NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Berlatih.

Sebelumnya, Harry menganggap ajaran-ajaran itu hanya teori belaka, namun penjelasan Kapten Andi membuatnya sadar bahwa apa yang dia pelajari dari kitab kuno itu sebenarnya adalah tata cara untuk kultivasi.

Dengan semangat baru, Harry meresapi setiap ajaran dalam kitab tersebut. Dia mulai mempraktikkan teknik-teknik dasar penyerapan energi, duduk dalam posisi meditasi dan berkonsentrasi penuh.

Dalam keheningan malam, dia bisa merasakan aliran energi halus yang masuk ke dalam tubuhnya, menyebar perlahan melalui setiap pembuluh darah dan ototnya. Rasanya seperti embun pagi yang menyegarkan, memberinya kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Hari demi hari setelah menyelesaikan tugasnya, Harry menghabiskan waktu dengan berlatih  ajaran dari kitab kuno. Dia berusaha keras untuk memahami dan menguasai setiap tahap penyerapan energi. Rina, yang selalu berada di sisinya, melihat perubahan dalam diri Harry. “Kamu benar-benar serius kali ini,” katanya dengan  senyum kagum.

Harry mengangguk. “Aku merasa ini adalah jalan yang benar, Rin... Dengan ini, kita bisa menjadi lebih kuat dan melindungi diri kita dari bahaya.”

Dengan tekad yang semakin membara, Harry terus berlatih. Selain tugasnya sebagai petugas medis, Harry juga mengasah keterampilan bertarungnya dengan maju dalam zona perang di garis depan.

Dia tidak hanya mengandalkan kemampuan penyembuhan dan perawatan, tetapi juga berusaha menjadi lebih tangguh dalam pertempuran.

Setiap kali ada misi di garis depan, Harry selalu siap di sana, membantu para prajurit yang terluka dan pada saat yang sama, menghadapi musuh dengan keberanian yang luar biasa.

Pengalamannya dalam medan perang membuatnya semakin tangguh dan terlatih, baik dalam hal fisik maupun mental.

Dalam suatu misi di garis depan, Harry merasakan tantangan yang luar biasa. Pertempuran sengit dengan musuh yang kuat membuatnya harus menggunakan semua kemampuan yang dimilikinya.

Dia ingat kembali ajaran Kapten Andi tentang filosofi seni beladiri dan penyerapan energi dari kitab kuno yang dimilikinya.

Dengan fokus yang mendalam, Harry mulai menggabungkan teknik bertarung dengan penyerapan energi dari lingkungannya.

Di tengah pertempuran, Harry menggunakan batu roh yang dibawanya. Batu tersebut memberikan tambahan energi yang signifikan, memperkuat serangannya dan melindunginya dari serangan musuh.

Rekan-rekannya melihat perubahan dalam diri Harry, bagaimana dia bisa bertarung dengan lebih efektif dan memulihkan diri dengan cepat.

Rina, yang juga ikut dalam misi tersebut, terkesan dengan kemampuan Harry. "Kamu benar-benar telah berkembang pesat, Harry," katanya sambil tersenyum bangga.

Harry mengangguk, menyadari bahwa ini semua berkat latihan keras yang dilakukan-nya. "Kita harus terus berjuang dan menjadi lebih kuat, Rina. Hanya dengan begitu kita bisa melindungi yang kita cintai dan melawan kejahatan yang mengancam."

Dengan dukungan dari Dokter Rina, Harry terus mengembangkan kemampuannya. Dia menyadari bahwa menjadi seorang kultivator sejati tidak hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kedisiplinan,

ketekunan, dan kemampuan untuk mengendalikan diri.

Perjalanan Harry sebagai petugas medis dan pejuang di garis depan semakin memperkaya pengalaman dan pengetahuannya. Dia tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga terus berusaha menjadi lebih kuat dan

bijaksana.

Impiannya untuk menjadi kultivator hebat semakin mendekati kenyataan dengan setiap tantangan yang dihadapinya.

----------------------------

Bau mesiu dan darah menggantung berat di udara, menusuk hidung Harry bahkan ketika ia mencoba untuk mencuri napas di balik reruntuhan bangunan. Di sampingnya, Rina membalut luka di lengannya, raut wajahnya tegang karena konsentrasi dan kelelahan. Keringat mengucur di pelipisnya, meninggalkan jejak

berkilau di tengah debu dan jelaga yang menempel di kulitnya.

Pandangan Harry terpaku pada gerakan tangan Rina, pada jari-jarinya yang lentik dan kuat yang biasanya memegang senjata kini dengan lembut merawat lukanya.

Sebuah perasaan asing menggelitik perutnya, bukan rasa takut atau adrenalin yang biasa ia rasakan di medan perang, tapi sesuatu yang lebih dalam, lebih primitif.

Rina mendongak, menangkap tatapan Harry. Untuk sesaat, dunia di sekitar mereka seakan lenyap. Yang tersisa hanyalah tatapan mereka yang terkunci, dipenuhi dengan ketegangan dan hasrat yang tak terucapkan. Di tengah kekacauan dan kematian, mereka menemukan penghiburan dalam keberadaan satu sama lain, sebuah oase di tengah padang pasir.

Rina merasakan tatapan Harry membakar kulitnya, menembus baju perang yang kotor dan lelah. Dadanya berdebar kencang, bukan karena ketakutan akan musuh yang mengintai di balik reruntuhan, tapi karena sesuatu yang jauh lebih berbahaya: hasrat yang tak terkendali.

Ia tahu itu salah. Mereka berada di tengah medan perang, dikelilingi oleh kematian dan kehancuran. Ini bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal seperti itu.

Tapi tubuhnya mengkhianati pikirannya. Ia merasakan pipinya memanas, dan ia tak bisa mengendalikan getaran yang menjalar di tulang punggungnya saat Harry mendekat, tubuh mereka hampir bersentuhan di ruang

sempit itu.

“Rina…” bisik Harry, suaranya serak, tenggorokannya tercekat oleh emosi yang tak bisa ia namai.

Rina ingin menjawab, ingin mengatakan sesuatu, apa saja, untuk mematahkan sihir yang menjerat mereka. Tapi kata-kata itu mati di tenggorokannya. Yang bisa ia lakukan hanyalah menatap mata Harry, tenggelam dalam lautan biru yang kini tampak lebih gelap, lebih dalam, mencerminkan api yang sama yang berkobar di dalam dirinya.

Setelah hari-hari dipenuhi dengan kesibukan dan ketegangan, Rina dan Harry menemukan kesempatan untuk mencuri waktu bersama di ruang istirahat yang sepi.

Bau desinfektan dan keringat yang biasanya menguasai ruangan itu seakan tergantikan oleh aroma samar sabun dan parfum Rina, yang mengingatkan Harry pada kehidupan normal yang mereka rindukan. Mereka saling  menatap dengan perasaan yang tak terucapkan namun begitu kuat.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Harry mendekati Rina, tangannya terulur untuk menyentuh pipinya yang terasa lembut di balik kasarnya seragam tempur. Rina memejamkan mata, menikmati sentuhan itu seperti orang haus yang menemukan oase di padang pasir.

Dan kemudian, bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang penuh gairah, melepaskan semua kerinduan dan ketegangan yang terpendam selama ini. Rina merespons dengan ciuman yang sama, tangannya melingkari leher Harry, menariknya lebih dekat, seolah ingin melebur dalam pelukannya.

Keduanya akhirnya terlibat dalam pelukan yang panas dan menggairahkan, melupakan sejenak kenyataan pahit yang menunggu di luar pintu. Di tengah hiruk pikuk perang, mereka menemukan ketenangan dalam pelukan satu sama lain.

Tangan Harry menjelajahi lekuk tubuh Rina, merasakan setiap lekuk dan tonjolan, seolah ingin mengukirnya dalam ingatannya. Rina membalas dengan sentuhan yang penuh gairah, tubuhnya bergetar di bawah sentuhan Harry, seperti senar biola yang bergetar di bawah sentuhan seorang maestro.

Keduanya terhanyut dalam pusaran gairah, melupakan sejenak kenyataan pahit yang menunggu di luar pintu. Mereka terjebak dalam dunia mereka sendiri, sebuah dunia yang dipenuhi dengan aroma tubuh, desahan napas, dan sentuhan yang penuh makna.

Di tengah keremangan ruang istirahat, tubuh mereka bersatu dalam sebuah tarian yang penuh gairah, sebuah tarian yang hanya mereka berdua yang mengerti dan rasakan.

Waktu seakan berhenti. Dunia di luar ruang istirahat itu, dengan segala hiruk-pikuk dan kengeriannya, lenyap dari

kesadaran mereka. Yang tersisa hanyalah rasa, sentuhan, dan suara detak jantung mereka yang berdebum seperti genderang perang.

Harry dan Rina bergerak bersama dalam irama yang semakin cepat, semakin tak terkendali, menuju puncak

kenikmatan yang tak terlukiskan.

Dan saat mereka mencapai puncaknya, saat dunia di sekitar mereka meledak dalam kilatan cahaya dan sensasi, sebuah suara membuyarkan gelembung kebahagiaan mereka. Suara sirene yang memekakkan telinga,

menandakan datangnya gelombang korban baru.

Rina dan Harry terengah-engah, tubuh mereka masih terjalin erat, tetapi kesadaran mereka perlahan kembali ke kenyataan. Pandangan mereka bertemu, dan dalam sekejap, mereka berdua mengerti.

Gairah yang baru saja mereka bagi seakan menjadi kenangan yang jauh, tergantikan oleh rasa tanggung jawab yang berat.

Dengan berat hati, mereka melepaskan pelukan, tubuh mereka masih dipenuhi dengan rasa hangat dan gairah yang belum sepenuhnya padam. Mereka berpakaian dengan cepat, gerakan mereka terlatih dan

efisien, seperti tentara yang bersiap untuk pertempuran.

“Kita harus pergi,” bisik Harry, suaranya serak.

"Kamu memang sangat hebat, Harry, pantas saja Larasati memintaku untuk menjadi wanitamu" bisik Rina. Harry tersenyum dan menatap mata Rina dengan penuh cinta.

Mereka berdua tahu bahwa apa yang mereka bagikan bukan hanya sekadar hasrat fisik, tetapi juga kebutuhan untuk saling melengkapi dan memberi dukungan di tengah teror perang yang mengguncang jiwa mereka.

Mereka melangkah keluar dari ruang istirahat, kembali ke dunia yang penuh dengan penderitaan dan kematian, tetapi dengan sebuah rahasia yang tersimpan rapat di hati mereka, sebuah pengingat akan keindahan dan kerapuhan hidup di tengah kekacauan.

Selama beberapa hari berikutnya, Harry dan Rina terus menjalani hubungan yang intens dan penuh gairah di ruang istirahat mereka. Mereka membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesenangan yang mereka dapatkan satu sama lain, seolah-olah dunia di luar ruangan mereka tak lagi ada.

Namun, kehidupan di medan perang tak pernah mudah. Suatu hari, ketegangan antara pasukan mereka dengan musuh mencapai titik puncak.

Harry dan Rina harus meninggalkan waktu istirahat mereka yang berharga dan kembali untuk menjalani tugas mereka sebagai tenaga medis.

Mereka harus mengatasi kengerian perang sekali lagi dan siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Di tengah-tengah pertempuran berdarah yang intens, ketakutan dan ketegangan hanya semakin memperkuat ikatan antara Harry dan Rina. Ketika akhirnya pertempuran berakhir dan medan perang menjadi sunyi. Mereka

kembali menikmati kesenangan duniawi bersama.

Malam itu Harry semakin semangat melihat Rina menggeliat manja setelah jemari tangannya bermain di bagian-bagian sensitif Rina, membuat Rina menjerit lirih kenikmatan. Mereka berdua sedang merayakan hari jadi hubungan mereka setahun Pertama.

Rina terpesona dengan sentuhan lembut Harry yang penuh perhatian. Setiap gerakan jari-jari Harry membuat Rina merasakan gelombang kenikmatan yang luar biasa. Mereka saling mengenal satu sama lain dengan sangat baik dan selalu menciptakan momen intim yang tak terlupakan.

Rina merasa begitu bahagia memiliki seseorang seperti Harry di sampingnya. Dia merasa diliputi oleh cinta dan kehangatan yang membuatnya merasa lengkap. Mereka telah bersama selama satu tahun, dan hubungan

mereka semakin terasa segar dan penuh gairah.

Setelah sesi intim mereka selesai, Harry memeluk Rina erat-erat sambil bercanda, "Kau tahu kan, aku akan melakukan apa saja untuk melihat senyummu setiap hari." Rina tersenyum penuh kasih sayang, "Aku juga, sayang. Terima kasih atas segala cintamu."

Mereka berdua menikmati kebersamaan mereka di malam itu dengan penuh cinta dan rasa syukur. Hubungan mereka semakin kokoh dan tak tergoyahkan, karena mereka saling menghargai dan mendukung satu sama lain dalam segala hal.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!