Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Aku sedang membacakan Yessa dongeng. Tiba-tiba Dimas datang dengan tubuh yang jauh lebih segar dengan rambut sedikit basah.
"Daddy, sini! Kita tidur bertiga malam ini. Boleh kan Mom?"
Aku mengangguk dan meletakkan buku dongeng di atas nakas. Lalu menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mungilnya.
Dimas tersenyum dan naik keatas ranjang di sebelah Yessa. Yessa memeluk tubuh Daddy-nya dan memainkan daun telinganya di bagian bawah karena sudah mengantuk. Kebiasaan yang sama seperti Dimas.
Aku melihat wajah heran Dimas melihat kebiasaan Yessa yang sama sepertinya saat sudah sangat mengantuk. Yaitu memainkan bagian bawah daun telinganya dengan jarinya.
Ia lalu mengalihkan wajahnya padaku. "Apa?" kataku ketus.
"Dia benar-benar putriku!" ungkapnya dengan raut bahagia. Tak bisa menutupi wajah bahagianya, Dimas menciumi wajah Yessa berkali-kali.
"Jangan mengganggunya, dia sudah sangat mengantuk!" protesku.
"Maaf, aku sangat bahagia karena ternyata aku benar-benar menjadi Daddy-nya."
Aku menghembuskan nafas kasar dan ikut memejamkan mata karena lelah. Malam ini aku juga ikut bahagia karena akhirnya keinginan Yessa untuk tidur bersama Daddy dan Mommy nya terwujud.
Beberapa saat kemudian terdengar nafas teratur dari Yessa. Aku membuka mataku dan melihat Dimas juga terlelap dengan memeluk Yessa.
Aku turun dari ranjang dan berniat membiarkan mereka tidur berdua. "Mau kemana?" suara baritonnya mengagetkanku.
"Mau ke bawah!"
"Tunggu aku di bawah. Aku juga ingin meminum kopi buatanmu."
Aku mengangguk dan keluar dari dalam kamar Yessa. Aku mencepol rambutku asal karena sudah kering dengan menuruni tangga.
Di bawah aku melihat bik Mar yang akan membereskan kopi dan brownis diatas meja.
"Bik, jangan di beresin. Daddy-nya Yessa mau minum kopinya nanti." kataku.
Aku mendekati Bik Mar, lalu duduk di sofa. "Jadi pria itu benar-benar Daddy-nya Yessa An?"
Aku mengangguk, tak perlu menutupi apapun lagi kali ini. "Benar bik, dia mantan suamiku. Aku baru bertemu dengannya pagi tadi. Dia ternyata atasanku tempatku bekerja." jelasku.
"Jadi dia presdir itu?"
Aku mengangguk dan memakan sepotong brownis dengan rasa pahit manis kesukaan Yessa dan Dimas.
"Apa kalian akan rujuk?"
Aku menggeleng karena memang belum berpikir sampai kesana. "Entahlah, aku belum tau harus bagaimana. Tapi aku takut Dimas akan membawa Yessa pergi dariku."
"Sebaiknya kalian bicarakan hal ini. Jangan sampai kalian salah paham lagi. Bibik tidur dulu." setelah mengatakan itu, bik Mar meninggalkanku menuju kamarnya di samping dapur.
Aku masih memikirkan perkataan bik Mar barusan. Beberapa bulan lalu, aku tak sengaja bertemu dengan suster yang pernah merawat ibu mertuaku. Dia menjelaskan padaku jika Dimas sudah mengetahui kebenarannya jika dirinya sudah salah paham padaku. Saat itu dia juga mengatakan jika Dimas terus mencariku selama ini. Saat itu aku masih belum bisa menerima Dimas karena masih membencinya.
Saat ini setelah perlakuan manisnya beberapa jam ini, dan tidak marah setelah tau aku menyembunyikan putrinya. Membuat hatiku melunak. Terlebih dirinya sudah meminta maaf padaku, aku melihat ketulusan dari sorot matanya.
"Aaahh!" Dimas tiba-tiba sudah duduk di sebelahku hingga membuatku terkejut dan kembali tersedak.
Uhuk
Uhuk
"Bisa tidak, tidak mengagetkan?" kataku ketus.
"Maaf!" ucapnya, dan langsung memelukku. Aku berusaha melepaskan tangannya. "Diamlah Anna, aku merindukanmu. biarkan aku memelukmu. Jadi dimana suamimu?" katanya dengan seringai menyebalkan. Akhirnya aku pasrah membiarkannya memelukku dan berdecih mendengar perkataannya. "Cih!"
"Ada apa?" tanyanya.
"Tidak!" jawabku.
"Aku tau kesalahanku fatal An, aku juga tau hatimu sangat terluka. Tapi tolong, berikan aku kesempatan ke dua."
"Kenapa aku harus melakukannya?" Kataku tanpa menatap wajahnya. Jujur saja, berada di dalam pelukannya membuatku merasa nyaman.
"Karena ada Yessa diantara kita!"
"Yessa bukan anakmu!"
"Kau tidak bisa membohongiku!"
"Ck! Dulu kau yang membuang kami!"
"Aku tau, dan aku menyesal."
"Berikan aku kesempatan kedua, aku berjanji akan membahagiakanmu!" katanya lagi.
"Dulu juga kau mengatakan hal itu saat melamarku. Nyatanya?" aku melirik nya dengan alis terangkat.
"Aku menyesal."
"Aku tidak perduli. Ini sudah malam, sebaiknya kau pulang."
"Bagaimana jika besok pagi Yessa menangis, karena tidak melihat Daddy-nya saat bangun tidur?"
"Itu urusanku, selama ini aku bisa menaklukannya jika dia menangis."
"Anna!"
"Pulang lah!"
"An!"
"Pulang!"
"Please!"
Aku menatap Dimas dengan kesal. "Terserah!" aku melepaskan pelukannya dan berjalan menuju kamarku di lantai 2.
"Aku tidak menyangka jika kau menyimpan piyama ku!" teriaknya sebelum aku naik tangga.
"Itu milik suamiku!" balasku kesal.
"Dan aku adalah orangnya!" mendengar jawabannya membuatku semakin kesal. Aku berlari meninggalkannya dan mendengarnya tertawa.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Sekitar pukul 6 pagi, aku terbangun dan langsung mencuci wajah juga menggosok gigiku. Aku keluar kamar dan membuka pintu kamar Yessa. Aku tersenyum saat melihat Yessa tidur di pelukan Dimas. Hatiku kembali menghangat melihat pemandangan itu.
Yessa tidur dengan sangat pulas, begitupun dengan Dimas. Aku mendekati Yessa dan mengecup pipi gembilnya, lalu menatap wajah Dimas yang semakin tampan.
Tanganku terulur dan mengusap rahang tegasnya dengan senyum di bibir. Aku menyadari jika cintaku masih utuh untuknya. Nama Dimas masih terukir di hatiku. "Aku memang tampan, jadi kembalilah padaku!"
Perkataan Dimas membuatku terkejut dan langsung melepaskan tanganku dari wajahnya. Aku menjauhkan wajahku dari ayah dan anak itu, dan kembali menegakan tubuhku.
Aku melihatnya masih memejamkan matanya. Tapi aku tau jika dia sudah bangun. "Bangunlah, ini sudah jam 6. Sebaiknya pulang ke rumahmu! Aku tidak membawa pakaian kerjamu saat pergi dulu." kataku ketus.
"Ha ha ha! Kau lucu sekali jika sedang marah An! Aku sudah menelpon Leo untuk mengirimkan pakaian kerjaku ke sini. mungkin sekarang sudah sampai, tolong persiapkan keperluanku. Aku masih ingin tidur dengan memeluk putriku. Kau benar-benar tega karena memisahkan ayah dan putrinya." ucapnya. Kali ini matanya sudah terbuka.
"Kau yang membuang kami."
"Ya ya ya! Dan aku sangat menyesalinya. Aku hampir gila mencarimu. Ternyata Tuhan maha baik, karena akhirnya Tuhan mengirimkan mu langsung padaku! Itu pasti karena Tuhan ingin kita kembali bersatu."
"Bangunlah, ini sudah siang! Jangan bermimpi terus!" ucapku ketus, karena kesal mendengar celotehnya.
Setelah mengatakan itu, aku keluar dan menutup pintu kamar Yessa pelan. Aku turun ke lantai 1 menuju ke dapur.
Aku menuju ke pos satpam depan untuk menanyakan apakah asisten Leo benar sudah mengirimkan keperluan Dimas.
"Pak, ada titipan untuk Daddy-nya Yessa tidak?"
"Oh, iya Mbak. Ini!" security memberikan paperbag coklat padaku.
"Terimakasih pak!"
"Sama-sama mbak!"
Aku langsung menuju ke dalam rumah dan membawa pakaian milik Dimas ke dalam kamarku.
Setelah itu aku kembali ke dapur. Aku membuat kopi untuk Dimas juga susu untuk Yessa. Aku membuat roti panggang dengan selai chocolate, kesukaan Yessa dan Dimas.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...