The Worst Enemy
"Apa pilihanmu?" tanya pria yang sedang duduk di hadapan Joanna.
Dia membisu, tidak dapat berkata apa-apa. Dalam otaknya sibuk memikirkan apa langkah yang seharusnya diambilnya saat ini.
Joanna tidak bisa melepaskan calon suami yang sudah dicintainya selama lebih dari tujuh tahun. Tapi ... Ayah ibunya akan berada dalam bahaya kalau Joanna bertekad mempertahankan hubungan ini.
Dan pria yang dihadapannya seperti tidak peduli dengan kekhawatiran Joanna. Terus menekannya untuk memilih salah satu hanya untuk memenuhi keinginan adik tersayangnya.
"Saya akan memilih ayah dan ibu saya" kata Jo setelah menimbang
Bagaimanapun, dia tidak mungkin membuat kedua orang tuanya menderita. Meski harus mengorbankan cinta dan pernikahannya yang hanya tinggal menghitung hari.
"Bagus. Pulanglah!" perintah pria itu.
Beberapa hari kemudian, Jo pergi ke kamar pria itu lagi. Kali ini dengan pakaian serba putih tanda berduka.
"Anda ... berbohong" ucap Jo dengan suara bergetar. Air mata yang sudah mengering membentuk alur yang membekas di wajahnya.
"Aku ingin semuanya sempurna. Tidak ada yang boleh mengganggu pernikahan adikku" kata pria itu begitu arogan.
"Melakukan semua ini demi adik Anda? Apa Anda sudah gila???" teriak Jo.
"Setahuku tidak. Dan kau ... Sudah terlalu banyak bicara"
Jo membelalakkan matanya saat pria itu tiba-tiba mencium bibir dan melemparkan tubuhnya ke atas meja. Saat punggungnya terasa sakit, badan besar pria itu sudah ada di atasnya. Menekan tubuhnya sehingga Jo tidak bisa bergerak lagi.
Dan saat pria itu masuk ke dalam tubuhnya, Jo berteriak keras. Seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Meski mendengar teriakan kesakitan Jo, pria itu tidak berhenti. Terus saja bergerak masuk dan keluar tubuh Joanna.
Dan saat semuanya selesai, pria itu duduk kembali di kursi kebesarannya.
"Tak kusangka kau masih menjaga tubuhmu"
Kini Jo telah kehilangan sesuatu yang dijaganya selama ini untuk kekasihnya. Untuk cintanya. Tidak ada lagi yang tersisa untuknya lagi. Pria itu sudah menghancurkan semuanya.
Jo keluar dengan baju yang dirapikan dengan sembarangan. Meski seluruh badannya terasa sakit, dia memaksa dirinya berjalan pulang ke rumah yang sepi dan gelap. Melihat foto kedua orang tuanya di dinding dan menangis dalam keheningan.
Kenapa? Kenapa ini semua terjadi padanya? Kenapa?
Beberapa bulan yang lalu, Joanna adalah seorang wanita yang berbahagia. Kekasih yang selama tujuh tahun dicintainya. Melamar Jo saat mereka makan malam.
"Kau sangat beruntung" ujar temannya.
"Iya. Aku memang sangat beruntung" jawabnya dengan senyum penuh yang menghiasi wajahnya.
Jo dan temannya berjalan melalui lorong untuk pergi ke kamar presidential suite lalu mendadak tubuhnya terpental ke belakang.
"Aaahhh" keluhnya. Dia ingin mengumpat tapi setelah melihat siapa yang ditabraknya, mata Jo dipenuhi rasa ngeri.
"Maafkan saya Tuan" katanya sambil berlutut.
Pria yang ada di depannya adalah pemilik hotel tempat Jo bekerja sebagai asisten Human Resources Manager. Selain hotel tempat Jo bekerja. Pria itu juga memiliki beberapa perusahaan dengan saham yang terus meroket naik. Tanah seluas ratusan ribu hektar dan juga tambang emas aktif.
Anthony Cooper.
Seorang pria berusia 40 tahun. Mewarisi semua harta kekayaan orang tuanya yang konglomerat. Menjadikannya orang paling kaya di negeri ini. Tidak ada yang berani menyentuh pria itu dan Jo telah menabraknya.
"Siapa kau?" tanya pria itu dengan suara dalam dan kasar.
Kalau memiliki pilihan, Jo tidak ingin menjawab pertanyaan itu. Tapi deretan pengawal berpakaian serba hitam di belakang pria itu hampir membuatnya kencing di celana.
"Saya Joanna Harding, asisten HR Manajer" jawabnya lalu pasrah. Di sudah bersiap untuk menerima sebuah kata pemecatan, tapi ternyata pria itu berjalan melewatinya begitu saja.
"Kau benar-benar beruntung Jo. Kita bisa saja sudah dipecat saat ini juga" komentar temannya yang juga hampir pingsan karena takut.
"Atau besok. Sial sekali"
Jo menyalahkan nasibnya yang sial saat bertabrakan dengan pria itu. Tidak menyadari bahwa saat itu adalah awal kehancuran hidupnya.
Namun, tidak ada yang terjadi keesokan harinya. Manajer HR tidak memecatnya atau memberi surat peringatan. Semua berjalan seperti hari-hari biasanya. Mungkin penilaian Jo terhadap pria itu salah besar. Pria itu tidak sejahat apa yang dia pikirkan. Lagipula, apakah mungkin memecat seseorang yang menabrak tanpa sengaja?
"Jo, apa kau sedang sibuk?" tanya manajer HR mengganggu pekerjaannya siang itu. Jo yang tidak punya firasat apapun segera datang ke ruangan atasannya.
"Ada apa Pak?" tanyanya.
"Apa ... Kau menyinggung seseorang akhir-akhir ini?"
Pertanyaan ini akhirnya membangkitkan perasaan tidak baik dalam diri Jo.
"Maksud Anda?"
"Kau tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat orang marah?"
"Apa ada yang tersinggung dengan perbuatan saya?" tanya Jo mulai takut.
"Tuan Cooper"
Begitu atasannya mengucapkan nama itu, tubuh Joanna seperti tersengat aliran listrik bertegangan tinggi.
"Apa?"
Akhirnya hari ketika dia merasakan akibat tabrakan tak disengaja itu tiba juga.
"Kamu dipanggil ke kamar suite Tuan Cooper. Pergi sekarang! Jangan membuat orang seperti itu menunggu!"
Tanpa menjawab, Jo segera berbalik dan pergi ke kamar pria itu. Dia tidak peduli dengan beberapa rekan kerjanya yang memanggil. Yang ada di pikirannya hanya untuk dapat sampai ke hadapan pria itu secepatnya.
Saat lift khusus VIP terbuka, Jo melihat deretan pria memakai jas hitam di depannya. Semua orang ini adalah pengawal pria itu. Kaki Jo mulai bergetar ringan saat dia berjalan melewati semua orang yang hanya melihat lurus ke depan itu. Dan sampailah dia di depan pintu yang tiba-tiba terbuka.
Anthony Cooper, pria dengan segala keberuntungan yang ada dalam dirinya. Duduk dengan angkuh di sebuah kursi mewah. Melihat sekilas dirinya yang baru saja datang.
"Silahkan masuk" kata seorang pria yang ada di dekat pintu. Jo melangkah masuk, cukup menjaga jarak dari pria itu. Dia siap untuk berlutut dan memohon saat pria di depannya bertanya.
"Brandon Powel, apa dia tunanganmu?"
Tanpa sibuk berpikir, Jo segera menjawab.
"Benar Tuan"
"Kalian akan menikah?"
Apa? Kenapa pria ini bertanya tentang Brandon, kekasihnya?
"Iya"
Pria itu berhenti sejenak lalu berdiri, memberikan intimidasi yang cukup kuat pada Joanna.
"Batalkan pernikahan itu dan berpisah lah!"
Kenapa pria ini berbicara tentang Brandon dan kemudian menyuruh mereka berpisah? Bagaimana bisa pria ini mengenal Brandon? Apa mungkin dari orang tua Brandon yang merupakan salah satu pemilik perusahaan? Tapi perusahaan itu tidak cukup besar untuk menerima perhatian dari seorang konglomerat seperti pria ini. Apalagi acara pernikahan Jo dan Brandon.
"Tidak" tolak Jo segera.
Mata pria itu menatap tajam ke arahnya. Membuat Jo percaya penolakannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konglomerat ini. Dan dari satu kata penolakan itu, Jo akan menemui neraka di dalam kehidupannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
#ayu.kurniaa_
.
2024-11-05
0
Fina Clarak
hallo
2024-11-01
0
Diana diana
baru mampir
2024-10-31
0