Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Semua orang terus melihat ke arah Hope pada saat Darrel memperkenalkan wanita itu sebagai asistennya. Banyak karyawan perempuan yang iri tentu saja. Mereka merasa Hope sangat beruntung bisa menempati posisi sebagai seorang asisten Darrel.
"Rapat selesai. Jangan lupa laporan semua ketua-ketua tim. Serahkan padaku besok lewat asistenku." ucap Darrel lalu keluar dari ruangan rapat lebih dulu. Hope tentu saja ikut keluar. Menyusul Keno.
"Eh, memangnya asisten-nya pak Darrel umurnya berapa? Kayak masih muda banget. Sudah lulus kuliah? Kira-kira lulusan mana ya, apa lulusan luar negeri?" para karyawan mulai bergosip.
Mereka penasaran dengan latar belakang pendidikan Hope. Kenapa bisa terpilih sebagai asisten bos mereka.
"Tapi masa sudah lulus kuliah? Dia keliatan muda banget loh. Jangan-jangan karena dia punya hubungan spesial sama pak Darrel lagi, makanya dijadiin asisten. Kalian nggak lihat tadi? Mana ada kalo cuma asisten biasa diperhatiin banget begitu. Sampai-sampai ruangan kerjanya sama dengan pak Darrel."
Yang lain manggut-manggut. Masuk akal.
"Bener. Kalo yang itu aku setuju. Soalnya aku dengar-dengar, waktu di kantor pusat, pak Darrel tidak pernah satu ruangan kerja sama karyawannya, apalagi perempuan. Tapi di sini, malah beda. Asistennya harus satu ruangan sama dia. Berarti mereka ada hubungan pribadi dong."
Timpal salah seorang wanita berambut sebahu. Setelah puas bergosip, mereka pun ikut keluar dari ruang rapat.
Di ruangan Darrel, meja kerja Hope sudah diantar. Sekalian dengan beberapa buku tebal yang tersusun rapi di atas meja. Darrel menyuruhnya membaca buku-buku tebal itu. Katanya itu adalah buku-buku pelajaran untuk mengasah otak dan skill-nya. Bahkan ada buku bahasa Inggris dan mandarin juga.
Walau rasanya berat, Hope tetap menurut. Karena itu adalah perintah langsung dari suaminya, demi kebaikannya juga. Tapi menjadi pintar dalam sehari hanya dengan membaca buku?
Mustahil.
Hope pikir ia perlu waktu berbulan-bulan sampai betul-betul memahami semua isi buku bisnis, science, art, bahasa dan banyak lagi jenis buku lainnya yang ada di meja ini.
Terkadang Hope berpikir, sebenarnya suaminya ini mau mempekerjakan dia apa mau dia belajar sih? Padahal kan waktu belajarnya sudah ada jadwal sendiri.
Nasibmu Hope, menikah dengan pengusaha tajir melintir yang pintar dan hobi belajar. Jangan-jangan mas Darrel waktu belajar dulu ikut makan bukunya sekalian lagi, makanya jadi sepintar sekarang.
Hope terkikik dengan pikirannya sendiri yang konyol. Matanya lurus ke depan buku tebal yang dia pegang tapi belum ada satu pun yang masuk dalam otaknya saat membaca isinya. Karena pikirannya tidak sedang dalam bacaan tersebut.
"Kenapa tertawa, ada yang lucu?"
Darrel memandang lurus ke meja istrinya. Hope menggeleng cepat dan kembali fokus ke buku bacaannya. Seperti seorang murid yang ketahuan main sama gurunya.
Darrel sendiri menyadari kalau isterinya itu masih ada di umur-umur yang hobinya main-main, dan tampaknya tidak begitu suka belajar.
Namun demi kebaikan wanita itu sendiri, dia harus tegas. Darrel tidak mau Hope nantinya dikucilkan orang lain karena tidak tahu apa-apa tentang dunia yang di penuhi dengan persaingan ini.
Drrtt ... Drrtt ...
Getaran ponsel Darrel membuat fokusnya tidak lagi ke Hope. Lelaki itu langsung angkat telpon karena itu adalah panggilan penting.
"Bagaimana?" ia berbicara pada orang ditelpon.
"Kami sudah menemukan keberadaan orang itu. Saat ini dia terpantau berada di sebuah kapal pesiar. Kapalnya akan berlayar sekitar jam sepuluh malam meninggalkan pelabuhan Surabaya menuju Turki. Kita masih punya cukup banyak waktu untuk menangkapnya. Bagaimana?
Darrel mendengar perkataan anak buahnya diseberang dengan sikap tenang. Telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Baru hari kedua berada di kota ini, musuh bisnisnya sudah berani bermain kotor. Berani mencuri data perusahaan dan mengancamnya.
Memang semua masalah perusahaan telah berhasil dia selesaikan dengan bantuan berbagai pihak tentunya. Namun seorang Darrel tidak akan membiarkan dalangnya bebas begitu saja. Itu sebabnya dia menyuruh seorang mantan detektif yang sekarang bekerja padanya mencari keberadaan orang itu. Akhirnya berhasil.
"Darrel, bagaimana? Apa aku bergerak dengan timku sekarang?"
"Tunggu aku. Aku akan segera ke sana. Kirim alamat pelabuhan itu padaku.
"Baik."
Lalu sambungan terputus. Darrel berdiri dari kursi putarnya. Ia berhenti di depan Hope, melihat wanita itu dengan ekspresi menimbang-nimbang. Hope balas menatap pria itu bingung.
"Ada apa mas?"
"Aku ada urusan penting, kau ..." Darrel menggantung kalimatnya, Hope dengan setia menunggu.
"Kau ikut aku. Kita berangkat sekarang." putusnya kemudian. Tidak apa-apa Hope ikut dengannya, daripada dibiarkan sendirian dikantor. Isterinya belum akrab dengan siapa-siapa, Keno pun sedang dia beri tugas diluar kantor. Jadi lebih baik Hope ikut dengannya saja.
Dengan cepat Hope menutup buku bacaannya dan mengikuti langkah lebar Darrel. Ia penasaran kenapa suaminya terburu-buru begitu, tapi mungkin karena sibuk.
Darrel yang menyetir. Lelaki itu menyetir dengan kecepatan penuh. Hope memegangi seatbelt-nya kencang-kencang. Ia semakin penasaran suaminya ada urusan apa hingga terburu-buru begini.
Sekitar dua puluh menit kemudian, mereka sampai di pelabuhan. Hope penasaran tapi tidak berani bertanya.
Darrel melepaskan seatbelt-nya dan memiringkan kepalanya ke Hope.
"Dengar, kau tunggu di sini. Jangan kemana-mana sampai aku kembali, jangan biarkan orang asing bicara denganmu, laki-laki atau pun perempuan, mengerti?" katanya.
Hope menganggukan kepala. Ia melihat Darrel keluar, berlari menuju kapal besar di depan sana. Saat suaminya benar-benar tidak terlihat lagi dari pandangannya, Hope lalu menyenderkan kepalanya dikursi mobil. Ia mengeluarkan ponsel dari tas sampirnya dan memainkan benda pipih itu.
Sudah hampir lima belas menit dia menunggu tapi Darrel belum kembali-kembali juga. Hope fokus lagi dengan permainan di ponselnya lalu tiba-tiba ketukan kasar dari balik kaca mengagetkannya.
Wanita itu kaget bukan main. Ponselnya sampai jatuh. Ia memandangi pelaku yang mengetuk-ngetuk kasar mobil tersebut. Mereka ada dua orang laki-laki berwajah ganas. Yang satunya ada tato di pipi kanan.
"Buka pintunya!"
"Cepat buka!"
"BRENGSEK! BUKA PINTUNYA!"
Panggilan terakhir di sertai dengan pukulan kayu pada kaca mobil. Hope panik. Ia menutupi telinganya sambil terus menggumamkan nama Darrel.
"Ma ... Mas Darrel ...
"Cepat d ... Datang mas, a ... Aku takut ..."
"BRENGSEK!"
Laki-laki di luar sana terus menerus memaki. Kaca mobil mulai pecah. Hope yakin sebentar lagi mereka berhasil. Wanita itu menangis ketakutan. Ini pertama kalinya dia menghadapi kejadian seperti ini. Apakah orang-orang itu adalah musuhnya mas Darrel?
Saat Hope berpikir hari ini mungkin adalah hari terakhir dia hidup, ia melihat ada laki-laki lain yang datang. Bersama beberapa orang. Laki-laki itu menarik dan satu temannya menarik kedua kasar kedua orang yang masih berusaha memecahkan kaca mobil tersebut dan terjadilah perkelahian.
Hope menggunakan kesempatan itu keluar dari mobil dan kabur. Namun seseorang yang melihat itu menariknya, mencegahnya kabur. Hope berteriak kencang, ketakutan setengah mati. Ia berusaha melawan, mencakar laki-laki yang memegangi dengan membabi buta.
"Hei, hei, diam! Aku tidak akan menyakitimu!" suara laki-laki yang bicara itu amat berat. Hope seperti pernah dengar pemilik suara tersebut. Ketika ia membuka menatap ke atas, ia langsung mengenalinya.
Ternyata laki-laki menyebalkan itu lagi ...
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦