NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Jalinan yang Semakin Kuat

Kamar tidur Tanier terasa hangat dan intim. Saat Lieka berada dalam pelukan Tanier, semua kekhawatiran dan ketegangan seolah menguap. Mereka saling menatap dalam keheningan, dan Tanier meraih wajah Lieka dengan lembut, membuat jantungnya berdebar kencang.

“Lieka, kau tahu aku akan selalu ada untukmu, kan?” Tanier berkata, suaranya dalam dan serius.

“Ya, Tan. Aku percaya padamu,” jawab Lieka, hatinya penuh dengan rasa syukur. Dia menyadari betapa beruntungnya dia memiliki seseorang yang selalu mendukungnya.

Tanier mendekatkan wajahnya, mencium bibir Lieka dengan lembut, kemudian semakin dalam. Semakin lama, ciuman itu semakin berapi-api, seolah mengungkapkan semua perasaan yang telah terpendam. Lieka merasakan aliran listrik mengalir di tubuhnya, memicu keinginan yang tidak bisa ditahan lagi.

Dengan perlahan, Tanier memindahkan ciuman mereka ke leher Lieka, membuatnya mengeluarkan desahan lembut. “Kau sangat cantik,” bisiknya, membuat Lieka merasakan sensasi hangat menyebar di seluruh tubuhnya.

Lieka menanggapi sentuhan Tanier dengan lembut, meraih lehernya dan menariknya lebih dekat. “Dan kau sangat mempesona,” ujarnya sambil menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ingin yang semakin kuat.

Tanier menggenggam pinggang Lieka, menariknya lebih dekat hingga tubuh mereka bersentuhan. “Aku ingin merasakanmu lebih dekat,” katanya, suaranya rendah dan menggoda. Dia mengangkat Lieka dengan lembut, membawanya ke tempat tidur.

Saat Tanier meletakkan Lieka di atas ranjang, keduanya tenggelam dalam kehangatan dan kedekatan. Tanier mengagumi kecantikan Lieka, sementara wanita itu merasa terpesona oleh ketegasan dan kehangatan Tanier. Mereka saling menjelajahi, mengisi ruang antara mereka dengan ciuman, pelukan, dan desahan.

Lieka merasakan jari-jari Tanier menjelajahi tubuhnya, membangkitkan rasa ingin yang telah lama terpendam. Dia membalas sentuhan itu dengan mendalam, menggenggam rambut Tanier dan menariknya mendekat. “Tan, aku… aku ingin ini,” katanya, suaranya penuh kerinduan.

Tanier tersenyum lebar, memenuhi permintaan Lieka. Dia mencium Lieka dengan penuh gairah, mengalirkan semua cinta dan keinginan yang telah terakumulasi antara mereka. Mereka menjelajahi setiap inci tubuh satu sama lain, menyalakan api yang membara di dalam hati mereka.

Dalam momen itu, dunia di luar tampak menghilang. Hanya ada mereka berdua, terjebak dalam jalinan cinta yang semakin kuat. Lieka merasa seolah-olah semua beban dan tekanan di hidupnya sirna. Dengan Tanier, dia menemukan tempat yang aman dan nyaman.

Kedua tubuh mereka bergerak dalam harmoni, seolah mereka telah berlatih untuk ini sepanjang hidup mereka. Suara desahan mereka menggema di ruangan, menciptakan melodi cinta yang hanya mereka yang bisa mendengarnya.

Setiap gerakan Tanier menambah kedalaman cinta yang mereka rasakan. Lieka merasakan rasa keinginan yang menggelora, saat Tanier semakin mendekat, memeluknya dengan kuat, membuatnya merasa terlindungi dan diinginkan.

Dengan setiap ciuman dan sentuhan, mereka mengikat diri satu sama lain dalam jalinan yang semakin kuat. Tanier tak pernah merasa sekuat ini sebelumnya, dan dia tahu, saat dia bersama Lieka, dia telah menemukan segalanya.

Waktu seakan terhenti ketika mereka bersama, merasakan setiap momen yang berharga. Dan ketika keduanya mencapai puncak kebahagiaan, mereka tahu bahwa cinta mereka tidak akan pernah pudar. Dalam pelukan satu sama lain, mereka merasakan kekuatan yang tidak bisa dijelaskan, seolah dunia di luar tidak berarti apa-apa.

Setelah berakhir, mereka terbaring berpelukan, napas mereka mulai tenang. Lieka mendongak, menatap mata Tanier dengan penuh cinta. “Kita harus menghadapi apapun yang datang bersama, Tan,” ucapnya lembut.

Tanier tersenyum, mencium keningnya. “Apa pun itu, kita akan menghadapinya bersama, Lieka. Kita sudah melewati banyak hal, dan cinta kita lebih kuat dari apapun.”

Malam itu, mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, mengikat janji untuk saling mendukung dalam setiap langkah yang akan mereka ambil ke depan. Jalinan cinta mereka semakin kuat, dan meskipun ancaman dari masa lalu masih mengintai, mereka tahu bahwa dengan saling mendukung, mereka bisa melewati semuanya.

Keesokan paginya, Lieka terbangun lebih awal dari Tanier. Dia tersenyum melihat wajah tampan yang sedang tertidur nyenyak di sampingnya. Rasa bahagia memenuhi hatinya. Momen semalam masih terasa hangat dalam ingatannya. Dia mengangkat tangan dan menyentuh wajah Tanier dengan lembut, menyentuh pipinya yang halus.

Namun, saat dia melihat jam di dinding, rasa cemas menyergapnya. Pekerjaan menantinya, dan dia tidak bisa terlambat untuk rapat penting hari ini. Dengan sedikit berat hati, Lieka beranjak dari tempat tidur, berusaha untuk tidak membangunkan Tanier. Dia mengenakan gaun tidur yang nyaman, lalu menuju ke dapur untuk membuat secangkir kopi.

Sementara itu, Tanier terbangun mendengar suara langkahnya. Dia membuka matanya dan melihat Lieka di dapur. Senyumnya mengembang. “Selamat pagi,” sapanya, suaranya serak karena baru bangun tidur.

“Selamat pagi, Tan. Aku sedang membuat kopi. Mau?” Lieka bertanya, berbalik dengan senyuman cerah.

“Bisa tolong tambahkan sedikit susu?” jawab Tanier, bangkit dari tempat tidur dan merapikan rambutnya. Dia bergerak mendekat, memperhatikan Lieka dengan penuh rasa kagum. “Kau terlihat cantik bahkan di pagi hari,” pujinya.

Lieka tertawa kecil. “Terima kasih. Tapi jangan lupa, kita punya rapat besar hari ini,” ujarnya sambil menyajikan kopi di meja.

“Benar, aku ingat,” Tanier menjawab, mengambil cangkir kopi dari tangan Lieka. Mereka duduk di meja makan, saling bertukar cerita tentang rencana hari itu. Tanier merasa semakin percaya diri, melihat Lieka yang bersemangat meski harus menghadapi banyak tantangan.

Setelah sarapan singkat, mereka bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Dalam perjalanan, Tanier meraih tangan Lieka, menggenggamnya erat. “Ingat, apa pun yang terjadi di kantor, kita akan menghadapinya bersama.”

Lieka menatapnya dengan tatapan penuh rasa syukur. “Aku tahu, Tan. Kau adalah alasanku bisa bertahan.”

Ketika mereka tiba di kantor, suasana langsung terasa tegang. Semua orang tampak sibuk dan cemas. Lieka dan Tanier berjalan ke ruang rapat, di mana para eksekutif lain sudah menunggu.

Rapat dimulai dengan pembicaraan mengenai proyek baru yang sangat penting bagi perusahaan. Semua orang mengajukan pendapat, dan Tanier merasa percaya diri untuk memberikan ide-ide kreatifnya. Namun, suasana segera berubah ketika mantan suami Lieka, Sugi, muncul di ruang rapat, membuat ketegangan semakin meningkat.

“Baiklah, saya ingin mendiskusikan beberapa hal penting mengenai proyek ini,” Sugi berkata, menatap Lieka dengan tajam. Tanier merasakan gelombang kemarahan di dalam dirinya, tetapi dia tahu dia harus tetap tenang.

Lieka mengatur napasnya, berusaha tidak terpengaruh. “Tentu, Sugi. Silakan,” ujarnya dengan suara yang tegas.

Sugi mulai memberikan pendapatnya, tetapi sikapnya yang merendahkan membuat suasana semakin tidak nyaman. Tanier tidak bisa menahan diri lagi. “Maaf, tapi saya rasa pendapat Anda tidak relevan untuk proyek ini. Kami sudah memiliki rencana yang jelas dan terstruktur,” ujarnya, bersikap tegas.

Lieka menatap Tanier dengan penuh rasa bangga. Dia tahu Tanier berani melawan Sugi demi dirinya, dan itu membuatnya merasa berharga. Namun, Sugi tidak terima dan membalas, “Tentu saja, ini bukan urusanmu, Tanier. Kau hanya seorang karyawan.”

“Dan kau hanya mantan suaminya,” Tanier menjawab dengan berani, menatap Sugi dengan tajam.

Suasana di ruang rapat semakin memanas, dan Lieka merasa harus mengendalikan keadaan. “Baiklah, mari kita fokus pada pekerjaan. Kita di sini untuk membahas proyek ini, bukan untuk berdebat tentang masa lalu,” ujarnya dengan nada tegas.

Sugi terlihat kesal, tetapi dia memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan. Rapat pun dilanjutkan dengan lebih banyak fokus pada rencana proyek. Tanier dan Lieka bekerja sama dengan baik, memberikan presentasi yang kuat dan mendapatkan dukungan dari para eksekutif lainnya.

Setelah rapat selesai, Lieka merasa lega tetapi juga lelah. Tanier menghampirinya, memberikan pelukan hangat. “Kau luar biasa, Lieka. Aku bangga padamu,” katanya.

“Terima kasih, Tan. Aku hanya ingin semua berjalan dengan baik,” jawab Lieka, merasakan ketegangan di bahunya sedikit mereda.

Namun, saat mereka berdua meninggalkan ruang rapat, Sugi mendekati mereka, menyiratkan ancaman di wajahnya. “Kau mungkin merasa kuat sekarang, Lieka, tetapi ingat, aku tidak akan membiarkanmu mengambil semua ini begitu saja,” ancamnya sebelum pergi.

Lieka menatap Tanier dengan cemas. “Dia tidak akan berhenti, kan?”

“Tidak, dia tidak akan,” Tanier menjawab dengan tegas. “Tapi kita tidak akan membiarkannya mengganggu kita. Kita akan melewati ini bersama.”

Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan hari mereka, bertekad untuk menghadapi segala rintangan yang mungkin muncul, baik dari masa lalu maupun dari orang-orang yang mengancam hubungan mereka.

Malam itu, ketika mereka kembali ke rumah, Lieka merasakan keletihan yang menyelimuti tubuhnya. Namun, dia juga merasakan cinta dan dukungan Tanier di sisinya. Saat mereka berdua berbaring di tempat tidur, Tanier memeluknya erat.

“Lieka, kita sudah melewati banyak hal, dan aku yakin kita bisa menghadapinya lagi,” bisiknya di telinga Lieka.

“Aku tahu, Tan. Aku tidak ingin kehilanganmu,” jawab Lieka dengan suara lembut, mengingat kembali momen-momen indah yang telah mereka lalui bersama.

Tanier tersenyum, meraih wajah Lieka dan mencium keningnya. “Kita tidak akan kehilangan satu sama lain. Aku berjanji.”

Dalam pelukan satu sama lain, mereka menemukan kekuatan untuk terus melangkah maju, saling mendukung dan mencintai dengan sepenuh hati.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!