Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16.
Syahrul pun melangkah mendekati Pungki. Sesaat dia melihat di tangan Pungki sudah memegang potongan kunyit kecil kecil dan Pungki memasukkan ke dalam mulutnya lalu dia menegak air mineral dari dalam gelas selayaknya orang minum obat pil atau kapsul.
“Hmm punya akal juga dia agar tidak merasakan getirnya kunyit.” Gumam Syahrul di dalam hati sambil melihat Pungki yang terus melanjutkan memasukkan potongan potongan kunyit kecil kecil ke dalam mulut nya.
“Sudah dulu Pung, kita sembahyang dulu yuk, terus habis itu kita ke ruang makan.” Ucap Syahrul pada Pungki.
“Tidak harus habis sekali makan sepanjang janur ya Mas?” tanya Pungki karena dia baru makan kira kira sepanjang satu jari tangan.
“Tidak Pung, bisa dilanjut nanti, besok dan lusa.” Jawab Syahrul.
“Tapi nanti harus kamu kunyah, lambung kamu akan bekerja keras jika kunyit itu tidak kamu kunyah. Manfaat dari kandungan kunyit juga tidak terserap oleh usus kamu.” Ucap Syahrul lalu dia melangkah meninggalkan mini pantry itu.
“Gigi ku nanti kuning kuning Mas...” gumam Pungki sambil melangkah menuju ke kamar mandi. Dan Syahrul pun hanya diam saja sambil terus bersiap untuk sembahyang maghrib.
Dua pemuda itu pun sembahyang dengan khusyuk mereka berdoa benar benar memohon perlindungan dari Allah agar bisa membantu menyelamatkan Andien teman mereka.
Setelah sembahyang mereka berdua pun segera menuju ke ruang makan. Syahrul memperingati Pungki agar tidak kalap dengan makan berlebihan..
“Pung kamu tanya petugas hotel sana apa bisa menyediakan makan saur. Kalau tidak kamu bisa membawa makanan ke kamar. Besok kita akan mulai perjalanan dan kamu masih harus puasa.” Ucap Syahrul saat sudah selesai makan.
Pungki menatap Syahrul sambil mengernyitkan dahinya..
“Mas Syahrul besok juga tidak puasa?” tanya Pungki selanjutnya. Dan Syahrul hanya menganggukkan kepalanya.
“Hmmmm sepertinya Mas Syahrul memang benar benar menguji aku.” Gumam Pungki di dalam hati lalu dia pun bangkit berdiri dan melangkah mendekati petugas hotel bagian ruang makan itu.. Dan betapa senangnya Pungki jika hotel akan melayani tamu tamu nya yang akan menjalankan puasa dan menyediakan menu saur di dini hari.
“Nanti Mas langsung saja masuk ke ruang makan ini, akan kami siapkan. Atau kalau mau diantar di kamar tinggal telpon saja di nomor di ruang ini.” Ucap pegawai hotel dengan ramah.
“Terima kasih.” Ucap Pungki lalu dia pun kembali ke tempat Syahrul yang masih duduk menunggu. Di ruang makan itu tidak tampak keluarga Lintang dan keluarga Hasto, entah mereka belum masuk ke ruang makan itu atau minta diantar makanan ke kamar.
Syahrul dan Pungki pun kembali ke kamar. Mereka harus beristirahat untuk menyiapkan perjalanan esok hari.
“Pung nanti kamu lanjutkan makan kunyitnya .. setiap kunyit yang kamu makan itu sangat berguna untuk tubuh kamu.” Ucap Syahrul saat masuk ke dalam kamar.
“Iya Mas, nanti sebentar lagi kalau makanan sudah turun. Biar lidahku juga masih merasakan nikmatnya makanan tadi tidak tertimpa oleh getirnya kunyit.” Ucap Pungki sambil menutup pintu kamar hotel.
“He.. he... he... sabar Pung.” Ucap Syahrul sambil tertawa kecil.
“Aku mau hubungi Ndaru dulu Mas, kalau dia yang pesankan tiket dan akomodasi biar juga pesankan buat aku.” Ucap Pungki lalu dia pun segera menghubungi Ndaru. Dan betapa bahagianya Pungki saat Ndaru mengatakan jika nama Pungki sudah dipesankan juga.
Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam.. malam pun telah larut.. dua pemuda itu telah tidur pulas karena memang benar benar sangat capek.
Tiba tiba di kamar hotel yang telah remang remang lampu penyinaran itu terdengar bunyi alarm hand phone milik Pungki..
Bunyi alarm yang cukup keras karena Pungki memang menyetel volume tinggi agar dia bisa mendengar saat terlelap dalam tidurnya. Namun Pungki masih juga terpejam kedua matanya.. justru Syahrul yang terbangun..
“Pung, saur Pung.” Ucap Syahrul sambil menepuk nepuk paha Pungki.
“Hhhhhh...” gumam Pungki lalu tangannya menggapai gapai hand phone di atas nakas dalam posisi dia masih terbaring dan mata terpejam. Syahrul yang melihat hal itu cepat cepat meraih hand phone milik Pungki lalu didekatkan di telinga Pungki. Serta merta Pungki pun membuka kedua matanya.
“Cepat sana, kasihan pegawai hotel yang sudah menyiapkan makan saur buat kamu.” Ucap Syahrul lalu memberikan hand phone milik Pungki itu pada empunya.
“Iya iya...” ucap Pungki lalu bangkit berdiri.. Pungki pun melangkah menuju ke mini pantry untuk mengambil air mineral dan mengunyah kunyit.. Sebelum tidur pun dia juga sudah mengunyah kunyit agar kunyit yang harus dia habiskan itu terus berkurang dan masuk ke dalam perutnya.
Syahrul tampak bangun, tampaknya dia akan melakukan sembahyang. Sedangkan Pungki keluar dari kamar. Dia memang tidak menelpon pegawai hotel untuk meminta diantar makan saurnya.
“Kasihan kalau terlalu banyak merepotkan orang yang tidak berpuasa, meskipun itu adalah tugas nya untuk melayani tamu.” Gumam Pungki di dalam hati karena dia ingin benar benar menghayati niat puasa dan laku batin demi Allah dan untuk menyelamatkan sesama.
Pungki melangkah di koridor hotel yang remang remang cahaya lampunya.. suasana sangat sepi hanya dirinya saja yang berjalan di koridor yang lumayan panjang itu. Pintu pintu kokoh kamar kamar tertutup rapat semua..
“Sepi juga kalau malam begini tidak ada satu orang pun yang lewat.” Gumam Pungki di dalam hati sambil mempercepat langkah kakinya agar cepat cepat koridor itu terlewati.
Hati Pungki sedikit lega saat koridor yang akan dia lalui tinggal beberapa meter saja, akan tetapi tiba tiba Pungki sangat kaget di saat kedua telinganya mendengar suara...
“Maaasssssss...” suara seorang perempuan yang sangat mesra dan sexie..
Pungki tidak menghiraukan, dia tidak menoleh dan dia pun semakin mempercepat langkah kakinya..
“Pasti itu suara wanita penghibur.” Gumam Pungki di dalam hati. Tetapi entah mengapa tiba tiba bulu kuduk Pungki pun berdiri.. Rasa merinding dia rasakan hingga sampai di kepalanya.
“Kok sepertinya dia mengikuti aku ya.” Gumam Pungki di dalam hati namun dia tidak berani juga menoleh.. Pungki terus melangkah menuju ke ruang makan..
Hati Pungki lega saat kaki sudah berada di depan pintu ruang makan namun petugas yang biasa berjaga di pintu pun tidak ada, tetapi ada tulisan open di pintu. Pungki membuka pintu pelan pelan Ruang makan yang biasanya sangat ramai pun kini tampak sunyi senyap.., lampu pun juga hanya remang remang.. semua kursi tampak kosong tidak ada yang menduduki. Akan tetapi tiba tiba..
DEG
Jantung Pungki terasa berhenti lalu berdetak lebih kencang di saat mata nya menatap satu sosok perempuan yang duduk sendiri an di kursi pojok di ruang makan itu.
genting ini...
kasihan andinnn
hp br bener.