untuk bantu Ustadzah Nurul bersih-bersih" ucap Yulia lembut.
"Itu bukan urusan aku. Kalau kalian mau lewat, lawan aku dulu"
"Hehh Mila, cepetan pergi dari sini. Jangan ganggu kita." ucap Fifia melangkah maju.
"Hehh Fifia, jangan sombong kamu. Lawan dulu, Mbak Mila. Baru akan kami beri jalan setelah kamu melawannya" ucap Ulya
"Ck, para tikus ini minta di hajar rupanya." decak Fifia kesal
"Enak aja kamu ngatain kita tikus. Lawan dia, Mbak. Dia sudah berani-beraninya ngatain kita tikus."
"Yang bos di sini itu siapa? Berani-beraninya kamu nyuruh aku lawan dia." Mila menatap tajam Ulya
"Hehe... Maaf Mbak." ringis Ulya
"Sudah sudah jangan bertengkar. Mila jangan ganggu yaa. Kita cuma mau lewat doang nggak lebih." mohon Yulia agar di beri jalan.
"Nggak bisa! Kalian harus lawan aku dulu, baru kalian boleh lewat."
"Sudah, Mbak. Biar aku kasih sedikit pelajaran untuk dua tikus berandalan ini." ucap Fifia sudah mengepalkan tangannya siap memberi pelajaran. Ia merasa geram dengan tingkah dua orang di hadapannya ini.
"Jangan, Mbak. Nanti bisa kena hukum" cegah Yulia
"Mbak tenang aja." ucap Fifia
"Hiiiiiaaaaaaa....." Mila menyerang lebih dulu. Saat tangannya hampir menyentuh tubuh Fifia. Suara seseorang menghentikan aksinya.
"Berhenti!"
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr